•• Obsession 🥀 | 36

92 1 0
                                    

Zeara menatap datar kearah pantulan kaca, matanya sembab, mungkin karna efek menangis tadi malam. Karna matanya seperti ini, kecantikan wajahnya mengurang satu persen.

Ini semua gara-gara Gitano, si kakak nyebelin. Zeara itu benar-benar tulus mengkhawatirkan Gitano, tetapi kenapa pria itu malah membentak nya? Sungguh mengesalkan.

Zeara membalikkan badan, beralih memasuki kamar mandi. Lebih baik ia mandi terlebih dahulu daripada memusingkan kakaknya, semoga saja tadi malam kakaknya itu hanya sakit ringan biasa, tidak lebih.

Ya, semoga saja.

Dua puluh lima menit telah berlalu, untuk kali ini Zeara hanya menghabiskan waktu sedikit untuk membersihkan diri, tidak seperti biasanya yang menghabiskan tiga puluh menit.

Tubuhnya kembali berhadapan dengan kaca, sembari mengeringkan rambut menggunakan handuk, sekarang ia tengah malas mencari alat elektronik pengering rambut, maka dari itu dirinya lebih memilih menggunakan handuk.

Senandung kecil terus keluar dari bibir Zeara, dirinya tengah mengagumi kecantikannya. “Mau mata se-sembab apapun ... Kalo cantik, ya tetep cantik.” Zeara berucap riang.

Tring ....

Zeara mengalihkan pandangan kearah ponsel yang berada di atas meja rias, tangannya  reflek meraih ponsel, di layar ponsel menampilkan pesan dari Elzean.

Ya, Elzean, Zeara lupa untuk memblokir kontak mantan bodyguardnya itu.

Sebenarnya dirinya menjauh dari Elzean bukan hanya karna perintah dari Gitano, tetapi juga karna Zeara tidak menyukai sikap Elzean yang semena-mena terhadap dirinya ini.

Zeara berniat mengabaikan pesan dari Elzean, tetapi pria itu kembali mengirimkan pesan yang berhasil membuat Zeara tertarik.

Mantan Bodyguard!
| Kamu terlalu lama berpikir
| Zeara, saya mengetahui rahasia kakakmu
| Apakah kamu ingin mengetahuinya?

You
Apa? |

Di tempat Elzean berada, pria itu menatap layar smartphone dengan penuh arti, bibirnya mengeluarkan seringai mengerikan.

You
Ayo bertemu, Zeara

•• Obsession••  

Zeara melangkah pelan memasuki rumah, pikirannya berkelana jauh memikirkan ucapan Elzean tadi. Apakah pria itu mengatakan hal yang sejujurnya atau ... tidak?

Zeara sungguh tidak ingin percaya akan perkataan Elzean tadi, tetapi pria itu memberikan banyak bukti yang mau tidak mau Zeara percayai.

Tampa sadar, langkah kakinya sudah berhasil memasuki rumah. Matanya di sambut oleh kebersamaan Gitano dengan Seira, kakaknya itu memang tengah mengambil cuti karna merasa tidak enak badan.

Zeara sedikit tersenyum tipis melihat Seira yang berusaha keras mengajak Gitano mengobrol. Dari sikap Seira, sepertinya perempuan itu juga tidak mengetahui kondisi Gitano.

“Eh? Zeara, kamu udah pulang? Sini, kakak buat puding, kamu harus coba. Enak loh ...!” Seira berucap antusias kearah Zeara, menghampiri Zeara dan membawanya kearah ruang tamu yang juga terdapat Gitano yang tengah nonton berita di televisi.

Bibir pria itu sedikit pucat, raut mukanya datar. Mengabaikan banyak makanan di meja, sepertinya itu semua buatan Seira.

Zeara mengambil duduk di samping Gitano, menerima satu potong puding dari Seira dan memakannya lahap. “Eum ... Enak banget kak Seira! Kakak hebat deh, nanti ajari aku, ya?”

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang