13. hah

1K 33 0
                                    

ini cerita LGBT
↩ sorry for typo

Yg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠

.
.
.
.

Dev berpikir bahwa Jason akan melupakan hukuman yang pernah mereka negosiasikan sebelumnya. Selama beberapa hari, Dev merasa lega karena tidak ada tanda-tanda Jason akan mengingatkan hukuman itu. Namun, pada suatu hari, tanpa ada masalah yang terjadi, Jason tiba-tiba memerintahkan Dev untuk tengkurap di atas pahanya.

Dev, yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, menatap Jason dengan bingung. Namun, Jason dengan tenang mengingatkan tentang hukuman yang telah disepakati sebelumnya. "Kamu kira saya lupa? Dalam satu bulan, kamu akan menjalani empat sesi hukuman ini. Hari ini adalah yang pertama," ucap Jason dengan nada dingin.

Mendengar itu, Dev langsung marah dan mulai memaki Jason dengan kata-kata kasar. Dia merasa bahwa hukuman ini tidak adil, apalagi ketika Jason menambahkan bahwa hukuman akan ditingkatkan jika Dev terus berkata kasar. Namun, Jason tetap tenang, malah melihat kemarahan Dev sebagai alasan untuk menambah hukuman anak itu.

Setelah Dev tengkurap di paha Jason, dengan tanpa ampun, Jason memulai hukuman.

PLAK

Pukulan pertama mendarat dengan keras di pantat Dev, membuat anak itu mengerang kesakitan. "Sialan, sakit!" desis Dev sambil meremas kuat kaki Jason sebagai bentuk pelampiasan. Namun, Jason tetap tidak terpengaruh, malah terus melanjutkan hukuman.

PLAK
PLAK
PLAK

Pukulan demi pukulan mendarat dengan keras, membuat Dev semakin merintih kesakitan. Setiap kali Dev mencoba mengusap pantatnya yang mulai terasa perih, Jason menahan tangan Dev dan memaksanya untuk menerima setiap pukulan.

Dev mulai kehilangan kekuatannya untuk berkata kasar, hanya bisa mengeluarkan suara rintihan yang tertahan.

PLAK!

Pukulan terakhir, yang kelima belas, meninggalkan rasa sakit yang mendalam. Pantatnya sungguh terasa nyeri.

Setelah selesai, Jason melepaskan Dev yang kini terbaring lemas di pangkuannya. Dengan napas terengah, Dev menatap Jason dengan mata yang mulai berkaca-kaca, tidak lagi bisa menyuarakan protes. Jason, meskipun merasa sedikit bersalah, tetap menatap Dev dengan tegas. "Ingat, ini hanya hukuman pertama. Jangan coba-coba melawan lagi, atau hukumannya akan lebih berat."

"Cih.." decih Dev san membuang mukanya, karena masih terlalu lelah dan kesakitan untuk memberikan respon lebih. Dia tahu bahwa selama sebulan ke depan, dia harus menghadapi tiga hukuman lagi, dan itu membuatnya merasa takut. Dalam hatinya, dia bertekad untuk mencari cara agar bisa menghindari hukuman-hukuman berikutnya, meskipun dia tahu itu tidak akan mudah.

Setelah hukuman berakhir, Dev merebahkan tubuhnya di kasur sendirian di kamar miliknya sekarang, sambil merasakan perih di pantatnya.

Sambil merenung, dia sadar bahwa Jason tidak main-main dengan hukuman ini. Meski marah dan kesal, Dev tahu bahwa dia tidak punya pilihan selain tunduk pada aturan Jason, setidaknya untuk sementara waktu. Namun, di balik rasa sakit dan keputusasaan itu, Dev mulai merencanakan cara untuk bertahan dan mungkin, suatu hari, bisa keluar dari kendali Jason yang keras ini.

.
.
.

Empat hari telah berlalu sejak sesi hukuman pertama yang diterima Dev dari Jason. Rasa sakit di pantatnya kini sudah hilang, dan Dev mulai kembali ke kebiasaannya, yakni menonton televisi sambil tiduran di atas sofa. Meski sudah tak merasakan sakit fisik, Dev masih merasa sedikit was-was jika Jason tiba-tiba mengingatkan tentang sesi hukuman berikutnya.

Hire a Host 🔞 ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang