018 - Gigi

250 38 70
                                    

Hari ini, adalah hari yang damai–

Kayaknya tiap hari damai mulu...

Oke, mari kita buat nggak damai.

Di pagi yang seharusnya damai nan indah. Di meja makan yang seharusnya diisikan kehangatan makanan yang berkuah ataupun berminyak. Ada seorang pemuda di kepala duanya yang tengah sibuk memegangi rahangnya dengan kuat.

Terlalu kuat, mungkin kalau dikuatin dikit aja tuh rahang bengkok dah. Tapi semoga saja tidak dan tidak akan pernah, atau kita kehilangan pangeran kita.

"Engg.... Bang Halilintar waras?" Dengan nada heran dan bingungnya, Taufan dengan kesopanan tipis itu bertanya kepada Halilintar. Karena kebetulan posisi mereka tidak jauh, jadi ia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan makhluk kaya si mahasiswa abadi itu.

Sementara yang ditanya masih sibuk mengeratkan rahangnya demi entah mengusir atau mencoba mengunyah sesuatu di dalam mulutnya. Hingga dengan tanpa permisi, Boboiboy yang kebetulan berada di kostan geram.

Dan karena ia geram, ia bangun dari duduknya. Menghampiri Halilintar, dan memaksa mulut Halilintar untuk terbuka.

Kalau kata-katanya sih, mereka lagi ada dendam pribadi–

"Akhg–"

Dan ini adalah suara orang yang keselek air liurnya sendiri. Rada prihatin, tapi Boy bukan orang yang gampang kasih simpati.

"Mari kita lihat, ada apakah di dalam mulut jelmaan boneka bayik keluarga rubi ini." Gumam Boboiboy tanpa merasa bersalah sedikitpun. Mengabaikan fakta bahwa ujung bibir Halilintar sudah memerah karena tarikan paksa.

Dan member-member lainnya hanya menatap prihatin akan keadaan Halilintar saat itu. Engg... Hanya beberapa sih, karena ada juga yang merekam kejadian itu dengan sadar diri dan senyuman lebar.

Dan sukses besar untuk mendapatkan hadiah jari tengah dari Halilintar. Tepuk tangan.

"Eeh... Bang Boy, itu Kak Hali–"

"Lah?"

Ucapan Sopan yang ingin memperingati tingkah laku Boboiboy harus terhenti karena ucapan singkat nan padat dari Boboiboy itu. Satu kata itu, mampu mematikan sumbu bicara Sopan yang sepanjang Anyer-Panarukan.

"Kenapa Bang Boy? Itu kah, sariawan kah?"

"Fan, kayaknya sariawan nggak bikin lo segitunya deh..."

Taufan melotot pada Solar. Apa-apaan? Anak itu tidak pernah mengalami sariawan atau bagaimana sih? Sariawan tidak sesakit itu? Awas saja, Taufan akan berikan garam pada sariawan Solar nanti.

"Giginya patah?"

"Oke, cukup Ice. Kamu terlalu serem, ngefans sama Blaze aja sana." Serang FrostFire yang sudah setengah muak dengan pembicaraan tak bermoral ini. Setidaknya, biarkanlah Bang Boy si pemilik kostan itu menjawab, kawan.

"Ada event baru–"

"Event apa!?"

Beberapa orang di sana menatap jengah pada interaksi antara idol dan fans itu. Tapi atensi mereka kini berganti pada Boy yang masih nyaman dan setia mencengkram rahang Halilintar. Serta Halilintar yang sudah megap-mengap tertahan karena kehabisan nafas.

Soalnya... Di depan mulutnya ada wajah Boboiboy. Dan kedua, hidungnya ditutup sama tangan Boy. Apa nggak paket lengkap itu?

"Eeh... Bang, keknya tuh Bang Gledek ga bisa nafas anjir. Kasi lah napas minimal."

Terimakasih Gentar. Karena ulahmu, Halilintar tidak mengalami asma. Mungkin Halilintar akan berpikir untuk memberikan salah satu bahan materinya nanti. Sebagai balasan terimakasih.

Kost-kostan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang