Joshua masuk ke bilik bacaan dengan langkah yang berat, namun tekadnya sudah bulat. Dia memandang Seungcheol, yang mengangguk perlahan, memberi isyarat bahwa dia akan meninggalkan mereka berdua. Setelah Seungcheol keluar, Joshua menatap Y/N yang sedang duduk di salah satu kerusi dengan pandangan yang suram.
"Y/N," suara Joshua serak, namun ada ketegasan dalam nada suaranya. "Aku perlu berbicara denganmu."
Y/N mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan tatapan Joshua. Ada kesedihan yang terpancar di wajahnya, sesuatu yang Y/N belum pernah lihat sebelumnya.
"Aku... Aku sudah memikirkannya dengan baik," Joshua memulai, mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan. "Aku tak bisa terus seperti ini. Melihatmu bersama Jeonghan, merasa tersisih, itu menghancurkan aku. Tapi aku tahu, aku tak boleh egois."
Y/N diam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Joshua.
"Perasaanku padamu... aku harus menghilangkannya. Bukan karena aku tak mencintaimu lagi, tapi karena aku tahu, ini yang terbaik untuk kita semua. Aku tak ingin menjadi beban, atau menjadi alasan kamu terluka lagi. Aku akan tetap berada di sisimu, melindungimu, dan berjuang bersamamu melawan musuh kita. Tapi untuk mencintaimu... aku harus berhenti," Joshua menelan ludah, berusaha menahan air matanya yang hampir tumpah.
Y/N terpaku, tak mampu berkata apa-apa. Kata-kata Joshua menusuk hatinya, membuatnya merasa bersalah dan sedih dalam waktu yang sama. Namun, dia tahu, keputusan Joshua adalah demi kebaikan bersama.
"Kau pasti akan tetap menjadi bagian penting dalam hidupku, Y/N," Joshua melanjutkan dengan suara yang bergetar. "Tapi, aku harus belajar untuk membiarkanmu pergi, setidaknya dalam hatiku."
Dia menunduk, seolah-olah membiarkan beban yang selama ini ditanggungnya lepas dari pundaknya. "Aku harap kau bisa mengerti. Ini adalah jalan yang terbaik untuk kita semua."
Y/N mengangguk perlahan, hatinya penuh dengan campuran perasaan. Dia tahu, ini bukanlah hal yang mudah bagi Joshua, dan itu membuatnya menghargai keputusan itu lebih dalam.
Joshua menarik napas dalam, berusaha mengumpulkan keberanian terakhirnya sebelum berbalik dan meninggalkan bilik bacaan itu, meninggalkan Y/N dengan perasaan yang tak terungkapkan.
Setelah Joshua keluar dari bilik bacaan, Y/N duduk diam di tempatnya, merasakan keheningan yang begitu mendalam setelah percakapan yang baru saja terjadi. Perasaannya bercampur baur—sebuah campuran antara kesedihan, kehilangan, dan rasa syukur atas ketulusan Joshua.
Dia memandang ke arah pintu, tempat Joshua baru saja menghilang, dan hatinya bergetar. Joshua, yang selama ini selalu ada untuknya, kini memutuskan untuk melepaskan cinta itu demi kebaikan bersama. Itu adalah pengorbanan yang besar, dan Y/N tidak bisa mengabaikan betapa beratnya keputusan itu untuk Joshua.
Y/N menghela napas panjang, lalu berdiri dari tempat duduknya. Perbualannya dengan Seungcheol sebelumnya juga terlintas dalam pikirannya—tentang keluarganya, ibunya, dan kakaknya yang jauh dari sini demi keselamatan mereka. Semua ini membuatnya merasa semakin terbeban, seolah-olah dunia ini penuh dengan perpisahan dan pengorbanan.
Dengan langkah yang berat, Y/N keluar dari bilik bacaan. Dia tahu bahwa saat ini, dia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk semua orang di sekelilingnya—untuk Jeonghan, Seungcheol, Joshua, dan semua orang yang bergantung padanya. Dunia yang mereka hidupi ini penuh dengan bahaya, dan setiap keputusan yang dibuat bisa membawa akibat yang tidak terduga.
Setelah meninggalkan bilik bacaan, Y/N berjalan menyusuri koridor mansion yang sepi. Fikirannya masih penuh dengan apa yang Joshua katakan, namun dia tahu ada banyak lagi yang harus dilakukan. Musuh mereka masih ada di luar sana, dan mereka tidak bisa berhenti sekarang.
Dia berhenti sejenak di hadapan jendela besar yang memperlihatkan halaman mansion yang gelap. Di luar, langit malam membentang luas, dipenuhi bintang-bintang yang berkelip. Y/N menarik napas dalam, mencoba mengumpulkan kembali kekuatannya.
