24. hah

506 17 0
                                    

ini cerita LGBT
↩ sorry for typo

Yg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠

.
.
.
.

Setelah kelas pertama selesai, Arnold memanggil Devian, Darwin, dan Juno untuk mengikuti kelas tambahan privat di ruangannya. Dev yang tadinya sudah pasrah karena mengira harus menjalani hukuman sendirian, tiba-tiba tersenyum puas saat mendengar bahwa kedua sahabatnya juga ikut.

Arnold memperhatikan perubahan ekspresi Dev dengan senyum tipis, senang melihat Devian tidak lagi tertekan sendirian. Memang, awalnya kelas tambahan ini hanya untuk Dev karena kesalahan serius yang pernah ia lakukan. Namun, dengan Darwin dan Juno ikut, Arnold berharap ketiganya bisa lebih fokus dan belajar dengan baik.

Sebelum Darwin dan Juno sempat protes, Arnold segera meninggalkan kelas sambil berkata dengan tegas, "Jangan lupa untuk datang ke ruangan saya nanti!" Suaranya menggema di ruangan, menandakan betapa seriusnya dia dalam menjalankan kelas tambahan ini.

Saat Arnold pergi, ketiganya merasa terbebani, namun mereka tetap harus menjalani rutinitas sekolah mereka. Mereka bergerak menuju kelas kedua, yaitu kelas manajemen keuangan. Jam sudah siang, dan rasa kantuk mulai menyelimuti mereka. Juno tampak setengah mengantuk, sedangkan Darwin berkali-kali menguap besar, tanda bahwa konsentrasi mereka mulai memudar.

"Kok gue ngerasa kelas tambahan nanti bakal lebih nyebelin daripada pelajaran yang dilakuin 1 kelas ya." Ujar Devian sambil melangkahkan kakinya.

"Yaelah, lebih baik kita bolos aja, gimana? Kita udah di ambang limit nih otak sama fisik." Ajak Darwin.

"Gue setuju banget, tapi kalau bolos lagi kita bisa dimatiin sama Arnold, bro." Ujar Juno bercanda.

Mereka bertiga tertawa kecil, tetapi rasa khawatir tetap membayangi. Mereka tahu, meskipun kelas manajemen keuangan ini membosankan, tantangan sebenarnya adalah menghadapi Arnold nanti di kelas tambahan privat. Rasa kantuk mereka di kelas hanya awal dari serangkaian ujian yang akan mereka hadapi hari itu.

.
.
.
.

Setelah kelas kedua berakhir, waktu menunjukkan pukul 12 siang, saatnya untuk istirahat makan siang. Devian, Darwin, dan Juno, tiga sekawan yang selalu bersama, menuju kantin kampus dengan lelah. Masing-masing memesan makanan sambil bersiap untuk menghadapi sisa hari yang tampaknya panjang, terutama dengan kelas tambahan yang dijadwalkan bersama Arnold.

Di meja kantin, Darwin mengeluh sambil menyantap makanannya, "Ah, anjir, males banget deh nanti ikut kelas tambahan si Arnold…"

Juno mengiyakan, "Sama, anjir. Gue juga, makin siang makin ngantuk."

Sementara itu, Devian hanya mendengarkan mereka dengan senyum tipis. "Syukurin, abisan kalian berdua bukannya bantu gue kemarin, malah ketawain gue," jawab Dev sambil bercanda. Perkataan itu membuat Darwin dan Juno merengut sebal, tetapi Devian justru tertawa senang. Namun, tawanya mereda saat ia mengakui, "Tapi jujur, gue juga males banget sih sebenarnya."

Tanpa mereka sadari, Arnold sedang melewati meja mereka dan mendengar percakapan itu. Ia berhenti tiba-tiba di depan mereka, membuat ketiganya terkejut. Dengan satu tangan menopang di meja, Arnold menatap mereka dengan tatapan tajam. "Jangan berani-beraninya kalian bolos nanti. Atau kalian bakal habis," ancam Arnold dengan nada tenang tapi menusuk. Ia mengacak rambut ketiganya dengan cara yang terlihat ramah, namun terasa menekan.

Ketiganya terdiam, merasa kaget dan gugup. Mereka hanya bisa mengunyah makanan mereka perlahan, berusaha tidak terlihat lebih mencolok di depan Arnold.

Setelah memberikan peringatan tersebut, Arnold tersenyum sinis dan berlalu, meninggalkan ketiganya dengan perasaan tidak nyaman.

Hire a Host 🔞 ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang