"Rama, apa tadi kamu bisa merasakan seberapa bahagianya hidup jika kita hanya peduli pada diri sendiri?"
Rama terdiam sejenak, merenung. "Tidak," jawabnya pelan. "Karena aku hidup untuk orang lain bukan untuk diriku sendiri."
~~~~~
Di usianya yang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sepanjang perjalanan pulang, Aisyah selalu menatap ke luar jendela. Pandangan matanya tidak lepas dari cahaya mentari yang kian memudar, Aisyah benar-benar menikmati pemandangan langit petang yang lembut dan menenangkan dari balik jendela bus.
Dibalik tatapan matanya yang terlihat tenang, namun pikiran Aisyah masih berkecamuk tentang kejadian beberapa menit yang lalu dimana dirinya secara tiba-tiba memeluk Rama. Memikirkan hal itu saja membuat detak jantungnya kembali berdegup dengan cepat, Aisyah perlahan meletakkan telapak tangan kanannya di dada sebelah kiri atas untuk memastikan bahwa jantungnya berdetak dengan normal.
"Maaf, apa kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria yang duduk disebelah Aisyah.
Aisyah terkejut mendengar suara pria yang disampingnya karena terdengar sedikit ngebass. "Oh, itu, aku tidak apa-apa."
"Beneran kamu tidak apa-apa? Saya pikir kamu sesak napas, soalnya saya lihat kamu dari tadi melamun dan terlihat seperti orang yang sedang menahan sesak di dadanya," ujar pria itu seraya menatap Aisyah dengan tatapan khawatir.
"Aku beneran tidak apa-apa, kamu tidak perlu terlihat cemas seperti itu."
"Kalau kamu beneran sakit, kamu bisa memberitahuku. Jangan takut padaku, karena aku bukan orang jahat."
Aisyah langsung melihat penampilan pria disampingnya dari atas sampai bawah. Penampilan pria itu terlihat seperti seorang mahasiswa dan wajahnya juga tidak seperti orang jahat. "Hm... baiklah. Terima kasih tawaranmu," ucapnya sedikit tersenyum.
"Dengan senang hati," balas pria itu tersenyum.
Aisyah segera menolehkan kepalanya menghadap jendela lagi. Ia merasa malu sekarang, ternyata pria disampingnya itu memperhatikan dirinya sedari tadi.
"Uhh, Rama. Ini semua karena dirimu!" gumam Aisyah yang merasa kesal.
Baru saja Aisyah ingin memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponselnya. Ia segera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata Aisyah langsung membesar membaca pesan singkat itu, wajahnya terlihat sedikit panik sekarang. Ia benar-benar tidak tahu harus membalas pesan apa.
"Apa aku harus mengajak Ayah Rama untuk bertemu langsung dan mengatakan yang sebenarnya?" gumamnya pelan. "Tapi bagaimana jika Ayah Rama memarahiku? Oh ya ampun, aku benar-benar bingung."