•• Obsession 🥀 | 38

78 1 0
                                    

Zeara mengikuti langkah pria di depannya dengan santai, katanya pria ini merupakan asisten Elzean, tapi Zeara yakin pria ini sangat berbeda dengan pria di moll dua hari lalu.

Apakah Elzean mempunyai dua asisten? Wah, asik sekali ya orang kaya? Mempunyai dua asisten dalam satu waktu, boleh-boleh saja sih ... Sesuka Elzean saja.

“Sudah sampai, silahkan masuk nyo-”

“Nona,” tekan Zeara memotong ucapan Etrof. “Aku sudah bilang ribuan kali, loh ....”

Etrof menggaruk pipi kanan yang tidak gatal, lupa akan printah kekasih sahabatnya. Namun sepertinya Zeara tidak mengatakan printah itu sebanyak ribuan kali, jelas Etrof ingat Zeara hanya mengatakan sebanyak tiga kali jika dihitung dengan yang barusan. Tapii, terserah Nona Zeara Leisha saja .... “Iya, maksudnya Nona, silahkan masuk. Tuan Zeolind berada di dalam.”

Zeara mengangguk, memasuki pintu yang asisten Elzean maksud. Zeara memang disuruh oleh Elzean untuk datang ke kantornya dengan alasan pria itu banyak pekerjaan di kantor, membuat Etrof harus menjemput Zeara dan membawanya ke kantor dengan keadaan  selamat tampa lecet sedikitpun.

Saat Zeara masuk, penglihatannya langsung di suguhkan dengan keberadaan Elzean serta berkas-berkas yang menumpuk dan satu laptop.

Kebenaran tentang banyaknya pekerjaan ada benarnya juga. Zeara segera menghampiri Elzean yang tengah bersandar di sandaran kursi, tangan pria itu di lipat di depan dada dan mata yang terpejam rapat, sepertinya tengah tidur.

Zeara mendelik kearah Elzean kesal, Elzean telah menyuruh dirinya untuk datang. Tapi  kenapa pria itu sendiri malah tertidur? Wah ... Sangat menjengkelkan.

Zeara kembali melangkahkan kakinya untuk mencapai posisi di samping Elzean, jari telunjuknya mulai bergerak mencolek-colek pipi mantan bodyguardnya yang tertidur. “Woy! Bangun,” seru Zeara sedikit pelan.

Ternyata usaha tidak terlalu keras Zeara menghasilkan hasil yang memuaskan. Mata Elzean mulai terbuka perlahan, menyesuaikan deretan cahaya yang mulai masuk ke indra penglihatan milik pria itu.

Zeara besedekap dada, dagunya mengangkat angkuh. “Bukannya kerja yang bener, ini malah tidur!” sindir Zeara, gadis itu membalikkan badan berjalan mendekat kearah sofa dan duduk di sana.

Elzean yang masih dalam kondisi setengah sadar hanya mengabaikan perkataan Zeara, pria itu meraup wajah menggunakan tangan kanan. Setelah terdiam beberapa detik, Elzean menghampiri Zeara yang tengah memelototinya.

Di tangannya, Elzean memberikan selebar  kertas KVS yang berisi deretan kata. Itu adalah kontrak perjanjian baru yang Elzean siapkan tadi pagi.

Namun, di kertas tersebut belum terdapat perjanjian antar Zeara dan Elzean. Di kertas tersebut hanya berisi penjelasan siapa pihak pertama dan kedua, sisanya Elzean ingin mendiskusikan terlebih dahulu dengan Zeara, takut gadis itu tidak setuju dan kembali marah.

“Jadi, perjanjian apa saja yang kamu inginkan, Zeara?” tanya Elzean tampa ingin berbasa-basi, ia ingin segera menyelesaikan surat kontrak ini dan segera menjadikan Zeara sebagai miliknya.

Zeara mengetuk-ngetuk pipi mengunakan telunjuk, matanya menatap lurus kearah kertas. Otaknya mulai memikirkan apa yang dirinya inginkan. Setelah mendapatkan keinginannya, Zeara beralih menatap Elzean berbinar. “Aku ingin uang untukku terus mengalir, Kamu harus memberiku nafkah, Zean!”

Elzean mendengus kecil mendengar deretan kata yang keluar dari mulut Zeara. Jika soal uang, itu sudah pasti Elzean berikan, tidak perlu di tulis. “Itu sudah pasti, Zeara.”

Zeara menggeleng, bagaimanapun juga ini hanya pernikahan sesaat, mungkin saja saat di pertengahan kontrak perasaan Elzean berubah kepadanya dan berakhir dirinya tak di berikan uang maupun makanan. Itu bisa saja, bukan? “Tetap saja aku ingin hal tersebut tertulis di atas kertas!” kekeh Zeara.

Terjerat ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang