Bab 4 : Beban Rahasia

72 64 9
                                    

Pembullyan yang dilakukan Budi dan teman-temannya terus berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembullyan yang dilakukan Budi dan teman-temannya terus berlanjut. Setiap hari, Rama harus menghadapi berbagai macam bentuk perundungan, mulai dari ejekan, ancaman, hingga tindakan fisik. Rasa takut dan cemas yang terus menghantuinya membuat Rama semakin sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.

Dulu, Rama adalah siswa yang rajin dan berprestasi. Namun, sejak sering menjadi korban perundungan, prestasinya menurun drastis. Rama sering melamun di kelas, kesulitan memahami pelajaran, dan sering lupa mengerjakan tugas. Ulangan bulanan yang sebentar lagi akan dilaksanakan membuat Rama semakin cemas.

Hari pengumuman nilai ulangan pun tiba. Wajah Rama terlihat pucat ketika namanya dipanggil oleh Bu Mira. Nilai ulangannya jauh di bawah rata-rata. Bu Mira memanggil Rama ke ruang guru dan menanyakan apa yang sedang terjadi padanya.

"Rama, Ibu lihat nilai ulanganmu menurun drastis. Ada masalah yang ingin kamu ceritakan?" tanya Bu mira dengan nada lembut.

Rama terdiam. Rama ingin sekali menceritakan semuanya, tapi rasa takut membuatnya terbungkam. Akhirnya, Rama hanya menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Tidak ada apa-apa, Bu."

"Apa kamu yakin, Rama?" tanya Bu Mira penuh keraguan.

"Iya, Bu."

"Lalu, kenapa kamu sering sekali tidak mengerjakan tugas yang saya berikan?"

"Maaf, Bu," jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Rama, jangan kamu pikir kamu ini sudah kelas 12 jadi kamu bisa bersikap seenaknya. Tugas sering tidak kamu kerjakan, dikelas juga kamu sering melamun dan tidak mendengarkan penjelasan guru, apalagi sampai kamu tidak masuk jam pelajaran. Kamu pikir sekolah ini akan meluluskan kamu begitu saja? Hah!" ucap Bu Mira marah.

"Saya tidak bermaksud begitu, Bu. Saya tahu saya salah, saya benar-benar minta maaf."

"Saya sudah tidak mengerti sama kamu, Rama. Dulu nama kamu sering dipanggil karena prestasi, sekarang nama kamu sering dipanggil karena kesalahan. Semenjak kamu naik ke kelas 12, nilai kamu benar-benar menurun drastis. Saya mau kamu kasih nilai ulangan bulanan kamu itu ke orang tuamu, saya juga akan bicarakan masalah ini dengan wali kelasmu."

"Bu, saya mohon-"

"Cukup, kamu bisa keluar sekarang!"

"Iya, Bu," ucapnya pasrah.

Rama keluar dari ruang guru dengan raut wajah sedih dan mata berkaca-kaca, Rama benar-benar bingung sekarang. Bagaimana caranya untuk memberitahu orang tuanya tentang nilai ujiannya yang rendah, bisa Rama pastikan bahwa orang tuanya akan memarahinya habis-habisan.

Langkah Rama terasa berat saat berjalan menuju rumahnya. Rama membawa kertas berisi nilai ujiannya yang merah menyala. Hati Rama bergemuruh tak karuan. Bayangan kemarahan orang tuanya terus menghantui pikiran Rama.

Dengan nafas terengah-engah, Rama membuka pintu rumahnya. Rama meletakkan tasnya sembarangan dan berdiri di ambang pintu. Mata Rama tertuju pada kertas nilai yang masih digenggamnya erat. Rama memejamkan matanya sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian.

Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang