Bab 5 : Belenggu Harapan

93 82 16
                                    

Matahari pagi menyinari wajah Rama yang sayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari pagi menyinari wajah Rama yang sayu. Sejak kejadian kemarin, saat Rama memberanikan diri untuk menceritakan nilai ujiannya yang buruk kepada orang tuanya, hatinya terasa sangat berat. Perkataan orang tuanya yang membandingkannya dengan anak tetangga terus terngiang di telinganya.

Hari ini, selain harus menghadapi hari sekolah yang biasa, Rama juga harus mengikuti bimbel tambahan. Rama merasa semakin terbebani dengan semua tuntutan yang diberikan kepadanya.

Sesampainya di sekolah, Rama langsung menuju kelas. Wajahnya yang murung terlihat jelas oleh Bu Luna, wali kelasnya. Bu Luna menghampiri Rama dan mengajaknya berbicara ke ruang guru.

"Rama, Ibu ingin bicara sebentar," ujar Bu Luna dengan nada lembut.

Rama mengangguk lesu dan mengikuti Bu Luna ke ruang guru. Di dalam ruangan, Bu Luna menatap Rama dengan penuh perhatian. "Ibu melihat kamu akhir-akhir ini terlihat murung, Nak. Apakah ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranmu?" tanya Bu Luna.

Rama terdiam. Rama ingin sekali menceritakan semuanya kepada Bu Luna, tetapi rasa takut dan malu menghalanginya. Akhirnya, Rama hanya menggeleng pelan dan berkata, "Tidak ada apa-apa, Bu."

Bu Luna tidak menyerah begitu saja. la tahu bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Rama. "Rama, Ibu tahu kalau ada sesuatu yang sedang kamu hadapi. Ibu ingin kamu tahu bahwa Ibu selalu siap membantu," ucap Bu Luna.

Rama semakin merasa bersalah. Rama tidak ingin mengecewakan Bu Luna yang selama ini sangat baik padanya. Namun, Rama juga tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalahnya.

"Bu, nilai ulangan saya kemarin sangat buruk," ucap Rama dengan suara lirih.

Bu Luna menarik napas panjang. la sudah menduga jawaban seperti itu akan keluar dari mulut Rama. Beberapa hari belakangan ini, ia memang mengamati perubahan sikap Rama yang semakin mencolok. Rama yang biasanya ceria dan aktif di kelas, kini menjadi pendiam dan sering melamun.

"Rama, Ibu sudah menduga jawabanmu," ujar Bu Luna dengan nada lembut namun tegas. "Ibu mendapat laporan dari beberapa guru bahwa nilai-nilaimu akhir-akhir ini terus menurun. Bahkan, kamu sering terlihat tidak fokus di kelas."

Rama masih setia menutup mulutnya sembari menunduk dalam.

"Rama, Ibu tidak akan marah padamu. Ibu hanya ingin membantumu. Jika kamu terus menyimpan masalah ini sendirian, itu akan semakin membuatmu tertekan," ucap Bu Luna dengan penuh kesabaran.

Rama terdiam. Rama merasa sangat bersalah telah membuat Bu Luna khawatir. Namun, Rama juga tidak bisa menceritakan semuanya pada Bu Luna karena Rama takut akan jawaban yang diberikan Bu Luna malah akan membuatnya semakin sakit.

"Maaf, Bu. Saya tidak tahu harus berkata apa," ucap Rama lirih, matanya menatap lantai.

Bu Luna menghela napas panjang. la mengerti betul perasaan campur aduk yang sedang dialami Rama. "Tidak apa-apa, Nak. Jika kamu belum siap untuk berbicara sekarang, kamu bisa memikirkannya lagi. Ibu akan selalu ada untukmu," ujar Bu Luna dengan lembut.

Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang