•• Obsession 🥀 | 14

127 5 0
                                    

Sore ini adalah hari ke-dua Zeara mengunjungi Kenic, atas permintaan kakaknya. Jika saja bukan Gitano yang memintanya untuk mengunjungi Kenic, Zeara tidak akan datang hari ini, Zeara sangat tidak ingin Kenic mengira bahwa dirinya menghawatirkan pria itu.

Dan hiraukan lah benda yang berada di tangannya, ini adalah tindakan yang wajar, bukan? Membawa bingkisan jika menjenguk orang sakit, lagi pula keranjang berisi buah-buahan ini sangat lumrah di lakukan oleh semua orang.

Tampa permisi, Zeara langsung membuka pintu, tidak memperdulikan ketidaksopanan nya. Lagi pula pasti hanya ada Kenic di dalam sana, jadi untuk apa mengetuk pintu terlebih dahulu? Pria itu saja suka seenaknya langsung masuk kedalam rumahnya.

Hal yang pertama kali Zeara lihat ialah wajah pucat Kenic, pria itu tengah sibuk membaca berkas yang Zeara tebak itu pasti berkas kerjaannya. Ck, pria itu tidak sadar diri 'kan? Baru saja bangun, tapi sudah bekerja.

Zeara menaruh keranjang buah di atas meja dengan keras sembari menatap kearah sekeliling ruangan ini, kamar VIP. Banyak gaya sekali Komisaris muda ini.

Menyadari akan kehadiran seseorang, Kenic mengangkat pandangannya, mengeluarkan senyum. “Jadi terharu nih ... Udah mau datang, bawa bingkisan lagi, nggak mau sekalian nyuapin makan?”

Zeara menatap tak bersahabat kearah Kenic, sudah untung ia menjenguk, ini malah minta di suapin makan? Ngelunjak banget jadi orang. “Gue gantiin Kak Gitano buat jenguk, nggak usah geer.”

Kenic mangut-mangut percaya, mana mungkin Zeara datang dengan sendirinya? Harga diri gadis ini tinggi. “Kok malah duduk di sana?” tanya heran Kenic, melihat Zeara duduk di sofa yang jaraknya jauh dengan tempat ia berbaring. “Dimana-mana kalo mau jenguk duduknya tuh di sini.” Kenic menunjuk kursi tunggal di samping nya.

Zeara acuh, gadis itu lebih memilih membuka bingkisan yang dirinya bawa lalu mengambil apel dan memakannya, sembari menatap televisi yang baru saja ia nyalakan.

“Dih, nggak sadar diri, udah gede masih aja nonton kartun.” Tidak ada jawaban dari Zeara, membuat Kenic terasa terabaikan, tapi memang ia sedang di abaikan. “Zea, Kamu niat jenguk nggak, sih?”

“Nggak.”

Oke, Kenic menyesal telah menanyakannya, padahal dirinya tau jawabannya akan seperti ini, tapi tetap saja bertanya. Zeara dari dulu memang selalu mengatakan apa yang dirinya ingin katakan, dengan ceplas-ceplos. “Nggak ada niatan motongin buahnya lalu suapin aku?”

“Enak ajaa?? Masih punya tangan 'kan? Kupas sendiri, potong sendiri, dan makan sendiri. Jangan manja.”

“Dih, curang, waktu kamu sakit juga aku yang nyuapin.” Kenic tampa sadar mengeluarkan senyumnya saat mengingat kejadian satu bulan yang lalu, saat Zeara demam.

Tuh 'kan, apa Zeara bilang benar, setiap kata yang dikeluarkan oleh Kenic selalu berhasil membuatnya kecal. “Oh, jadi nggak tulus, ya?”

“Tulus kok, tapi mau dapet balasan.”

“Itu namanya engga, dodol!” Namun tak urung Zeara melangkah mendekat kearah Kenic. “Nih, Aaa~” Gadis itu menyodorkan buah kearah mulut Kenic.

“Ya ampun, Zea ....” Kenic menatap nanar buah Naga yang masih utuh. “Gimana cara aku makanya?”

“Ya gigit lah, terus kunyah, pake nanya.” Zeara menarik kembali tangannya, melihat Kenic tak ada niat untuk mengigit buah ditangannya ini. “Ya udah kalo nggak mau.”

Kenic membuang nafas gusar melihat punggung Zeara yang menjauh, gadis itu kembali duduk di sofa. Entah sampai kapan sikap gadis itu akan terus bersikap acuh seperti ini.

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang