16. hah

762 23 0
                                    

ini cerita LGBT
↩ sorry for typo

Yg udah read bantu vote sama komentya dong, biar ke up ceritanya 😠

.
.
.
.

Dev membuka matanya karena sinar matahari yang mengganggu tidurnya yang baru beberapa jam. "Hahhhh..." Ia menghela nafasnya panjang karena memikirkan kegiatan panas semalam.

"Gila.." gumamnya lagi karena tak habis pikir dengan pikiran Jason, yang benar-benar menggepur dirinya tanpa ampun.

Tubuh bagian belakangnya sangat amat sakit. Walaupun Jason meninggalkan Dev dengan keadaan bersih, tetap saja itu membuat Dev sebal.

"Akh sial, kenapa aku juga seperti kucing birahiii" teriaknya kesal pada dirinya sendiri dan memukul kasur yang Ia tiduri. "Aw aw aw.." dan malah membuat seluruh tubuhnya semakin sakit.

Dan kebetulan, Jason tengah berdiri didekat pintu dan mendengar kata kucing birahi yang di teriaki Dev membuat pria dewasa itu terkekeh.

"Ya kamu seperti kucing birahi, sampai saya tidak sanggup mengimbanginya." Goda Jason membuat wajah Dev memerah.

'Apa-apaan, yang lebih buas itu jason kenapa jadi dirinya yang disalahi. Sial.' Batin Dev.

Jason, yang telah memperhatikan kondisi Dev, mendekat dengan niat yang jelas.

Tanpa peringatan, Jason memukul pantat Dev sekali dengan keras, menyebabkan Dev terpekik kesakitan. "Akh, sakit sial!!!!!" teriak Dev dengan nyeri yang mengganggu. Kesakitan itu membuat Dev tak bisa lagi melontarkan kata-kata kasar seperti sebelumnya. Jason memandang dengan senyuman sinis, puas melihat bahwa Dev kini tidak berani melawan.

Ia berpikir akan memberikan sedikit reward untuk Dev karena mulai berkurang dalam berkata kasar. Lain hal dengan Dev yang malah melanjutkan kata kata kasar didalam hatinya. Lubangnya berdenyut nyeri akibat perbuatan Jason dan kali ini karena Jason lagi. Gimana Dev tidak bisa berkata kasar?

"Ayo mandi." ajaknya sambil meraih tangan Dev dan menariknya pelan.

Dev merasa enggan menolak, terutama karena rasa sakit yang terus menghantuinya. Dengan enggan, ia membiarkan Jason menggendongnya seperti pengantin dan membawanya ke kamar mandi. Jason bertindak tanpa nafsu, hanya melakukan tugasnya dengan efisien.

Di kamar mandi, Jason membersihkan tubuh Dev dengan lembut namun tegas. Setelah memastikan tubuh Dev benar-benar bersih, Jason mulai mengobati lubang Dev yang lecet dengan salep yang ia bawa. Selama proses ini, Jason terlihat penuh perhatian, meski tanpa menunjukkan empati yang dalam.

Berbeda lagi dengan Dev yang sesekali mengangkat pantatnya karena nyeri yang Ia rasakan saat jari Jason dan salep itu mengenai luka di lubangnya.

Jason yang gemas menahan pinggul Dev dengan kakinya yang besar. "Cepatlah.. sakit tau..!" Ujar Dev sesekali meringis dan meremas seprai dibawahnya.

.
.
.

Dev merasa frustrasi dan kesal dengan kehidupan yang terkurung di rumah Jason selama sebulan. Meskipun lubang pantatnya masih nyeri, ia memaksakan diri untuk turun ke ruang makan dengan berjalan, meski Jason sering menggoda, "Bisa jalan kan? Atau mau digendong?"

Dev hanya menjawab dengan sinis, "Cih," karena ia ingin menunjukkan bahwa ia tetap mampu berdiri sendiri meskipun lubang pantatnya masih terasa nyeri.

Selama sebulan penuh tinggal di rumah Jason, Dev merasa terkekang. Keinginan untuk kembali ke kampus dan kebebasannya semakin menguat. Apalagi hari itu, ia mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan kedua sahabatnya yang sulit dihubungi selama ini. Dev sangat ingin pergi ke rumah salah satu sahabatnya, namun Jason melarangnya dengan alasan Dev mungkin akan pergi ke bar dengan teman-teman nakalnya.

Hire a Host 🔞 ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang