40. Wisuda

703 37 38
                                    

Pesantren Al Anwari lagi dan lagi akan melaksanakan wisuda santri. Acara yang paling sakral, dimana semua santri akan dilepas dari sini dan menjalani hidup masing masing. Harapannya mereka tetap bisa mengamalkan apa yang sudah diajarkan pondok mereka dan bisa membawa nama baik pondok ini.

Acara dimulai dari sambutan sambutan. Setelahnya dilanjutkan pembacaan tartil Al Qur'an dimana Zeline menjadi salah satu pembaca itu. Seterusnya seluruh santri diminta untuk sungkem kepada orang tua masing masing. Ini lah acara yang paling mengundang haru. Banyak orang tua yang memeluk anak mereka dan menangis bersama

"Terimakasih untuk kenangannya," lirih Zeline melihat pondoknya. Sebenarnya Zeline berniat akan mengabdi disini tapi semua rencananya berubah. Memang seperti inilah takdir. Terkadang tidak sesuai dengan yang kita rencanakan dan kita harus terbiasa dengan hal ini

"Zel," langkah Zeline terhenti saat mendengar suara seseorang memanggilnya. Zeline berbalik. Lagi dan lagi Zeline terluka dengan harapannya. Entah mengapa Zeline berharap yang memanggilnya tadi adalah ah sudahlah lupakan saja.

"Zel, anti bakal kemana setelah ini?" Tanya Husna melihat Zeline merapikan segala baju bajunya

"Gak tahu. Dimanapun itu, aku bakal ngejauh dari Gus Zayyan," beritahu Zeline yang hanya diangguki Husna

"Gak mau ke rumah ana dulu? Sampai anti punya tempat tinggal," tawar Husna. Zeline menggeleng, sekali lagi gadis itu tidak mau merepotkan Husna lagi

Acara wisuda berlanjut hingga malam. Zeline, gadis itu berhias untuk acara malamnya. Zeline hanya menggunakan abaya coksu dengan hijab senada dan sedikit polesan make up tipis di wajahnya

"Cantik," Zeline melihat pantulan bayangan lelaki di cerminnya

"Syukron Gus za-" Zeline meralat ucapannya. Sosok itu bukan Zayyan melainkan Biru

"Masih mengira saya suami kamu?" Zeline terdiam. Entah mengapa akhir akhir ini Zeline selalu melihat bayangan Zayyan

"Afwan Gus,"

"Its oke. Santai aja,"

"Gus Biru kenapa ada disini?" Tanya Zeline

"Saya hanya ingin melihat acara wisuda kamu Zel. Selebihnya-" Biru berjalan mendekati Zeline. Lelaki itu berjongkok dihadapan Zeline. Biru mencari sesuatu di dalam sakunya dan menaruhnya di depan mata Zeline

"Apa maksud Gus Biru?" Tanya Zeline

"Saya tahu kamu peka Zel. Saya ingin melamar kamu," beritahu Gus Biru

"Katakan, berapa mahar yang kamu minta dari saya? Saya akan memberikannya," Biru mengucapkannya dengan nada serius

"Saya tahu cara saya melamar kamu itu salah. Harusnya disini ada orang tua saya tapi Abah sama umi saya lagi tidak bisa mendampingi. Saya sengaja mengatakan sekarang supaya suatu saat saya datang melamar dengan orang tua saya kamu tidak terlalu terkejut. Saya tahu kamu masih belum punya rasa apapun ke saya tapi boleh kan saya mengejar kamu? Boleh kan saya jadi suami kamu? Tenang saja saya tidak akan seperti Zayyan,"

HUH

Terdengar helaan napas berat dari Zeline.

"Saya tidak bisa Gus,"

"Kenapa?" Terdengar nada kecewa dari Biru

"Karena Zeline mau fokus sama anak Zeline dengan Gus Zayyan," beritahu Zeline

Biru tersenyum getir, "Kamu hamil?"

"Iya. Mana mungkin Gus biru mau perempuan yang sudah dipakai. Lebih baik Gus biru cari perempuan yang pantas dengan Gus Biru. Tutup dan simpan cincin itu sampai Gus Biru menemukan tangan yang pantas untuk dipakaikan cincin itu,"

Biru menggeleng, "Gak saya gak peduli dengan status kamu. Yang saya mau cuma kamu,"

"Masalah anak, saya gak masalah jika harus jadi ayah buat anak itu. Bukannya anak yang dikandungan kamu juga butuh sosok ayah? Jika Zayyan tidak bisa, biar saya saja. Saya siap Zel," lagi dan lagi Biru berusaha menyakinkan gadis di hadapannya untuk menerimanya

"Pikirkan baik baik Zel. Bukan untuk kamu sendiri tapi untuk anak yang ada di kandungan kamu,"

"Saya siap menggantikan sosok ayah untuk-"

"Nggak!" Zeline dan Biru kompak menoleh

"Lepaskan tangan istri saya, Biru! Jaga batasan kamu!" Peringat Zayyan penuh tekanan

"Istri? Kamu nyakitin dia terus Zay! Apa salahnya saya deketin dia? Anak yang dikandungan Zeline butuh ayah kalo kamu gak bisa, biar saya yang gantiin,"

"Saya masih hidup Biru. Saya bisa menjaga istri dan anak saya!"

"Lawak! Bisa jaga? Kamu cuma nyakitin Zayyan! Kalo kamu gak bisa bikin Zeline bahagia berikan Zeline ke saya. Gak nyangka Zayyan cuma ambil enaknya, saat istrinya hamil dia lari gitu aja," sindir Biru membuat suasana semakin panas

"Biru, saya masih sabar karena kamu teman saya!!" Tahan Zayyan

"Teman? Tahu kita emang temenan, tapi saya gak terima kamu kaya gini ke Zeline. Biarin Zeline bahagia-" Biru menjeda ucapannya. Lelaki itu menoleh ke arah Zeline dan berbalik lagi ke Zayyan

"Sama saya!"

"Saya suaminya Biru, masih mau bersaing dengan saya?" Tanya Zayyan menantang

"Tentu. Kamu suaminya tapi cuma nyakitin!"

"STOP!!" Lerai Zeline

"Sudah? Udah bertengkarnya? Mending kalian keluar!! Kalo mau bertengkar silahkan di luar, jangan disini!!"

"Zel,"

"Apa?! Pergi Gus, tinggalin saya!" Zayyan hanya menghembuskan napas gusar. Setelahnya kedua Gus itu meninggalkan Zeline sendirian

"Aaghhhhh," bersamaan dengan itu tubuh Zeline ambruk. Lagi dan lagi masalah datang bersamaan. Bisakah gadis itu meminta ketenangan? Kepala Zeline terlalu berisik sekarang

"Dek, ummah capek sayang," sejak kehamilannya Zeline selalu mencurahkan segalanya ke anak di kandungannya

"Maafin ummah ya... Pasti kamu stres ada di kandungan ummah. Semua masalah yang ummah rasain pasti ngaruh sama kamu. Maaf sayang..." Lagi dan lagi Zeline merasa bersalah dengan anak yang dikandungnya

"Kamu kuat ya sayang, temenin ummah," setelahnya Zeline berdiri dan melihat pantulan wajahnya di cermin

"Banyak yang bilang aku mirip bunda. Apa aku bisa sekuat bunda?" Tanya Zeline menatap wajahnya. Di tinggal orang tuanya sejak kecil membuat Zeline tidak memiliki sedikitpun kenang kenangan dengan orang tuanya. Bahkan Zeline tidak tahu bagaimana wajah sosok yang menghadirkannya di dunia

Zeline merasakan ada yang aneh dengan perutnya. Tiba tiba ada rasa sakit luar biasa di perutnya. Biasanya Zeline sering kram karena kelelahan tapi ini rasanya berbeda

Zeline meremas perutnya. Melampiaskan rasa sakit yang mempermainkan perut gadis itu

"Adek, adek kenapa? Jangan sekarang sayang," ringis Zeline merasakan sakit yang semakin menjadi jadi

Zeline merasakan ada yang basah di gamisnya. Zeline berusaha mengeceknya dan betapa terkejutnya saat kaki putih itu menyatu dengan cairan kental merah pekat

Zeline membeku sejenak, pikiran gadis itu seketika blank sempurna.

"D-darah? Gak, gak!!" Pekik Zeline ketakutan. Gadis itu sampai menangis sekarang karena darah yang keluar bukan main main. Darah itu semakin banyak dan deras

"Gus Zayyan!!"

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Malam, semuanya

TBC. Janlup Vote ya!!!

Maaf makin gak jelas. Semoga kalian betah membaca sampai habis. Yang penasaran dan mau cepat update, spam koment. Kalo mau. Makasih udah 15K yang baca, temenin terus ya....

Malam reader sayang

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

GADIS HAZELKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang