•• Obsession 🥀 | 12

139 4 0
                                    

Langit berwarna gradasi orange-putih itu membuat mata Zeara termanjakan, apalagi melihat matahari yang hampir tenggelam menambah kecantikan langit, di bawah langit tersebut ada lautan luas yang memantulkan kecantikan cahaya sinar matahari.

Zeara menoleh kerah Kenic dengan senyuman manis miliknya, ternyata pria itu menepati perkataannya yang ingin mengajaknya kesebuah pantai untuk melihat keindahan sunset.

“Aku memang tampan, Zea. Tapi jangan menatapku seperti itu,” lontar pria itu sembari menyembunyikan wajahnya di lipatan kaki yang tengah pria itu tekuk.

Zeara langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi ilfil, apa-apaan perkataan cowok itu? Siapa juga yang menatap kearah wajah Kenic? Sejujurnya Zeara sudah ada niat untuk berterimakasih kepada Kenic yang telah membawanya kesini. Namun, sebaiknya tidak, bisa-bisa pria ini melayang tinggi melebihi langit.

“Siapa yang tampan?”

Kenic menatap kearah Zeara dengan senyuman narsis di wajahnya, “Aku.”

Mulut Zeara menganga mendengar ungkapan Kenic, ternyata kepedean Komisaris muda ini sudah seluas daratan. “Muka kaya monyet gitu dibilang tampan? Yang benar aja, nyet!”

Kenic diam tidak menjawab, pria itu lebih memilih menjewer telinga Zeara. “Awhh ... Sekit!” rintih Zeara.

“Nggak sopan banget sama yang lebih tua!”

Zeara menyatukan kedua tangannya didepan dada, ekspresi gadis itu terlihat bersalah. “Maafkan saya, kakek Kenic.”

“Zeaa.”

Dalam sekejap Zeara langsung menghamburkan tawanya, dengan tangan kanan memegang perut dan tangan kiri yang memukul-mukul pundak Kenic, wajah menahan kekesalan Kenic begitu lucu dimata Zeara.

Kenic memegang tangan kiri Zeara, “Udah, jangan mukul, ntar pundak aku remuk.”

Zeara menghentikan tawanya, menatap tak suka Kenic. Remuk katanya? Memangnya dirinya ini raksasa? Bisa meremukkan pundak manusia. Ucapan yang dikeluarkan Kenic selalu saja berhasil membuat Zeara kesal.

Kenic menyeringai. “Eh? Kok jadi cemberut? Ya udah nih pukul lagi, nggak papa deh pundak aku jadi terbagi beberapa bagian. Nihh, nih, nih ... Pukul.”

Bukannya terhibur, Zeara semakin dibuat Kesal oleh Kenic, ingin sekali Zeara melelapkan Kenic kedalam dasar lautan di hadapan mereka. “Ck, ngeselin.”

“Nah, itu tuh ... perasaan aku sama kakak kamu yang selalu menghadapi tingkah kamu, Zeara Leisha,” ungkap Kenic dengan tersenyum puas di akhir kalimatnya.

Zeara lebih memilih memalingkan wajah kearah lautan. Langit sudah mulai gelap membuat air lautan terlihat mengkilap karna cahaya rembulan. Entah saat malam atau sore hari, pantai selalu terlihat indah dimatanya.

Sesekali ombak muncul dari permukaan air, menarik pasir untuk ikut kedalam sana. Angin dingin di malam hari menusuk-nusuk kedalam kulit, dan rambut panjang bergelombang miliknya sesekali berayun-ayun karna tiupan angin.

“Dulu, saat kamu berusia lima taun, keluarga kita sering liburan bersama kesini,” ucap Kenic secara tiba-tiba, pria itu menatap ke arah lautan, mengingat-ingat kenangan masa lalu. “Mama, papa, om sama tante sibuk menyiapkan makanan. Sedangkan kak Gitano bermain gitar di depan api unggun, dan kita ...” Kenic menatap kearah Zeara, kebetulan gadis itu juga tengah menatap kearahnya. “Berlari-lari di pinggiran pantai, sesekali saling melemparkan air laut yang terasa asin itu.”

Hening menyerang mereka, Zeara yang tengah menunggu kelanjutan cerita Kenic, dan Kenic yang terbuai dengan kenangan masa lalu di ingat miliknya. Kenic tersenyum mengingat kenangan dahulu, ingin sekali ia mengulang kejadian tersebut. Namun, itu sangat tidak memungkinkan.

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang