Part 11 the pain

1 0 0
                                    

Setelah melepaskan The Viper, Y/N merasakan dunia di sekelilingnya berputar, beban emosional yang baru saja dihadapinya terasa sangat berat. Dengan langkah yang goyang, dia meninggalkan mansion, mencari tempat yang jauh dari pandangan mata yang bisa memberi sedikit kedamaian—atau sekurang-kurangnya, tempat untuk memproses apa yang baru saja dia pelajari.

Dia menemukan sebuah tempat tersembunyi tidak jauh dari mansion—sebuah area kecil di hutan yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi dan semak-semak lebat. Tempat ini terasa sepi dan terlindung dari dunia luar. Y/N melangkah ke dalam ruang kecil itu, duduk di atas tanah yang berlapis daun kering.

Air mata mulai mengalir tanpa henti dari matanya, membasahi pipinya. Dia merasakan dadanya yang terasa sesak, bergetar dengan setiap isak tangis yang datang. Dengan tangan yang gemetar, dia mulai memukul dadanya, seolah-olah dia bisa mengusir rasa sakit dan kemarahan yang merasuki dirinya.

"Apa yang telah aku lakukan?" gumamnya di antara isak tangis. "Bagaimana aku bisa mempercayai semua ini? Bagaimana mungkin semua ini benar?"

Kebenaran yang baru saja dia ketahui tentang Joshua—bahwa dia sebenarnya adalah ketua yang berkhianat—merobek hatinya dengan cara yang tidak pernah dia bayangkan. Kekecewaan dan kesedihan campur aduk dalam dirinya, membuat setiap napas terasa berat.

Dia merasakan seolah-olah seluruh dunia telah runtuh di sekelilingnya, dan satu-satunya yang tersisa hanyalah rasa sakit yang mendalam. Y/N merasa terjebak dalam kekacauan emosional, tidak tahu bagaimana melanjutkan atau siapa yang harus dia percayai.

Kau menangis lebih keras lagi, berusaha untuk melepaskan semua perasaan yang telah menumpuk di dalam dirinya. Hanya dengan harapan bahwa mungkin, dengan waktu, kau bisa menemukan kekuatan untuk menghadapi apa yang akan datang dan mencari jalan keluar dari kekacauan yang telah mengubah hidupnya selamanya.

___

Y/N tetap duduk di sana, dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh isak tangisnya. Waktu seolah-olah berhenti di sekelilingnya, memberi ruang bagi semua perasaan yang meluap-luap di dalam hatinya untuk keluar. Tetapi meskipun begitu, pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya terus berputar di pikirannya.

Bagaimana mungkin Joshua, yang selama ini dia percayai, adalah pengkhianat? Apakah semua yang dia lihat, semua yang dia rasakan, hanya ilusi yang disusun dengan rapi oleh seseorang yang memiliki niat tersembunyi? Dan jika Joshua memang berkhianat, apa yang akan terjadi pada SEVENTEEN dan keluarganya?

Di tengah kekalutan pikirannya, Y/N mendengar suara langkah kaki mendekat. Dia terdiam, menahan napas, berharap agar dia tidak ditemukan di sini, di saat-saat yang begitu rapuh ini. Namun, ketika langkah itu semakin dekat, dia mengenali suara yang khas—suara langkah yang ringan tetapi mantap.

"Y/N?" Sebuah suara lembut memanggil, membuat hatinya seketika berdegup lebih cepat. Itu adalah Joshua.

Dia tidak berpaling, tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Tetapi Joshua, selalu peka, tahu bahwa ada sesuatu yang salah. "Kau di sini?" Dia bertanya dengan nada yang mengandung kekhawatiran. "Aku mencarimu ke mana-mana."

Y/N tetap diam, berusaha mengendalikan emosinya yang berkecamuk. Joshua berlutut di sampingnya, mencoba menangkap pandangannya. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan lembut.

Y/N akhirnya menoleh, menatapnya dengan mata yang masih basah oleh air mata. Ada begitu banyak hal yang ingin dia katakan, tetapi kata-kata seolah-olah tersangkut di tenggorokannya. Apakah dia harus menghadapinya sekarang? Menanyakan kebenaran tentang siapa dirinya yang sebenarnya?

Joshua mengangkat tangan, hendak menyentuh pipinya yang basah, tetapi Y/N menepisnya dengan lembut. "Jangan sentuh aku," bisiknya, suaranya serak.

Joshua mundur, terkejut oleh responsnya yang tak terduga. "Y/N, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang kukatakan atau kulakukan?"

Fate's cruel gameWhere stories live. Discover now