...
Beberapa hari berlalu setelah pertemuan dengan Hanasta, dan bukannya semakin mendekat, hubungan Clemira dan Meshal justru terasa semakin jauh. Meshal tetap bersikap dingin, bahkan lebih diam dari biasanya. Setiap kali mereka bertemu di rumah, suasana terasa canggung dan penuh ketegangan. Clemira selalu berharap ada sedikit perubahan dalam sikap Meshal, mungkin sedikit perhatian atau bahkan hanya sekadar percakapan singkat yang tidak melibatkan rasa dingin dan ketidakpedulian. Namun, semua itu tak kunjung datang.
Suatu malam, Clemira duduk di ruang tamu, menunggu Meshal pulang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun belum ada tanda-tanda kehadiran suaminya. Dalam diamnya, Clemira terus bertanya-tanya mengapa Meshal terus bersikap seperti ini. Apakah benar dia tidak peduli sama sekali? Apakah malam itu sama sekali tidak mengubah perasaannya terhadap Clemira? Pikirannya terus berkecamuk hingga akhirnya ia mendengar suara mobil Meshal yang memasuki garasi.
Saat Meshal masuk ke rumah, dia bahkan tidak melirik ke arah Clemira yang duduk di sofa. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung menuju kamar kerjanya, seolah tidak ada yang perlu dibicarakan. Clemira merasa hatinya kembali hancur, perasaan sepi dan terasing semakin menyelimuti dirinya. Setelah beberapa saat dalam kebisuan, Clemira memutuskan untuk menyusul Meshal ke kamar kerja, berharap bisa berbicara dengannya.
"Meshal..." Clemira memulai dengan suara pelan saat berdiri di ambang pintu.
Meshal tidak menjawab, hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus pada dokumen di depannya. Sikapnya yang acuh membuat Clemira merasa seperti tak terlihat.
"Bisakah kita bicara?" Clemira memberanikan diri untuk melangkah masuk.
"Aku sibuk," jawab Meshal singkat tanpa mengangkat wajahnya.
Clemira menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air mata yang menggenang di sudut matanya. "Kenapa kamu bersikap seperti ini? Setelah apa yang terjadi, aku pikir... aku pikir hubungan kita akan berubah."
"Apa yang kamu pikirkan itu hanya khayalan," jawab Meshal dingin, akhirnya menatap Clemira dengan tatapan datar. "Tidak ada yang berubah. Dan, tidak ada yang akan berubah."
Kata-kata itu menusuk perasaan Clemira seperti pisau. "Meshal, kita sudah menikah. Tidakkah kamu merasa bahwa hubungan kita seharusnya lebih baik?"
Meshal menghela napas panjang, seolah kelelahan dengan percakapan ini. "Kita menikah bukan karena cinta, Clemira. Hubungan ini sejak awal sudah ditentukan, dan aku tidak punya alasan untuk membuatnya lebih dari itu."
Clemira merasa seolah dunia di sekitarnya runtuh. Harapannya untuk sedikit kehangatan dan perhatian dari suaminya benar-benar hancur berkeping-keping. "Apa aku begitu tidak berarti bagimu?" Clemira bertanya dengan suara bergetar.
"Aku tidak pernah berkata begitu," sahut Meshal dengan nada netral. "Tapi aku juga tidak pernah meminta hubungan ini. Aku hanya menjalani apa yang sudah ditetapkan."
Dengan perasaan yang campur aduk antara marah, kecewa, dan sedih, Clemira memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu sebelum air matanya benar-benar tumpah. Meshal kembali tenggelam dalam pekerjaannya seolah percakapan itu tidak pernah terjadi. Clemira berjalan menuju kamarnya, merasa semakin jauh dari Meshal, lebih dari sebelumnya.
...
Keesokan harinya, saat pagi hari mulai beranjak siang, Clemira kembali keluar dari rumahnya untuk menghirup udara segar. Pagi itu, Clemira mengenakan abaya berwarna dusty pink yang menambah kesan feminin namun tetap anggun. Abaya tersebut dirancang dengan potongan longgar yang elegan, dihiasi dengan detail renda halus di bagian ujung lengan dan kerah, mencerminkan perpaduan antara tradisi dan gaya modern. Hijab cashmere berwarna coklat gelap dengan corak, dililitkan dengan rapi di sekitar kepalanya, memberikan kesan lembut dan menawan. Untuk melengkapi penampilannya, Clemira mengenakan cadar yang terbuat dari bahan yang sama dengan abayanya, menambah harmoni keseluruhan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia di Balik Istana Pasir (END)
Teen Fiction"Kau tahu, Clemira," Meshal mulai berbicara, suaranya penuh ketenangan yang menakutkan. "Aku bukan hanya suamimu. Aku juga akan menjadi orang yang mengambil alih apa yang kau miliki. Keluargamu... perusahaanmu... semua itu akan menjadi milikku." Cle...