44. Mangga

483 40 23
                                    

"Nak Lea, masuk," persilahkan Halimah. Mau bagaimanapun, Alea adalah anak sahabatnya. Bahkan Halimah sudah menganggap Alea putrinya sendiri walaupun terkadang Halimah mengerti sifat gadis itu

"Gus Zayyan," senyum manis terpatri diwajahnya saat melihat Zayyan turun dari tangga. Zayyan menghembuskan napas gusar, tiba tiba mood nya berubah sekarang. Zayyan tidak menghiraukannya

"Mi, Zeline mana?" Alea menghembuskan napas gusar. Lagi dan lagi Alea mencaci Zeline di dalam hatinya

"Di dapur. Katanya mau masak," Zayyan hanya tersenyum. Detik berikutnya Zayyan meninggalkan Halimah dan Alea menuju ke dapur. Alea mempunyai ide. Gadis itu menatap Halimah

"Umi, boleh Alea ke dapur juga? Alea pengin masak," Halimah tidak bisa menolaknya. Halimah pun mengizinkannya. Dengan semangat, Alea meninggalkan Halimah dan ke dapur

"Assalamualaikum!!" Entah sengaja maupun tidak, Alea mengeraskan salamnya. Zeline dan Zayyan kompak menoleh ke arah Alea

"Afwan, saya ganggu momen kalian?" Tanya Alea. Zeline mengerutkan dahinya, mengapa logat bicara Alea sekarang berubah? Tidak ambil pusing, Zeline membiarkannya

"Ganggu. Banget malahan!" Zeline menyenggol lengan Zayyan saat Zayyan mengucapkan kata itu. Zayyan menoleh, dan tidak memperdulikan Zeline

"Ouh oke aku pamit aja, ya?" Saat akan pergi, Zeline menahan Alea. Alea berbalik

"Ning butuh apa?"

Alea tersenyum getir, "Butuh suamimu Zel," sayangnya itu hanyalah batin. Alea menatap Zayyan, lelaki yang ditatap justru membuang wajahnya

"S-saya mau masak."

Zeline hanya mengangguk, "Sini Ning. Kita masak bareng bareng," Alea hanya tersenyum tipis. Setelahnya Alea berjalan mendekati Zeline. Zeline meminta Zayyan untuk pergi, awalnya Zayyan menolak. Lelaki itu takut Alea berbuat macam macam pada istrinya, tapi Zeline berhasil membuat Zayyan percaya. Semua akan baik baik saja

"Zel," Zeline yang tadinya sibuk memotong tempe mengalihkan pandangannya ke arah perempuan yang memanggilnya

"Kamu itu kenapa sih harus datang di tengah tengah Zayyan sama aku?!" Alea sedikit menaikkan nada bicaranya

"Kamu tahu gak? Harusnya yang jadi menantu itu aku bukan kamu. Kamu paham gak sih? Umi Halimah lebih sayang aku timbang kamu. Kamu itu cuma pengganggu diantara hubungan aku sama Gus Zayyan!!" Alea menghembuskan napas gusar saat dirinya berbicara panjang, namun yang di ajak bicara seolah tidak peduli dengannya

"Zel!! Kamu denger saya?!!"

"Denger kok," Alea semakin dibuat kesal karena ucapan Zeline yang seolah tidak peduli dengannya

"Kalo kamu dengerin, aku tadi ngomong apa?!" Tantang Alea

"Tadi Ning cuma bilang, saya pengganggu  di hubungan Ning sama Gus Zay bukan gitu? Terus Ning bilang yang harusnya sama Gus Zayyan itu Ning bukan saya. Bukan gitu?" Zeline menjelaskan ulang yang disampaikan Alea 

"Itu Lo paham."

Zeline hanya terkekeh, "Saya ganggu hubungan Ning sama Gus yang mana? Justru Ning yang ganggu hubungan saya sama Gus Zayyan. Ning Alea yang saya hormati, bisa gak usah ganggu hubungan rumah tangga saya? Ning gak jelek jelek amat kok buat cari ganti Gus Zayyan,"

Alea naik pitam, "Jelek? Lo bilang gue jelek?! Mata Lo rabun ha?!"

"Kecantikan gak cuma dilihat dari wajah Ning Alea. Ning Alea cantik, bahkan saya akui sangat cantik tapi...." Zeline menjeda ucapannya. Gadis itu tersenyum miring

"Hati Ning licik," Setelah mengatakan itu Zeline meninggalkan Alea dengan perasaan yang puas. Wajah Alea memerah bak menahan emosinya. Saat sampai di depan pintu dapur, langkah Zeline berbalik

GADIS HAZELKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang