004 - Adjidra & Rajendra

248 32 59
                                    

"Gila!! Masakan lo enak banget Bang!"

Taufan tak henti-hentinya memuji hasil masakan Frostfire bahkan setelah ia memujinya berkali-kali. Solar sendiri diam-diam memuji masakan Frostfire, namun tak mengakuinya terang-terangan seperti Upan.

"Iyakah? Thanks, aku tahu masakanku enak." Ucap Frostfire berbangga diri, yang sukses dihadiahi lirikan dari Supra.

"Natapnya biasa aja Sup, ntar kalau gue kebelah lo mau tanggung jawab?" Ucap Frostfire yang saat ini memiliki setetes keringat sebesar biji jagung dipipinya.

"Emang aku natap kamu kayak gimana, hm?" Balas Supra kalem, tak menunjukkan tanda-tanda kelemahan dalam nada suaranya. Tatapannya juga tak main-main, Solar mengakuinya.

"Anu! Kak Supra kuliah apa?" Sela Taufan mengganti topik yang begitu membagongkan sebelumnya. Dan apa yang ia lakukan diberikan acungkan jempol oleh Frostfire.

"Aku? Aku manajemen." Jawab Supra simpel, tidak begitu tertarik dengan dunia perkuliahannya sendiri.

"Eh? Sama dong kayak gue. Gue juga manajemen." Ucap Solar yang merasa bahwa Supra mirip dirinya. Namun yah, Supra tidak tinggi hati.

"Oh ya? Yah, nggak heran sih. Kamu pasti disuruh nerusin perusahaan keluarga." Ucap Supra setengah kagum namun juga setengah maklum. Dan perkataannya sukses membuat Solar cengo sejenak.

"Eh, iya sih."

"Tapi Kak Supra, Kakak mau kemana? Kok udah rapi banget pagi-pagi gini? Ada kuliah, kah?" Tanya Taufan yang sejak tadi penasaran dengan penampilan rapi sangat penyewa kamar nomor 04 itu.

"Supra lagi liburan, jadi dia nggak ada kelas bulan ini." Jawab Frostfire yang menyela kesempatan Supra untuk berbicara. Supra tak mempermasalahkannya, kenapa? Karena dengan begitu Supra hemat suara.

"Oh, gitu ya? Emang kuliah dimana, Kak?" Kali ini giliran Solar yang bertanya karena penasaran. Seingatnya, beberapa kampus yang ia kenal di jurusan manajemen tidak ada libur.

"Holland University."

Brufft!

- Beberapa saat kemudian... -

Kini Solar tengah bersantai di ruang tamu. Menikmati teh dengan nyamannya kursi sofa ruang tamu yang mewah. Dengan pemandangan indah yang ia dapat dari dinding kaca dihadapannya.

"Kok kayak surga ya?" Gumam Solar menghirup nafas dalam-dalam. Ia melirik sekilas pada Taufan yang sedari tadi masih sibuk mengurus sketsa kasarnya.

Srek, srek, srek.

Solar mengernyit, antara kesal dan heran dengan pekerjaan apakah yang tengah dilakukan oleh Taufan itu. Ia akhirnya memutuskan untuk bertanya meski ogah-ogahan.

"Lo ngapain sih?"

"Tugas dari dosen, dadakan, dikumpul di kelas selanjutnya." Jawab Taufan fokus dan tak fokus. Ia sibuk menggambar, lalu menghapus habis gambarannya, dan begitu terus. Sampai rasanya Solar bosan menatapnya.

"Lo anak seni?" Tanya Solar akhirnya yang penasaran. Ia selalu melihat Taufan menggambar model dan bentuk, namun tak pernah tahu apa jurusan yang diambil oleh Taufan di kampus.

"Arsitektur, pemodelan... Geometri." Jawab Taufan singkat, padat, dan tidak jelas. Bahkan ia tidak repot-repot menolehkan wajahnya kepada Solar barang sedetik.

Solar mengangguk kecil, ber-oh paham dengan apa yang dikatakan oleh Taufan. Kalau dipikir-pikir, Taufan ini berdedikasi atau hanya nekat ikut jurusan arsitek? Melihat kelakuannya yang agak meragukan selama ini, jujur saja.

Kost-kostan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang