...
Hari pernikahan Clemira dan Meshal berlangsung dengan megah, dihadiri oleh keluarga besar, kerabat, dan tamu undangan dari berbagai kalangan. Sebagai pewaris dua keluarga terpandang, pernikahan mereka menjadi peristiwa besar yang diliput oleh media dan menarik perhatian banyak orang. Namun, di balik kemegahan itu, hati Clemira terasa hampa.
Di balik cadarnya, Clemira merasakan beratnya kenyataan yang harus ia hadapi. Ia berdiri di samping Meshal, pria yang kini menjadi suaminya, meskipun hatinya belum pernah merasakan cinta padanya. Tangan Clemira gemetar saat Meshal mengucapkan ijab kabul, tapi ia tetap berusaha kuat, menyembunyikan kerapuhannya di balik senyum yang dipaksakan.
Meshal, dengan senyum tipis yang selalu tersungging di bibirnya, tampak tenang dan percaya diri. Tapi Clemira tahu bahwa senyum itu menyimpan banyak hal yang tidak ia ketahui-ambisi, rencana, dan mungkin rahasia yang lebih gelap. Meshal memang pria yang tampan dan karismatik, namun ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Clemira merasa resah.
Saat upacara pernikahan berlangsung, Clemira mencuri pandang ke arah Meshal, mencoba mencari petunjuk di balik tatapannya. Namun, yang ia temukan hanyalah dingin dan misteri. Meshal menjalani prosesi pernikahan dengan tenang, seolah ini adalah rutinitas biasa baginya, bukan momen berharga yang mengubah hidup mereka.
Setelah prosesi akad nikah selesai, Clemira dan Meshal berjalan berdampingan menuju ruang resepsi. Sorotan lampu, kilatan kamera, dan ucapan selamat dari tamu-tamu membuat Clemira merasa seperti berada di panggung, di mana setiap gerakannya diperhatikan dan dinilai. Namun, di dalam hatinya, Clemira merasa terperangkap dalam skenario yang telah ditentukan, tanpa ada ruang untuk memilih jalannya sendiri.
Di tengah keramaian, Clemira merasakan tangan Meshal menggenggam tangannya dengan erat. Sentuhan itu membuat Clemira tersadar bahwa kini ia benar-benar terikat dengan pria ini. Meshal menoleh ke arahnya, menatapnya dengan mata yang sulit diartikan. "Kita telah melalui langkah pertama," ucap Meshal dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Clemira. "Mulai sekarang, tidak ada jalan untuk kembali."
Kata-kata itu seperti lonceng kematian bagi Clemira. Ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar formalitas, tetapi sebuah komitmen yang penuh dengan konsekuensi. Clemira mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan ketakutan yang merayapi hatinya. Ia tahu, jalan di depan akan penuh dengan tantangan, dan ia harus siap menghadapi apa pun yang akan datang, meskipun itu berarti menghadapi suaminya sendiri.
...
Pernikahan antara Clemira Mahreen El Sherif dan Meshal Zayd Arrashad segera menjadi berita utama di berbagai media. Keberadaan dua keluarga besar yang memiliki pengaruh signifikan di dunia bisnis dan politik menjadikan acara tersebut sebagai sorotan publik. Berita mengenai pernikahan mereka menyebar dengan cepat, menarik perhatian dari seluruh penjuru negeri.
Media cetak, televisi, dan situs berita online mempublikasikan foto-foto glamor dari resepsi pernikahan, menampilkan gaun pengantin Clemira yang megah dan jas tuxedo Meshal yang elegan. Headline berita menggambarkan pernikahan tersebut sebagai "Pernikahan Megah yang Menghubungkan Dua Keluarga Berpengaruh" dan "Kehidupan Baru Clemira dan Meshal: Antara Ambisi dan Cinta."
Di berbagai saluran berita, wartawan membahas detail-detail pernikahan dengan penuh semangat. Mereka berbicara tentang latar belakang keluarga El Sherif dan Arrashad, menyoroti keberhasilan dan kekuatan ekonomi kedua keluarga. Beberapa analis politik bahkan mengaitkan pernikahan ini dengan perubahan dinamis dalam peta kekuasaan di wilayah tersebut, mengklaim bahwa pernikahan ini bisa mempengaruhi berbagai kebijakan dan keputusan bisnis penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia di Balik Istana Pasir (END)
Ficção Adolescente"Kau tahu, Clemira," Meshal mulai berbicara, suaranya penuh ketenangan yang menakutkan. "Aku bukan hanya suamimu. Aku juga akan menjadi orang yang mengambil alih apa yang kau miliki. Keluargamu... perusahaanmu... semua itu akan menjadi milikku." Cle...