•• Obsession 🥀 | 16

118 4 0
                                    

Sebenarnya Zeara tidak percaya dengan perkataan Kerin, ayolah ... selama ini tidak ada tindakan yang aneh dari bodyguardnya. Mungkin saja Kerin hanya salah mendengar dan kebetulan bentuk dan tatapan mata mereka sama, di dunia ini banyak yang mempunyai mata elang, Kakaknya juga mempunyai nya.

Dan yang terpenting, ia menyuruh Zean untuk berdiam diri di rumah untuk seharian ini, Kerin mungkin hanya sedang banyak pikiran, membuatnya berhalusinasi.

Tapi, walaupun begitu Zeara tetap menyetujui Kerin untuk menginap dirumahnya, kebetulan Zeara ingin ada yang menemaninya untuk tidur semenjak ia memimpikan hal mengerikan itu.

“Gue mau mandi, lo mau ngapain aja terserah.” Setelah itu Zeara melangkah pergi memasuki kamar mandi, meninggal Kerin yang berdiam diri duduk di ranjang empuk Zeara. Kamar sahabatnya ini masih seperti dulu, dipenuhi oleh beberapa boneka yang tersusun rapih bahkan tersedia lemari khusus untuk boneka.

Tringg!

Kerin beralih menatap kearah ponsel miliknya, Feano sendiri tadi terus mengirimkan pesan. Suaminya itu pasti tengah menghawatirkan dirinya, tampa di sadari pipi Kerin bersemu merah dengan senyuman merekah. Ia mengambil ponsel itu untuk menjawab pesan-pesan Feano.

Suamiku Cogan 🥵❤

Suamiku Cogan! 🥵❤
|kamu dimana? kenapa belum pulang?
|Apa ada masalah di jalan?
|Key, jawab...
|Sayangg, kamu masih marah?
|Maafkan aku, Kekey

You
Aku di rumah Zea|
Hari ini mau nginep di rumah Zea|
Kamu urus anak kesayanganmu itu|
Jangan pedulikan aku|

Suamiku Cogan! 🥵❤
|Kamu bener masih marah?
|Maafkan aku, ayo bicara baik-baik

You
Gak, aku nggak marah|
Aku harus nemenin Zea|
Zea sendirian di rumah|

Suamiku Cogan! 🥵❤
|Gak bisa sama yang lain?

You
Nghak|
Udah jangan balas|
Aku sibuk!|

Kerin segera mematikan handphone miliknya, jika terus berbicara dengan suami tampannya itu, bisa-bisa ia tidak tahan dan memilih untuk pulang. Jika dirinya pulang, bagaimana dengan Zeara? Di rumah sahabatnya ini ada pria gila.

Sejujurnya ia sangat takut untuk menghadapi Zean, tapi terlalu bahaya untuk Zeara jika sendirian di kamar ini. Ia akui dirinya tidak bisa membantu lebih banyak, namun ia pasti bisa membuat Zeara tidak bisa berhadapan dengan Zean malam ini.

Kerin takut, Kerin benar-benar takut jika Zeara terus berada di dekat dengan Zean, temannya itu akan terbawa pesona Zean. Kerin sangat mengakui Zean terlihat tampan walaupun wajahnya tertutup dengan masker, lalu bagaimana saat tidak memakai masker? Pasti lebih tampan, bukan? Zeara pasti akan terbuai lalu Zean memanfaatkan itu untuk mencelakai Zeara.

“Seger banget! Lo nggak mau mandi, Rin?”

Jantung Kerin terjolak kaget ketika Zeara tiba-tiba berada di hadapannya, gadih itu masih mengunakan handuk warna putih dengan motif beruang. “Ya iyalahh, masa lo doang yang seger?” tampa meminta ijin terlebih dahulu, Kerin langsung menyelonong masuk kamar mandi.

Tok! Tok! Tok!

Zeara yang awalnya berjalan kearah lemari, secara reflek membalikkan badan dan membukakan pintu, “Zean? Ada apa?” Zean hanya berdiam diri menatap kearahnya, membuat Zeara kebingungan. “Hey, Zean?” tanya ulang Zeara, sedikit menyentak.

“Makan malam sudah Bik Nia siapkan, Nona silahkan turun.”

Zeara mengiyakan mengunakan kepalanya, merasakan handuk yang melilit kepalanya hampir lepas dengan cepat ia benarkan. “Iya, sebentar lagi, aku akan memakai pakaian terlebih dahulu.”

Zean mengangguk, “Baik.” Melihat pergerakan Zeara yang ingin menutup pintu, Zean segera menghentikannya. “Nona, ada sesuatu yang ingin saya berikan.”

Zeara memiringkan kepala penasaran, “Apaan tuhh?”

Tangan kanan Zean yang sendiri tadi di sembunyikan di belakang punggung, akhirnya di keluarkan untuk menunjukkan sebuah boneka beruang berukuran sedang kepada Zeara, “Boneka, saya membelinya di kompleks dekat rumah.”

Mata Zeara berbinar cerah, dengan cepat ia mengambil boneka tersebut. “Wah, Zean! Terimakasih ... Aku sangat menyukainya.” Tentu saja Zeara menyukai apapun yang berbentuk beruang, walaupun boneka beruang miliknya sudah menumpuk banyak.

Bibir Zean terangkat membentuk senyuman tipis, ia sangat menyukai senyuman manis milik Zeara. “Sama-sama.”

Mengingat sesuatu, Zeara menunjukkan ekspresi heran. “Tapii ... Bukannya aku menyuruhmu untuk diam saja di rumah? Mengapa kamu keluar?”

Zean terdiam sejenak, “Saya mengantar Bik Nia untuk membeli keperluan dapur yang sudah habis. Saat pulang, saya melihat toko boneka, jadi saya mampir ke sana sebentar.”

“Ouhh, ya sudah.”

•• Obsession••  

“Dari dulu masakan Bik Nia selalu aja meresahkan! Kenapa enak banget, sih?!” gerutu Kerin sembari memegang perutnya yang terlalu kenyang, dia dan Zeara baru saja makan malam dan sekarang sudah kembali masuk ke dalam kamar. “Zea, minjem baju dongg!”

“Ambil aja.”

Dengan senang hati Kerin langsung membuka lemari Zeara. Tadi ia belum sempat memakai pakaian, karna saat ia baru saja keluar kamar mandi, Zeara langsung mengajaknya makan. Tentu saja Kerin tidak mau menolak. Sudah lama sekali ia tidak memakan masakan Bik Nia yang enaknya tiada tara.

Setelah selesai memakai pakaian, Kerin melangkah mendekat kearah ranjang. “Eh, Zea. Perasaan tadi nggak ada tuh boneka ini, kok jadi ada, sih?!” Kaget Kerin melihat boneka beruang yang dihiasi pita di leher boneka tersebut.

Zeara yang sedang memainkan handphone langsung beralih menatap Kerin, segera mengambil bonekanya, sejak dulu Zeara sangat pelit perihal boneka. “Oh ... Ini? Ini pemberian Zean, pas lo lagi mandi tadi. Lucu 'kan bonekanya?”

Kerin mengernyitkan dahinya, “Dari Zean? Lo udah kasih dia gaji?”

Zeara tertawa kecil. “Ya belum lah! Kerjanya aja belum sebulan, masa di kasih gaji? Lawak banget ....”

Kerin tercengang, “Terus Zean dapet uang dari mana?!”

Zeara berkedip dua kali, ikut bingung dengan pertanyaan Kerin. “Lah ... Iyaa, ya?”

Dengan gerakan cepat Kerin langsung menghampiri Zeara, gadis itu memegang kedua pundak Zeara dan menatapnya tajam. “Udah gue bilang, Zean itu nggak beres Zearaa ... Udah, pecat aja!”

“Kerin, lo bicara apa, sih?” Zeara menyingkirkan kedua tangan Kerin dari pundaknya. “Nggak ada yang aneh dari Zean.”

“Nggak ... Nggak, nggak!” Kerin menggeleng tegas. “Zean beneran berbahaya, gimana kalo ternyata di pembunuh berantai, Zea?”

Zeara menatap aneh kearah Kerin, lihat saja wanita anak satu ini sudah menggila dengan wajah ketakutan. “Jangan berlebihan deh ...”

“Zeara Leisha, liat gue. Lo pilih bodyguard lo itu, atau gue?” Kerin melemparkan tatapan tajamnya, jika dirinya tidak seperti ini, Zeara akan menganggap perkataannya sebagai candaan belaka. “Zeara, lebih baik lo pecat dia segera. Biar gue cariin bodyguard baru buat lo, mau bodyguard tampan? Banyak! Gue car-”

Tringg!

Tringg!

Tringg!

Zeara dan Kerin menoleh secara bersamaan, handphone milik Kerin terus saja bersuara menampilkan layar ponsel yang menunjukkan banyak pesan berdatangan. “Tuh liat dulu, siapa tau penting.”

“Nggak, nasehati otak lo lebih penting, Zea. Lo tau? Saat gue pergi ke toilet gue dengar ada pembicaraan tentang may-”

Tringg!

Kerin membuang nafas gusar, itu pasti dari Feano. Kerin segera mengambil ponsel itu dengan niat untuk membalas secara singkat pesan dari suaminya. “Nomor tak di kenal?”  batin heran Kerin menatap ke arah beranda WhatsApp.

Merasa penasaran, Kerin menekan nomor tersebut, jantungnya langsung berdebar hebat. Matanya memanas, dan dadanya terasa sesak. Apa maksud dari si pemilik nomor ini?

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang