•• Obsession 🥀 | 01

950 19 0
                                    

Hari sudah larut malam, jalan raya semakin sepi dengan ditemani cahaya remang dari beberapa lampu jalan. Langit sedari tadi terus menurunkan air membasahi kota Jakarta dengan petir terus menyambar seperti sedang mengamuk.

Di bawah guyuran air hujan seorang gadis berlari dengan cepat, kedua telapak kaki tidak memakai alas kaki dipenuhi luka dan darah, bahkan saat terkena tetesan air hujan membuat kakinya lebih kesakitan.

Namun, harus dia abaikan dan terus berlari menyelusuri jalan panjang ini demi keselamatannya, rasa sakit ini tidak ada apa-apanya daripada dirinya harus menyerahkan diri kepada tiga pria berpakaian hitam yang terus mengejarnya.

Tampa disadari air mata gadis itu terus mengalir deras, menyesali perbuatannya yang telah kabur dari rumah secara diam-diam. Mengabari orang rumah? Tidak, bagaimana bisa? Sedangkan handphone-nya sudah menghilang entah kemana, mungkin saat dirinya mencoba melepaskan diri dari pria-pria itu.

Deru napas dan suara isak tangis yang terus mengiri gadis itu akhirnya berhenti, tergantikan oleh sebuah rintisan kecil saat merasakan rasa sakit hebat di kepalanya.

Secara perlahan, tapi pasti. Gadis itu ... Zeara, mulai tak sadarkan diri.

•• Obsession••

Suara-suara isak nangis mulai menyerang gendang telinganya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, Zeara dapat melihat para laki-laki dan perempuan dengan tangan mereka yang terikat oleh tali tambang berwarna krem.

Zeara menatap kearah sekeliling ruangan, gelap dan menakutkan. Itulah kalimat yang paling pantas untuk tempat ini, jika saja disini tidak ada orang satupun pasti gadis itu sudah menangis meraung-raung.

Beruntung sekarang ada beberapa manusia di ruangan ini, terhitung ada dua belas orang termasuk dirinya, kaki dan tangan yang terikat tali tambang dan tubuh penuh luka. Jika membicarakan kondisi tubuh, tubuhnya terasa remuk. Matanya juga terasa perih, mungkin karna terlalu banyak mengeluarkan air mata hari ini.

"Kamu sudah bangun?"

Zeara segera menoleh, ia menganggukkan kepala kaku. Gadis disampingnya ini mungkin sedang mencoba menghilangkan rasa takutnya dengan cara mengajak dirinya mengobrol. "Iya ...," jawab Zeara lirih, dia sudah tidak bertenaga.

"Aku Tasya, Kamu?" tanya gadis itu dengan senyuman manisnya, terlihat di sudut bibir Tasya ada sebuah memar. Mungkin itu ulah orang-orang yang menculik gadis imut ini.

"Zeara," jawab Zeara seadanya. Hening menyerang mereka berdua, mungkin Tasya bingung harus berbicara apa lagi karna Zeara selalu menjawab secara singkat.

Sebenarnya Zeara merupakan golongan orang cerewet, tapi kali ini kondisinya berbeda. Gadis itu terlihat sangat lemah dengan keadaan seluruh tubuh terasa sangat nyeri, dia juga merasa sangat lemas, butuh asupan, terakhir kali dirinya makan adalah tadi pagi.

"Eum ... Kamu tau kita lagi dimana?" tanya Zeara memecah keheningan diantara dia dan Tasya.

Gadis bernama Tasya itu menatap Zeara dengan cemberut, lalu menggeleng lemah. "Enggak ...," cicitnya pelan.

"Kita sedang berada di pabrik terbengkalai, di ujung kota dekat pembatasan laut." Tiba-tiba salah satu laki-laki yang sedari tadi menunduk mengeluarkan suara, menjawab pertanyaan Zeara.

Zeara menganga mendengar jawaban dari pria yang berjarak sekitar satu meter darinya. Di ujung kota? Mengapa dirinya di bawa kesini? Apa tujuan mereka? Begitu banyak pertanyaan bertumpuk di benaknya. Namun, hanya satu hal yang dapat dirinya tanyakan. "Kenapa Kamu tau?"

Sebelum mengeluarkan suara, pria itu menatap kearah langit-langit pabrik, "Saat di bawa kesini saya sudah tersadar dari bius, saya hanya berpura-pura pingsan dan saat itu saya tidak sengaja mendengar percakapan mereka ...." Pria itu sedikit men-jeda ucapannya, sembari membuang nafas berat. "Mereka bilang ... organ-organ kita akan di jual dan di kirim keluar negeri, sedangkan tubuh kita akan di cincang dan diperjual belikan. "

Zeara mematung tidak dapat mengeluarkan suara, matanya mulai memanas bersiap kembali mengeluarkan air mata. Sekarang dalam pikirannya hanya satu ... Kabur, tapi bagaimana caranya?

"Hikss ...."

Zeara menoleh kearah samping kanannya, terdapat Tasya yang tengah menangis begitu lirih, mendengar tangisan itu membuat hatinya tersayat-sayat, embun di mata yang sedari tadi menumpuk di kelompok mata akhirnya keluar begitu saja.

"Hiks ... A-aku mau pulang, mama sama papa pasti khawatir sama aku," raungan dari Tasya mulai terdengar di telinga Zeara. "A-abang keno juga pasti lagi cemas ...,"

Mata Zeara semakin memanas mendengar kata 'Abang' dirinya juga merindukan keluarga satu-satunya itu, meski tadi pagi mereka berdua telah bertengkar hebat. Namun, tak bisa di pungkiri dirinya sangat merindukan Gitano.

Dor!

Semua orang yang sedari tadi sibuk menangis terhenti seketika, mendengar suara tembakan pistol dari luar. Suara itu berhasil membuat mulut mereka terbungkam, rasa kalut semakin menyerang.

Brak!

Mereka kembali dikejutkan dengan suara pintu pabrik terbuka dari luar, menampilkan seseorang yang telah berhasil mendobrak pintu. Zeara menajamkan penglihatannya, akan tetapi percuma, dirinya tidak dapat melihat wajah pria tersebut, pencahayaan disini terlalu gelap.

 Zeara menajamkan penglihatannya, akan tetapi percuma, dirinya tidak dapat melihat wajah pria tersebut, pencahayaan disini terlalu gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata benar, kamu berada di sini ... Zeara."

Mendengar kalimat it, Zeara hanya bisa terdiam membeku. Siapa pria itu? Itu bukan suara kakaknya, dirinya juga tidak mengenali suara tersebut. Tetapi, mengapa pria itu mengetahui namanya?

Belum sempat Zeara menjawab, suara bom dari dalam ruangan terdengar ke se penjuru pabrik. Asap yang dikeluarkan bom berisi bius itu mulai menyebar membuat orang-orang tak sadarkan diri secara perlahan, kecuali dua pria berjas yang baru saja datang.

Dengan kesadaran yang mulai menghilang, Zeara dapat melihat pria yang mendobrak pitu itu melangkah mendekat kearahnya. Pria itu berjongkok tepat di depan-nya.

"Maaf, maaf karena bawahan-bawahan bodoh-ku itu telah berani menculik mu ...."

Sebelum kesadaran Zeara mulai menghilang secara perlahan, bisikan pelan dari pria itu terdengar sangat samar di Indra pendengarannya.

🥀 •• Obsession•• 🥀

Helo, Heloo!

Semoga cerita-ku dapat menghibur kalian semua, menghilangkan rasa ke gabut-tan kalian, dan menghilangkan rasa jenuh kalian!

Intinya, salam kenal dari Jawa Tengah,  Desa mekarpawitan, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung!

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang