41. Ngidam Botak

693 43 27
                                    

"Keadaan pasien baik baik saja. Hanya karena pengaruh stres tapi Alhamdulillah bayi nya tidak apa apa,"

Terdengar helaan napas lega dari Zeline. Zeline merasa bersalah. Harusnya dia bisa menjaga dirinya sendiri bukan? Hampir saja Zeline kehilangan teman kecilnya. Jika itu terjadi, Zeline tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti

"Zel..." Zeline tersentak saat Zayyan tiba tiba memeluknya. Zeline merasa nyaman saat ada di pelukan Zayyan, entahlah jika bisa Zeline ingin sekali memeluk Zayyan sampai nanti.

"Kamu gak papa kan?" Zeline hanya menggeleng kecil. Zayyan merenggangkan pelukannya, tangan lelaki itu bergerak menyapu bekas air mata di pipi Zeline

"Gak usah nangis, anak kita ga kenapa napa,"

Zeline menunduk, "Ga kenapa napa, saya hampir bikin dia celaka loh Gus. Kalo tadi Gus Zay gak ada disana Zeline gak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,"

Zayyan hanya tersenyum, "Mangkanya lain kali hati hati. Jangan banyak pikiran, maaf juga pasti ini juga karena saya sama Biru tadi kan?"

"Sedikit,"

"Zel. Kamu udah lulus kan? Besok kita ke pesantren Abi, ya?" Ajak Zayyan

"Ga—"

"Ga ada penolakan!" Potong Zayyan sebelum Zeline menyelesaikan ucapannya.

"Saya sudah meminta barang barang kamu ke Husna besok kita ke pesantren Abi. Mulai hidup baru, kita bertiga," jelas Zayyan. Zeline mengerutkan dahinya, bertiga?

"Gus kok bertiga?"

Zayyan tersenyum, "Maksudnya Kamu, saya sama Zayyan junior!" Zeline hanya ber oh ria

"Gus gak jadi ceraiin saya?" Tanya Zeline mengingat kejadian mingu lalu.

"Kamu pikir saya bakal ngelakuin itu? Gak Zel saya sadar itu saya kebawa emosi aja ngomong kaya gitu. Maafin saya tapi gak pernah ada niatan buat ceraiin kamu terlebih lagi dengan kondisi kamu yang hamil anak saya. Maafkan semua luka yang pernah saya kasih ke kamu, saya mau memperbaiki semua. Beri satu kesempatan, boleh?"

Zeline menimang nimang pilihannya. Di sisi lain, Zeline tidak ingin munafik. Gadis itu masih memiliki rasa yang sama untuk Zayyan terlebih lagi dengan kondisi nya yang sangat memerlukan perhatian bukan? Salahkah jika Zeline menerima ajakan Zayyan?

"Ning..." Lembut Zayyan menyadarkan Zeline. Zeline membulatkan matanya saat mendengar sebutan Ning ke arahnya

"Zeline Gus, bukan Ning..."

"Tapi kamu istri saya. Bukannya nanti kamu dipanggil Ning?" Zeline mengangguk. Zayyan benar, tapi Zeline masih ragu saja jika tiba tiba seorang santriwati biasa seperti nya mendapatkan sebutan Ning

"Kamu lama Zel. Saya jawab ya, mau Gus!!" Bukan Zeline yang mengucapkannya melainkan Zayyan sendiri

"Saya belum milih Gus Zay!!"

"Gak perlu milih. Saya tahu isi hati kamu. Kamu mau cuma gengsi gitu, kan?" Tanya Zayyan yang memang sudah paham satu sifat negativ Zeline

"Dah, tidur dah malam. Istirahat kamu capek kan?" Tanya Zayyan melirik jam arlojinya yang menunjukkan pukul 22.00 malam. Setelahnya Zayyan membantu Zeline untuk berbaring. Zayyan menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh istrinya dan memberikan satu kecupan di dahi Zeline yang membuat Zeline membulatkan matanya. Zayyan melakukannya secara tiba tiba dan pastinya sangat tidak aman untuk kondisi jantungnya yang berdetak cepat disana

"Jangan lupa doa, sisanya jangan lupa mimpiin saya," Zeline membuka telinga nya lebar lebar. Apa dirinya tidak salah dengar? Ini Zayyan suaminya bukan? Mengapa Zeline merasa Zayyan berubah sekarang? Kepribadian dingin bahkan bermuka datar itu bisa mengucapkan kata seperti itu?

GADIS HAZELKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang