Rama berlari sekencang-kencangnya menuju gerbang sekolah. Napasnya tersengal-sengal, keringat membasahi dahinya. Ia harus berlari lebih cepat dari biasanya karena ada kejadian tak terduga di perjalanan tadi.
Bus yang ia tumpangi tiba-tiba bannya pecah tepat di tengah jalan. Semua penumpang panik dan harus menunggu bus pengganti. Untungnya, sopir bus dengan sigap meminta maaf dan segera menghubungi armada bus lainnya. Namun, tetap saja kejadian itu membuat Rama terlambat beberapa menit.
"Untung sempat lari," gumam Rama sambil mengatur napasnya. Ia melirik jam tangannya. Jarum panjang sudah menunjuk angka 12, tepat waktu bel masuk. Dengan langkah cepat, ia masuk ke kelasnya.
"Kamu kenapa, Ram, kok keringetan semua?" tanya Aisyah.
"Tadi ban busnya pecah," jawab Rama sambil mengatur napasnya.
"Kasihan banget, untung kamu sampai tepat waktu."
Rama mengangguk sambil tersenyum lega. Ia bersyukur masih bisa masuk kelas tepat waktu. Dengan segera, Rama meletakkan tasnya di bangku. Napasnya masih sedikit memburu setelah berlari dari halte bus. Ia meraih botol minumnya yang tersimpan di dalam tas dan meneguk air putih. Segar! Rasa lelahnya sedikit berkurang.
"Ayo, Aisyah, upacara bendera!" ajak Rama pada Aisyah yang masih memerhatikannya.
"Tunggu sebentar, Ram. Aku mau ke toilet dulu," ucap Aisyah.
Rama mengangguk dan menunggu Aisyah di depan kelas. Setelah beberapa menit, Aisyah kembali dan mereka berdua berjalan menuju lapangan upacara. Cuaca pagi ini cerah, sinar matahari hangat menyinari wajah mereka. Suara burung berkicau menambah suasana pagi semakin menyenangkan.
Sesampainya di lapangan, mereka segera bergabung dengan teman-teman kelasnya yang lain. Rama dan Aisyah berdiri berdampingan, sambil sesekali berbisik mengobrol. Tak lama kemudian, upacara bendera dimulai. Semua siswa-siswi berdiri tegap hormat menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Ditengah upacara, Rama merasa kakinya sedikit kesemutan dan terasa pegal. Ia membungkukkan badanya sedikit untuk memijat kakinya.
"Rama, kamu kenapa?" tanya Aisyah berbisik.
Rama menoleh, "Kaki aku kesemutan, mungkin karena tadi aku berlari dan belum sempat duduk," jawabnya juga ikut berbisik.
"Izin ke belakang saja, kalau perlu ke UKS istirahat," saran Aisyah yang masih berbisik, namun dibalas gelengan oleh Rama.
Dirasa kakinya sudah mulai mendingan, Rama kembali berdiri tegap untuk melanjutkan upacara hingga selesai.
Setelah upacara selesai, Rama dan Aisyah kembali ke kelas. Mereka melanjutkan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Sepanjang hari itu, Rama merasa senang karena bisa melewati hari dengan lancar, meskipun pagi harinya sempat mengalami sedikit kendala.Pelajaran demi pelajaran berlalu dengan cepat. Saat jam pelajaran Bahasa Indonesia tiba, jantung Rama berdebar kencang. Ia harus menyampaikan pendapatnya di depan kelas tentang topik yang sudah mereka diskusikan bersama kelompoknya. Dengan suara yang sedikit gemetar, Rama mulai berbicara. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan pendapatnya dengan jelas dan runtut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]
Genç KurguRama, seorang pria muda, terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan kontrol dan tekanan dari orang tuanya. Sejak kecil, setiap langkahnya diatur dan didikte, tanpa ruang untuk mengekspresikan diri atau mengejar mimpinya. Rama merasa terkungkung dan...