•• Obsession 🥀 | 34

72 1 0
                                    

Zeara bersama Seira sudah menghabiskan waktu satu jam di pusat perbelanjaan, seperti janjinya kemarin, Seira akan menyempatkan waktu untuk bermain bersama Zeara di luar.

Sesekali, Saira merekam aktivitas mereka, katanya untuk di unggah di media sosial. Tetapi sebelum merekam, Seira sempat meminta ijin terlebih dahulu kepada Zeara, dan tentu saja Zeara ijinkan dengan senang hati.

Selama menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, mereka dengan antusias berbelanja dan mengunjungi beberapa toko, selama itu juga mereka menyadari bahwa mereka memiliki sedikit persamaan selera dalam beberapa hal.

Di sepanjang waktu, Zeara serta Seira terus berbincang gurau, sesekali akan tertawa karna pembicaraan yang mereka bicarakan. Bahkan, dalam cerita tersebut mereka mengeluarkan keluh kesah, serta masalah yang tengah di hadapi.

Seperti sekarang ini, saat mereka tengah makan di salah satu restoran di dalam mall. Seira dengan semangat empat lima-nya, menceritakan semua isi hati tentang Gitano kepada Zeara. “Kamu harus rahasiakan ini, ya, Zea?” tuntut Seira serius.

Zeara tentu saja dengan cepat menganggukkan kepala, bibir gadis itu membentuk senyum lebar, menanti perkataan Seira selanjutnya.

Belum sempat Seira mengatakan sesuatu, pipi perempuan itu sudah terlebih dahulu merona. “Zea, kamu tau? Sebenarnya aku masih menyukai Gitano,” akunya dengan tersenyum malu, beberapa detik kemudian ekspresinya berubah menjadi murung. “Tapi ... Sepertinya Gitano tidak, sekarang dia terlihat sangat mengabaikan diriku. Namun, terkadang dia bertingkah seperti menyukaiku, tetapi itu hanya sesaat, membuatku bingung. ”

Zeara hanya terdiam, tidak tahu harus menjawab seperti apa. Tentu saja dirinya mengalami kebingungan, karna dirinya sendiri tidak mempunyai pengalaman dalam dunia asmara.

“Menurut kamu gimana, Zea? Gitano menyukaiku atau tidak?”

Mendengar pertanyaan seperti itu, membuat Zeara lebih kebingungan. Zeara tampa sadar menggaruk pipinya, ini salah satu kebiasaannya saat tengah bingung. “Zeara, sih ... Nggak tau perasaan Kak Gita, karna Kak Gita nggak pernah bicarain tentang Kak Seira.” Perkataan Zeara tersebut tentu saja melukai hati Seira, membuat Zeara merasa bersalah. “Tapii ... Tapi Kak Seira! Menurut Zea, Kak Gita ada kemungkinan masih suka sama Kak Seira, karna sejak dulu Kak Gita nggak pernah berhubungan sama cewek lain, dari dulu Kak Gita selalu sibuk belajar dan bekerja. Jadi kemungkinan besarnya ... Kak Gita masih suka sama Kak Seira, tapi mungkin Kak Gita nggak bisa mengungkapkan perasaannya seperti dulu lagiii, gitu!” jelas Zeara panjang lebar, berhasil membuat Seira tertawa. Karna Gaya bahasa Zeara tercampur aduk, sungguh lucu.

“Haha, berkat penjelasan dari kamu, aku sempat berpikir Gitano masih sangat menyukaiku, Zea. Sedangkan prilakunya sangat berbeda jauh,” ungkap Seira di sela-sela tawa kecil.

Zeara menggeleng, tidak terima dengan perkataan Seira. “Asal Kak Seira tau, selama ini nggak ada perempuan yang dekat dengan Kak Gita, bahkan sampai memberikan alamat rumahnya, Kak Gitano nggak pernah ngelakuin itu ke siapapun.”

Seira menggeleng, mengelak ucapan Zeara. “Tapi dia selalu bersikap acuh, Zea. Bahkan sesekali ia menyuruhku untuk pergi dari kehidupannya.” Saat di akhir kalimat, Seira sedikit menurunkan nada bicaranya.

Zeara terdiam beberapa detik. “Tetap aja! Menurut Zea, Kak Gitano masih suka sama Kak Seira. Jika tidak, mana mungkin Kak Gita mau menghabiskan waktu bersama Kakak? Mungkin saat Kak Gita nyuruh Kak Seira pergi dari kehidupan Kak Gita, Kak Gita nggak bermaksud kayak gitu, mungkin dia hanya salah ucap karna banyak pikiran.”

Lagi, penjelasan dari Zeara berhasil membuat senyum Seira mengembang. “Nanti kamu harus datang, ya? Di pernikahan aku sama Gitano,” canda Seira secara tiba-tiba.

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang