11. Hah

1.1K 38 0
                                    

⚠ ini cerita LGBT
↩ sorry for typo

Yg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠

.
.
.
.

Setelah seminggu penuh menghadapi kemarahan Jason yang mengerikan dan menerima hukuman berat, Dev akhirnya menyadari bahwa dia benar-benar tidak boleh kembali ke bar tersebut. Pengalaman itu terlalu menakutkan dan membuatnya trauma, terutama hukuman sex, spank dan kurungan di mansion besar milik Jason yang membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana selama seminggu. Setiap hari terasa seperti penjara, hanya bisa berkeliling di dalam mansion yang luas namun sunyi, tanpa kebebasan yang biasanya dia nikmati.

Hari ini adalah hari pertama Dev diperbolehkan keluar dari mansion, tetapi kebebasannya sangat terbatas. Dia hanya diizinkan untuk pergi ke kampus dan harus segera kembali ke mansion setelah itu. Bahkan setelah seminggu, Jason masih tidak memberinya kebebasan sepenuhnya. Sangat jelas bahwa Jason masih marah dan tidak ingin Dev berbuat hal yang sama lagi.

Saat mobil yang dikendarai oleh supir Jason melaju menuju mansion, Dev duduk dengan resah di kursi belakang. Ia masih merasa seperti tahanan Jason, dan setiap kali memikirkan situasinya, rasa frustasi dan marah muncul dalam dirinya. Kenakalan yang dia lakukan, yang oleh Jason diceritakan kepada ayahnya sebagai 'pencuri dan hampir dipenjara', membuat Dev tertawa miris. Ia Menggumam sambil tersenyum pahit. "Sial… Bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?"

Dev termenung, memandangi pemandangan luar yang melesat cepat di luar jendela mobil. Dalam hati, dia tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya setelah insiden ini.

Tidak ada lagi kebebasan, tidak ada lagi petualangan di luar sana tanpa pengawasan Jason. Meskipun ia kesal, ada sesuatu di dalam dirinya yang menyadari bahwa mungkin ini adalah jalan terbaik untuknya, untuk menjauhkannya dari masalah yang lebih besar di masa depan.

Namun, pemikiran itu tidak mengurangi rasa frustrasinya. Ia merasa hidupnya seolah-olah telah diambil alih oleh Jason, dan dia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan kembali kendali atas hidupnya. Mobil terus melaju, membawa Dev kembali ke mansion, tempat di mana kebebasannya masih dibatasi oleh bayangan Jason yang selalu mengawasinya.

.
.
.
.
.

Malam itu, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan Jason lagi-lagi pulang larut. Dev, yang awalnya tidak begitu peduli dengan kebiasaan baru Jason, mulai merasa kesepian. Rumah besar itu, yang dulunya terasa menyenangkan karena kebebasan, kini berubah menjadi tempat yang sepi dan membuat Dev merasa terisolasi. Satu-satunya orang yang mengisi kesepian itu, Jason, hanya muncul saat malam, dan itu pun dengan sikap yang semakin keras.

Saat mendengar langkah kaki Jason mendekat ke arah kamar tamu tempat Dev berada, Dev memutuskan untuk berpura-pura tidur. Namun, Jason yang sepertinya sudah bisa membaca perilaku Dev, langsung menghampiri bocah itu tanpa ragu. Jason mengusap pantat Dev dengan lembut sebelum berkata, “Kenapa tidur di kamar tamu, hm? Ayo pindah, baby!"

Tak ada sahutan maupun jawaban dari Dev yang masih berpura-pura memejamkan matanya. Namun, Jason tidak berhenti di situ. Ia mencubit kencang pantat Dev, membuat anak itu tersentak dan kelojotan kesakitan.

Dev, yang terkenal keras kepala dan sering berkata kasar, tidak bisa menahan diri untuk mengeluh. Namun, kata-kata kasarnya kali ini hanya memperburuk suasana. Jason, yang sudah memutuskan untuk merubah pendekatannya, menatap Dev dengan tatapan tegas dan marah.

“Apa kau bilang?” Jason memelototi Dev dengan penuh otoritas, mencoba menunjukkan bahwa kesabaran yang ia miliki sudah habis. Namun, bukannya merasa gentar, Dev justru menantang tatapan Jason, menolak tunduk pada pria yang dianggapnya mengendalikan hidupnya terlalu ketat.

Hire a Host 🔞 ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang