15. hah

1K 34 5
                                    

ini cerita LGBT
↩ sorry for typo

Yg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠

.
.
.
.

Dev sedang menjaga jarak dengan Jason setelah insiden kemarin. Ditambah, Ia juga sangat merindukan sentuhan di tubuhnya, Jason tidak pernah menyentuhnya dan hanya menghukumnya dengan pukulan pantat terus menerus.

Ingin kembali ke Bar, rasa ragu menyelimuti pikirannya saat ia memikirkan apakah harus kembali ke tempat itu atau tidak, mengingat Ia mendapatkan hukuman yang sangat menyakitkan dan sedikit enak sih yang ia alami sebelumnya. Tapi, tiba-tiba, ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya.

"Eh? Omong-omong soal bar... Seperti ada yang terlupakan," gumam Dev sambil berpikir keras. Tiba-tiba, ia tersadar dan wajahnya berubah tegang. "Sialan!" desisnya dengan marah.

Tanpa pikir panjang, Dev bergegas turun dan mencari keberadaan pamannya. "Pamaaannnnn!!! Pamaaaaan!!!!" teriak Dev seperti sedang memanggil di tengah hutan.

Jason, yang sedang berada di ruang kerjanya, hanya mendengar teriakan itu tanpa memberikan respon. Salah satu pekerja keluarga menghampiri Dev dengan sopan.

"Tuan besar ada di ruang kerjanya, Tuan," ucap pekerja itu.

"Oh... hm... makasih," jawab Dev cepat, lalu segera melangkah menuju ruang kerja Jason.

Begitu sampai di depan pintu, Dev langsung membukanya dengan kasar. Jason menatapnya dengan kening berkerut, jelas tidak suka dengan sikap Dev yang kurang sopan. Namun, ia berusaha menahan emosinya.

"Dimana sopan santunmu?" tanya Jason dengan suara tenang namun penuh otoritas.

Dev langsung kicep, menyadari kesalahannya. Ia mengerucutkan bibir, merasa bersalah. "Maaf..." ujarnya pelan.

"Hm," Jason hanya mengangguk sedikit. "Ada apa nyariin saya?" tanyanya lagi, kali ini lebih tenang.

"Ah yaaa! Itu..." Dev langsung kembali bersemangat, dan tanpa berpikir panjang, ia menggebrak meja kerja Jason. "Dimana????" teriaknya dengan mata melotot.

Jason mengangkat alis, sedikit bingung. "Apa?"

"Uangkuuuu siaaaaalll!! Arghhhhh!!!" Dev berteriak frustrasi. "Uang hasil kerjaku di bar! Paman sudah menghukumku habis-habisan tapi paman gak memberikan gajiku!"

Jason menatap Dev dengan tatapan yang seolah membuka luka lama. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab dengan nada yang sangat tenang, hampir seperti sedang mengingatkan. "Tidak ada, sudah saya berikan ke staff lain."

"HAH??? SEMUANYA? KU DENGAR DIA MEMBAYARKU 3 KALI LIPAT!!" Dev tidak bisa menerima penjelasan itu dan, dalam kemarahannya, ia mencengkeram baju Jason, berharap mendapatkan jawaban yang lebih jelas.

Jason hanya tersenyum dingin. Dengan perlahan, ia meremas pantat Dev dengan kuat, membuat Dev terkejut dan kelojotan kesakitan.

"Aduh... sialan, Paman...!" Dev meringis sambil berusaha melepaskan diri.

Jason tetap tersenyum, memancarkan aura dominasi yang membuat Dev tidak berdaya. "Ingat, Dev," ucapnya pelan, hampir seperti sebuah ancaman yang terselubung, "sopan santun tetap yang utama."

Dev berusaha meredam amarahnya dan melepaskan cengkeramannya dari baju Jason, meskipun emosinya masih berkobar. Ia menatap pamannya dengan mata yang berkilat marah, namun juga penuh kekhawatiran.

Dalam benaknya, Dev tahu bahwa melawan Jason tidak akan membawanya ke mana-mana, tetapi keadilan atas gajinya tetap menghantui pikirannya. Yah walaupun tujuan awalnya memang untuk mendapatkan kesenangan biologis.

Hire a Host 🔞 ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang