020 - FYI

222 39 40
                                    

Bonk!

"Lu tuh kalau dikasih wejangan ya diikuti! Bukannya malah dilanggar anjay– gue kan bilang lo harus balik utuh–"

"Ya kan aku balik utuh– aw!"

"Ngomong lagi!"

Yah, begitulah gambaran singkat dengan apa yang terjadi saat itu. Frostfire yang kesal sembari terus mengobati Supra, dan Supra yang mencoba melawan namun berujung gagal. Sementara yang lain hanya dapat menonton apa yang terjadi dengan tenang.

Halilintar selaku penjaga kostan hanya duduk di sofa tunggal dalam diam. Kakinya ia silangkan, dengan sebuah lepek di lututnya sebagai wadah cangkir yang ia gunakan untuk minum kopi.

"Tuh rubi satu rilly minum kopi malem-malem gini? Kalau diliat Bang Oboi ntar marah ga ya?" Pikir salah satu diantara mereka. Jangan tanyakan siapa karena Author juga tidak tahu.

"Kak Supra, Bang FF, boleh tanya gak?"

Frostfire yang baru saja menyelesaikan acara mengobati dan memarahi Supri itu menoleh padanya. Serta dengan Supra yang turut mengarahkan pandangannya pada Sori.

"Ya, boleh kok. Mau tanya apa?"

"Ehe, kalau boleh tahu nih, Kak Supra sama Bang FF tuaan siapa?" Tanya Sori yang setengah penasaran.

Benar juga. Mereka selama ini memanggil Frostfire dengan embel-embel 'Abang' karena keseluruhan member memanggil Frostfire Abang. Lantas, jika dibandingkan dengan Frostfire, apakah Supra lebih tua atau lebih muda?

"Si Supri? Dia lebih tua dari gue. Lo bisa aja liat dia udah masuk S2 sementara gue masih semester 7." Jawab Frostfire kalem, meskipun sedikit kekesalan ada pada nadanya.

"Lah, Bang FF tuh masih semester 7 toh? Kirain udah mau lulusan atau lagi koas..." Tanggap Ice setengah heran dan tak percaya.

Tentu saja begitu, karena Ice juga memanggil Frostfire dengan embel-embel Abang. Padahal ternyata mereka masih sama-sama semester 7. Unik, kan?

"Lah, emang lo–"

"Gue juga anak semester 7. Tapi jurusan bahasa."

"Lah?"

Kini giliran member lain yang heran. Kenapa hidup ini banyak plot twistnya?

"Duh, aku ngerasa bersalah manggil Bang Ice cuma pake nama... Padahal aku 1 tahun lebih muda–"

"Tahu dari mana satu tahun lebih muda heh?" Heran Blaze yang tiba-tiba saja nimbrung karena nggak paham dengan semua ini. Maksudnya, kenapa tiba-tiba umur mereka langsung dipertanyakan?

"Aku kan masih semester 5–"

"LAH KOK THORN SEMUDA ITU!?"

Ricuh, ricuh, dan ricuh. Seengaknya ada penengah di antara mereka. Siapa lagi kalau bukan...

"Jadi selama ini kalian tinggal serumah tanpa tahu umur kalian satu sama lain?" Tanya Supra menyela kericuhan yang dialami oleh member yang ada di kostan.

Beruntungnya, tanpa banyak ba-bi-bu-be dan bo, akhirnya mereka diam dan menatap ke arah Supra. Dan dengan kompak menggelengkan kepala, membenarkan ucapan Supra.

Dan hal itu mengundang Halilintar untuk menampar dahinya sendiri. Entah dalam alasan apa, mungkin merasa speechless atau mungkin yang lain.

Aslinya juga dia lagi nahan tawa.

"Jadi... Gampang kata, lo semua tuh gak tahu umur kalian semua terus asal manggil aja tanpa embel-embel?" Tebak Halilintar yang menambah kekicepan yang ada. Intinya gitulah.

"Parah lo semua, nih, gue kasih tahu."

Akhirnya, mau tak mau Halilintar harus menjelaskan tentang seluruh member yang ada. Lebih ke umur saja sih, karena jika hal lain, Halilintar lebih memilih tutup saja.

Nah, sekalian Ara mau kasih informasi nih :D

Jadi, member tertua di kostan adalah Boboiboy, semua orang tahu itu. Dan member tertua kedua adalah Halilintar, meskipun ia masih kuliah DKV awal banget.

Setelah Halilintar, Supra adalah penempat member tertua ketiga. Karena ia sudah berada di masa S2 nya sekarang, mengejar gelar Magister bahkan mungkin Doktor. By the way, Supra ini mengambil jurusan manajemen bisnis.

Nah, setelah Supra, barulah ada Frostfire dan Ice. Kita anggap saja mereka seumuran karena Author juga malas memikirkan tentang umur mereka. Frostfire semester 7 kedokteran, sementara Ice semester 7 bahasa.

Nah setelahnya, adalah mahasiswa semester 6. Ada 5 member kostan yang merupakan mahasiswa semester 6. Yaitu: Taufan, Sopan, Glacier, Sori, dan Gentar.

Taufan adalah anak arsitek, kalian semua tahu itu. Lalu ada Sopan yang juga adalah anak bahasa. Glacier yang mengambil jurusan keperawatan. Sori mengambil jurusan Informatika/TI. Dan yang terakhir, Gentar yang jurusannya adalah DKV.

Setelah semester 6, barulah kita ke mahasiswa semester 5. Ada Gempa, Halilintar (Tapi karena Halilintar lebih tua, jadi dia dianggapnya di atas okay), Thorn, Blaze, dan Solar.

Gempa dengan jurusan tata boga. Thorn yang mengambil jurusan Manajemen Pemasaran alias, sama seperti jurusan Boy. Blaze mengambil jurusan Informatika, tapi entah bagaimana ia belajar mengembangkan sebuah video games. Serta Solar yang merupakan anak Manajemen Bisnis.

Kurang lebih, seperti itulah penjelasan Halilintar kepada mereka semua. Namun, karena sulit merubah kebiasaan diri, akhirnya mereka semua memutuskan untuk tetap memanggil satu sama lainnya dengan nama. Dan memanggil dengan sebutan 'Abang' atau 'Kakak' untuk yang dirasa lebih tua secara sikap.

Karena kesepakatan begitu... Ya sudahlah.

"Supra Adi Ermana, namamu begitu kan?"

Habis juga terang, terbitlah gelap. Kenapa tiba-tiba Halilintar membahas nama Supra di tengah pembahasan umur dan sebagainya ini?

"Iya, kenapa Kak?" Tanya Supra dengan kalem. Meskipun penampilannya lebih mirip anak berandalan yang luka sana-sini.

"Nggak ada hal spesial. Tapi, Ermana itu kata yang bagus bukan?"

.

.

.

"Iya, sangat indah."

"Sama-sama."

Mereka semua saling bertatapan, kecuali dua member tertua saat ini. Ekspresi wajah Halilintar dan Supra tidak terbaca, bahkan bagi Frostfire sekalipun. Apa yang mereka bincangkan didalam kepala mereka?

"Kamu stay sampai beberapa waktu lagi, kan? Semoga nyaman ya di sini, soalnya di sini banyak setannya." Ucap Halilintar memberikan wejangan serta sambutan singkat kepada Supra.

Ia beranjak dari sana dan pergi ke kamarnya. Yang sukses langsung membuat sisa memberi mencak-mencak karena merasa tersindir disebut setan.

Namun, apakah Supra akan merasakan demikian? Entahlah, kita juga tidak tahu.

"Tidur sana. Lukamu masih basah tadi–"

"Iya, iya. Aku duluan ya." Supra bangun dan berpamitan pergi.

Ia pergi sembari menyeret kopernya, karena kalau diangkat, keenakan roda kopernya. Susah juga si Supri jadinya.

——————————

Iklan bentar Gess :

If you like it, don't forget to touch the star!

If you want to see the next chapter, don't forget to add to your reading list!

If you want to give me any of advices, or maybe your feelings. Write them on the comment, and do not forget to send them to me <3

Suka? Vote Mbak, Mas, Bang, Dek, Bu, Pak, Lek!

Nunggu lanjutannya? Tambahin dulu ke reading list~

Dan kalau kau tantrum atau gabut, kirim saja prakatamu di komentar, kawan. Aku bakalan baca UwU.

Kost-kostan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang