"Masalah apa yang Ibu maksud?" tanya Aisyah dengan suara bergetar.
Istri Pak Rahman menatap Aisyah dengan tatapan sendu. "Rama... dia merasa bersalah atas sesuatu. Dia merasa telah menyakiti seseorang yang sangat ia sayangi."
Aisyah semakin terkejut. Ia tidak pernah membayangkan Rama akan merasa bersalah seperti itu. "Siapa yang disakiti oleh Rama, Bu?" tanyanya penasaran.
"Rama semalam mengatakan kalau dia sudah menyakiti hati orang tuanya dan dia akan menebus kesalahannya."
"Bolehkah saya bicara dengan Rama?" tanya Aisyah.
Istri Pak Rahman menggelengkan kepala. "Rama pergi dari rumah semalam, Nak."
Aisyah benar-benar merasa sangat terkejut, ia membelalakkan matanya seolah tidak percaya dengan yang dikatakan istri Pak Rahman. Aisyah mengalihkan pandangan matanya ke arah Pak Rahman yang terbungkam dengan wajah sedihnya. "Itu tidak benar, kan?" tanyanya masih tidak percaya.
"Itu benar, Nak. Maafkan Bapak karena tidak bisa menjaga Rama," ucap Pak Rahman merasa bersalah.
"Kenapa Bapak membiarkan Rama pergi, Pak?" tanya Aisyah dengan suara memelas, agak meninggi. Emosi Aisyah mulai tersulut. Ia tidak mengerti mengapa Rama bisa pergi dari rumah tanpa kabar.
Pak Rahman menghela napas panjang. "Nak, Bapak juga tidak menyangka Rama akan pergi dari rumah. Semenjak Ayahnya Rama datang kesini semalam, Rama jadi terlihat sangat murung dan pendiam. Bapak sudah mencoba berbicara dengannya, tapi dia tidak mau membuka hatinya. Bapak juga sempat memberinya nasihat agar dia tidak terlalu jauh mengambil tindakan yang berhubungan dengan orang tuanya."
"Lalu, Bapak membiarkan dia pergi begitu saja?" tanya Aisyah lagi, suaranya mulai bergetar.
Ayah Aisyah yang sedari tadi hanya mendengarkan, kini ikut angkat bicara. Ia menghampiri Aisyah dan menggenggam tangannya. "Sayang, kamu harus mengerti. Rama sudah dewasa, dan dia punya hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Kita tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal jika dia tidak mau."
Aisyah menatap Ayahnya dengan pandangan yang penuh pertanyaan. Ia merasa tidak terima dengan penjelasan Ayahnya. "Tapi Ayah, aku merasa sangat khawatir pada Rama sekarang. Ayah, kita harus mencari Rama! Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?"
Ayah Aisyah mengelus rambut Aisyah dengan lembut. "Tenanglah, Sayang. Ayah akan membantumu mencari Rama, tidak akan terjadi sesuatu padanya."
"Kalau begitu, kita harus mencarinya sekarang juga. Ayo, Ayah!" pinta Aisyah bangkit dari duduknya sambil menarik lengan Ayahnya.
Ayah Aisyah tersenyum tipis, "Sabar, Sayang. Kita tidak tahu keberadaan Rama dimana sekarang, kita juga tidak boleh bertindak gegabah."
Aisyah mengerutkan keningnya, "Tapi Ayah, bagaimana kalau kita sudah kehabisan waktu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]
Dla nastolatków"Rama, apa tadi kamu bisa merasakan seberapa bahagianya hidup jika kita hanya peduli pada diri sendiri?" Rama terdiam sejenak, merenung. "Tidak," jawabnya pelan. "Karena aku hidup untuk orang lain bukan untuk diriku sendiri." ~~~~~ Di usianya yang b...