027 - FRT_01 "𝔖ℭ𝔣𝔖"

288 40 146
                                    

Pernah gak kalian penasaran dengan sosok Taufan yang satu ini?

[ Foto Taufan lagi nangkep ikan kemarin. ]

Pasti pernah, kan?

Pertanyaan muncul di kepala seperti sebuah puisi. Apakah Taufan orang kaya? Taufan pasti orang kaya, soalnya masuk arsitektur. Kenapa Taufan bisa bayar sampai setengah, bahkan kurang di Kost Pelangi? Kenapa Boboiboy izinin hal itu?

Jawabannya, ada di sini semua. Enjoy!

Taufan bangun dari posisi tidurnya yang membunuh punggung dengan sedikit gertakan pada tiap sendi dan tulangnya. Lagi-lagi ia tertidur di meja kerjanya, untuk kesekian kalinya.

Beruntungnya, ia bukan tipe orang yang kalau ketiduran karena capek bisa sampai ngiler. Jadi, tak ada noda apapun pada meja kerja, kertas, atau apapun yang ia tengah kerjakan.

Ia melirik ke arah jam, menunjukkan pukul 6 pagi lewat kurang lebih 25 menit. Belum masuk jam kerja, jadi aman.

Karena tak ingin membuang waktu, Taufan akhirnya segera saja membereskan meja kerjanya. Mengelompokkan dokumen dan kertas yang sesuai dengan kriteria masing-masing seperti yang diminta bosnya. Tak lupa gambaran kasar yang sudah ia revisi berkali-kali untuk ditanyakan kepada manajer yang ada di perusahaan.

Setelah seluruhnya selesai ditata, barulah Taufan memutuskan untuk mandi dengan segala yang tersedia. Sabun sebatang, odol, sikat gigi yang bukan pula ia yang membeli.

Tepat 10 menit kemudian, Taufan keluar dari kamar mandi dengan hawa yang lebih segar. Tidak muram, tidak ada muka bantal, dan tidak ada aura suram darinya. Seolah hilang bersama dengan air dan sabun yang menyiramnya saat mandi.

"Oke, mari kita mulai hari baru~" Gumamnya sembari melesat mengambil keseluruhan dokumen dan sketsa kasar miliknya.

Selepasnya, ia keluar dari asrama yang memang disediakan perusahaan untuknya. Serasa menjadi karyawan yang benar-benar karyawan di sini.

Taufan memutuskan untuk mengirim dokumen-dokumen terkait dengan pembiayaan bahan dan material pembuatan pondasi sebagai dokumen awal. Karena desain bangunan yang dipesan masih saja dimintai banyak revisi hingga ia tak paham lagi apa yang harus di revisi.

"Orang bilang revisi dari dosen di masa akhir lebih serem, tapi kenapa revisi dari pak manajer udah bikin jantung jatuh ke kaki, ya?"

"Bu Dyaa!"

Taufan tersenyum lebar ketika sosok yang ia sebut tengah menata dokumen di bagian administrasi. Kebiasaan beliau semenjak menjadi sekretaris si CEO perusahaan. Beliau akan sering bolak-balik dadi perusahaan utama ke pabrik, dan sering pula pergi dan mengurus dokumen di bagian administrasi.

"Oh, Febri. Rajin sekali, jam berapa kamu tidur semalam?" Tanyanya lembut pada Taufan.

Taufan yang ditanyai dengan nada selembut itu tentunya merasa salah tingkah. Meskipun di satu sisi yang lain ia sudah merasa terbiasa dengan hal itu.

"Ehe, nggak larut banget kok, Bu. Sekitaran... Gak tahu deh, saya ketiduran semalam."

"Nggak baik loh, pasti kamu begadang, kan? Omong-omong, itu dokumen soal sketsa bagian pabrik yang baru?" Tanya Bu Dyaa ketika melihat kertas buram di tangan Taufan.

Kost-kostan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang