Y/N menatap pintu kandang yang tertutup rapat, jantungnya berdegup kencang. Di dalam, The Viper tampak tenang, meskipun dia terperangkap. Senyuman dingin tersungging di bibirnya, seolah-olah dia masih memegang kendali, meskipun nasibnya kelihatan suram.
Y/N memandangnya dengan mata tajam, tidak menunjukkan rasa takut. "Kau sudah kalah, The Viper. Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang."
The Viper tertawa kecil, suara tawanya bergetar di udara malam yang sejuk. "Kalah?" katanya dengan nada mengejek. "Kau sungguh naif, Y/N. Pertempuran ini hanyalah sebuah permainan kecil dalam rencana besarku. Tapi sebelum kau merasa terlalu puas dengan kemenangan kecilmu ini, ada sesuatu yang harus kau ketahui."
Y/N mengerutkan kening, merasa curiga. "Apa maksudmu?"
The Viper menatapnya dengan pandangan tajam, mata hitamnya bersinar dengan niat jahat. "Apa kau tidak ingin mengetahui sesuatu, Y/N?" Dia menyandarkan tubuhnya pada pintu kandang yang dingin, wajahnya mendekat seolah-olah dia ingin berbisik. "Sesuatu tentang masa lalu keluargamu... rahasia yang telah lama disembunyikan dari dirimu."
Kata-kata The Viper menggema di telinga Y/N, menanamkan rasa takut yang tidak dia duga. "Apa yang kau bicarakan?" tanya Y/N, suaranya sedikit bergetar.
The Viper hanya tersenyum lebih lebar, menikmati efek dari kata-katanya. "Mungkin kau pikir kau tahu segalanya tentang keluargamu dan tentang dirimu. Tapi, Y/N, ada hal-hal yang tak pernah diceritakan padamu. Hal-hal yang bahkan mereka yang terdekat denganmu takut untuk mengungkapkannya."
Y/N merasa darahnya mulai mendidih. "Cukup dengan permainan ini. Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan, katakan saja!"
Namun, The Viper tidak menjawab dengan segera. Dia membiarkan ketegangan membangun, memanfaatkan setiap detik ketidakpastian yang menghantui Y/N. "Kau harus mempertanyakan setiap kata, setiap tindakan dari mereka yang kau percaya, Y/N. Karena di dunia ini, yang kau pikir adalah sekutu bisa saja adalah musuh terbesarmu."
Y/N merasakan detak jantungnya makin cepat. Di dalam, The Viper terus tersenyum, menikmati setiap saat dia bisa memanipulasi pikiran dan emosi Y/N.
The Viper menatap Y/N dengan mata penuh kepuasan, menikmati reaksi yang dia timbulkan. Perlahan, dia menyandarkan dirinya lebih dekat ke jeruji besi, suaranya berubah menjadi bisikan yang meresahkan.
"Ada satu hal lagi, Y/N," katanya, senyuman jahat terlukis di wajahnya. "Kau harus tahu bahwa ada mata-mataku di mansion ini, seseorang yang kau percayai sepenuhnya."
Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar, menghantam Y/N dengan kekuatan yang tak terduga. Dia merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya berputar, dan rasa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Mata-mata di mansion?" Y/N mengulangi, suaranya hampir tak terdengar. "Siapa?"
The Viper hanya tersenyum lebih lebar, tidak memberikan jawaban langsung. "Mengapa aku harus memberitahumu? Di dunia ini, kepercayaan adalah senjata paling berbahaya. Dan sekarang, kau tidak akan pernah tahu siapa di antara kalian yang sebenarnya berpihak padaku."
Y/N menatapnya dengan penuh kebencian, tapi juga dengan rasa ketidakpastian yang semakin dalam. Siapa yang bisa dia percayai? Semua orang di mansion—Joshua, Jeonghan, bahkan anggota SEVENTEEN lainnya—telah berjuang bersamanya, melindunginya. Tapi sekarang, dengan benih keraguan yang telah ditanamkan oleh The Viper, Y/N merasa terombang-ambing di antara ketidakpercayaan dan rasa takut.
"Berhenti bermain-main, The Viper," Y/N mendesis, mencoba untuk tetap tegar. "Siapa mata-matamu?"
The Viper menggelengkan kepalanya dengan penuh rasa puas. "Itulah yang harus kau temukan sendiri, Y/N. Dan sampai saat itu, jangan pernah percaya pada siapa pun di mansion ini. Siapa tahu, mungkin mereka hanya menunggu saat yang tepat untuk mengkhianatimu."
YOU ARE READING
Fate's cruel game
Fanfiction**Sinopsis:** Dalam dunia gelap jenayah terancang, di mana kesetiaan dan kuasa menentukan kelangsungan hidup, kehidupan Y/N adalah keseimbangan yang rapuh antara hak istimewa dan bahaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya seorang bos mafia yang ber...