Di dalam hatinya, Y/N tahu, meskipun perjalanan ini akan sulit, dia tidak sendirian. Dia memiliki keluarga, teman-teman yang siap berdiri di sampingnya, dan mereka akan menghadapi semua ini bersama-sama. Tapi malam ini, dia hanya bisa merenung dan menerima kenyataan bahwa beberapa hal harus dilepaskan untuk kebaikan yang lebih besar.
Dengan itu, Y/N memutuskan untuk kembali ke kamarnya, bersiap untuk menghadapi hari-hari yang akan datang, dengan segala tantangan dan keputusan yang menanti di depannya.
____
Keesokan paginya, mansion itu kembali sunyi setelah malam yang penuh emosi. Y/N terbangun lebih awal dari biasanya. Dia tidak banyak tidur setelah perbualan dengan Joshua malam sebelumnya. Fikiran tentang keluarga, masa depannya, dan keselamatan orang-orang yang dia sayangi terus berputar di kepalanya.
Setelah berpakaian, Y/N keluar dari biliknya dan berjalan menuju ruang tamu. Cahaya matahari pagi menyusup melalui jendela, memberikan suasana tenang yang hampir menipu. Di luar, burung-burung berkicauan, seolah-olah dunia luar tidak tahu tentang kekacauan yang terjadi di dalam mansion.
Saat dia berjalan melewati ruang tamu, dia melihat Jeonghan sedang duduk di sofa, terlihat lebih tenang daripada sebelumnya. Namun, saat mata mereka bertemu, Y/N dapat melihat kerisauan yang tersembunyi di balik senyum lembut Jeonghan. Mereka berdua saling memahami tanpa perlu berkata apa-apa—malam sebelumnya telah mengubah banyak hal.
Jeonghan berdiri dan berjalan mendekati Y/N. "Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan nada lembut, meskipun dia mungkin sudah tahu jawabannya.
Y/N menghela napas panjang. "Tidak begitu baik," jawabnya jujur. "Terlalu banyak yang perlu difikirkan."
Jeonghan mengangguk, menunjukkan bahwa dia mengerti. "Aku juga. Tapi kita harus terus maju, Y/N. Banyak yang bergantung pada kita."
Y/N mengangguk. "Aku tahu, Jeonghan. Aku hanya... risau tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlalu banyak yang kita hadapi."
Sebelum Jeonghan bisa menjawab, pintu masuk ke ruang tamu terbuka, dan Seungcheol masuk. Dia memandang keduanya dengan tatapan serius. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," katanya tanpa basa-basi.
Y/N dan Jeonghan saling bertukar pandang sebelum mengangguk. Mereka tahu bahwa pembicaraan ini tidak bisa dihindari. Mereka semua berjalan ke ruang pertemuan kecil yang ada di mansion, tempat mereka biasa mendiskusikan hal-hal penting.
Di dalam, semua anggota SEVENTEEN lainnya sudah berkumpul, wajah-wajah mereka mencerminkan keprihatinan yang sama. Suasana di ruangan itu tegang, seolah-olah semua orang tahu bahwa apa pun yang akan dibicarakan di sini bisa menjadi titik balik dalam hidup mereka.
Setelah semua duduk, Seungcheol membuka percakapan. "Kita tahu bahwa situasi semakin rumit. Musuh kita tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kita harus bersiap untuk apapun yang akan datang, dan kita tidak bisa membiarkan pertahanan kita melemah."
Y/N memandang sekeliling ruangan, melihat ekspresi tegas di wajah setiap anggota. Mereka semua sudah melalui banyak hal bersama, dan meskipun masing-masing dari mereka punya beban sendiri, mereka selalu bersatu.
"Aku setuju," kata Y/N akhirnya. "Kita harus lebih berhati-hati. Dan itu berarti kita harus lebih selektif dalam siapa yang kita percayai. Tidak ada tempat untuk pengkhianat di sini."
Semua orang mengangguk, menyetujui kata-kata Y/N. Mereka tahu bahwa untuk bertahan hidup, mereka harus bersatu. Tidak ada ruang untuk keraguan atau ketidakpercayaan di antara mereka.
Namun, di balik semua percakapan serius itu, Y/N tidak bisa mengabaikan rasa sakit yang masih menyelimuti hatinya—tentang Joshua, tentang keluarganya, tentang semua yang telah hilang dan yang mungkin masih hilang di masa depan.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk menyerah. Dia menguatkan hatinya dan memutuskan bahwa dia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi orang-orang yang dia cintai. Mereka semua akan terus maju, meskipun jalan di depan mereka penuh dengan bahaya dan ketidakpastian.
YOU ARE READING
Fate's cruel game
Fanfiction**Sinopsis:** Dalam dunia gelap jenayah terancang, di mana kesetiaan dan kuasa menentukan kelangsungan hidup, kehidupan Y/N adalah keseimbangan yang rapuh antara hak istimewa dan bahaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya seorang bos mafia yang ber...