ini cerita LGBT
↩ sorry for typoYg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠
.
.
.
.Setelah seharian penuh dengan kekacauan, Dev kembali ke rumah Jason dengan wajah yang masih penuh amarah. Begitu melihat pamannya yang sedang duduk membaca laporan kantor, rasa kesal terhadap Arnold kembali membara dalam dirinya. Tanpa sadar, Dev bergumam kasar, "Sialan brengsek."
Jason, yang tidak melewatkan apa pun, segera mengangkat kepalanya dan menatap Dev dengan tatapan tajam. "Mulutmu mau saya hajar?" ancam Jason dengan nada datar namun penuh makna.
Dev langsung tersadar dari kekhilafannya. "Ah, enggak paman... itu... uh, teringat sama ucapan Darwin dan Juno yang bikin aku kesal," jawab Dev sambil berusaha mencari alasan yang masuk akal.
Jason tetap menatapnya sejenak sebelum kembali ke laporannya. Dev, yang merasa suasana semakin tidak nyaman, dengan cepat berkata, "Ah paman, aku belajar dulu ya..." Ia kemudian bergegas ke kamarnya, berharap bisa melupakan sejenak masalah yang membebani pikirannya.
Setelah duduk di bangku belajarnya, Dev membuka laptop dan membuka aplikasi pengolah kata. Namun, tugas yang diberikan oleh Arnold seperti tembok besar yang menghalangi pikirannya. Ia mencoba mengetik beberapa kata, tetapi tak ada yang terasa tepat. Frustrasi, Dev menyandarkan kepalanya ke bantalan kursi, memejamkan mata, dan menghela napas panjang.
Tiba-tiba, dalam kegelapan di balik kelopak matanya, Dev merasakan bayangan yang bergerak di hadapannya. Ia membuka mata dengan cepat, dan betapa terkejutnya ia melihat Jason berdiri di sana, tepat di depannya. "AAAAAAAAAAA...." Teriak Dev dengan suara keras, tubuhnya tersentak hebat. "Kaget pamaaaaann. Kukira setaaaan!!!" Dev merengek, campuran antara ketakutan dan kelelahan membuat air mata mulai membasahi pipinya.
Jason terkejut melihat reaksi Dev yang begitu dramatis. "Hei, kenapa menangis?" tanyanya dengan nada yang jauh lebih lembut.
Dev terus merengek, meluapkan frustrasinya, "Paman, tugas dari dosen itu bikin aku pusing banget! Aku nggak bisa ngerjainnya!" Air mata mengalir deras, dan Dev semakin kesal dengan tekanan yang menimpanya.
Melihat kondisi Dev yang begitu tertekan, Jason mendekat dan duduk di sampingnya. "Tugas apa sih?" tanyanya dengan nada lebih peduli. Dev menjelaskan tugas yang diberikan oleh Arnold, dengan keluhan dan tangisan yang belum mereda.
Jason, yang tak pernah melihat Dev begitu hancur karena hanya sebuah tugas kuliah, akhirnya memutuskan untuk membantu. Ia duduk di sebelah Dev dan bersama-sama mereka mulai mengerjakan tugas itu.
Dev berusaha keras untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Arnold, namun baru sekitar 10% dari tugas itu yang selesai, meskipun Jason telah membantu. Mata Dev mulai berat, dan ia sering kali menguap lebar, bahkan sesekali memejamkan matanya saat Jason menjelaskan beberapa hal penting. Setiap kali itu terjadi, Dev kembali tersadar dan mencoba fokus, tetapi kelelahan mulai mengambil alih.
Melihat keadaan Dev yang semakin mengantuk, Jason memutuskan untuk menghentikan sementara pekerjaan mereka. Ia menyimpan file yang sudah Dev ketik, memastikan semuanya tersimpan dengan baik. "Ayo tidur," ajak Jason dengan lembut, suaranya penuh kehangatan.
Tanpa perlawanan sedikit pun, Dev yang sudah terlalu lelah hanya mengangguk pelan. Jason kemudian mengangkat tubuh Dev yang hampir tertidur di kursinya. Dengan hati-hati, ia menggendong Dev seperti anak kecil, membawanya ke kamar Jason yang lebih nyaman.
Setelah tiba di kamar, Jason dengan lembut merebahkan tubuh Dev di atas kasur yang empuk. Dev sudah memejamkan matanya, dan napasnya mulai tenang, menandakan ia hampir tertidur. Jason menatap wajah Dev yang terlihat lelah namun damai, dan merasa iba melihat betapa keras anak itu berusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hire a Host 🔞 ( On Going )
Non-FictionBagaimana jadinya jika Dev menjadi seorang pelacur oleh pamannya karena sebuah insiden yang tak terduga. Gay BxB MxB