DUA PULUH DUA.

1.7K 99 8
                                    

            Hujan begitu deras membasahi kota jeju malam ini, tepat jam delapan malam hujan baru melanda dan sudah hampir dua jam tidak kunjung berhenti.

Langit tidak tau saja ada seogok manusia yang tengah menunggu hujan itu berhenti.

Seo Haechan kini ia tengah duduk didepan cafenya sembari menunggu hujan itu reda, hari ini cafe tutup lebih cepat tidak lagi tengah malam, sekarang jam sembilan sudah tutup.

Haechan sangat tau motif bosnya itu tiba-tiba menganti jam tutup cafe, tentu itu karenanya, bukannya dia pede tapi memang benar adanya, diperjalanan pulang kemarin jaehyun sempat bilang kalau ia bisa saja menganti jam pulangnya, dan ternyata benar, ia tidak perlu khawatir lagi pulang sendirian ditengah malam.

Ia menghembuskan nafasnya, kalau begini cuacanya sama saja ia tetap akan sampai rumah tengah malam, hujan sepertinya tidak ada tanda-tanda akan berhenti, itu cukup membuat haechan kesal, badannya sudah mengigil hebat karena cuaca yang begitu dingin, bayangkan saja jam sepuluh sudah lewat tiga puluh menit berada diluar? Sangat dingin bukan.

Haechan kembali menghembuskan nafasnya lalu merolingkan matanya saat mobil berwarna merah itu berhenti dihadapannya, ia tentu tau siapa yang ada didalamnya, itu Jung Jaehyun, ia tidak akan mau terulang kedua kalinya untuk pulang bersamanya cukup malam kemarin saja, untuk malam ini ia akan pulang sendiri.

Tidak ada pergerakan sama sekali dari haechan, ia tetap diam dan mencoba fokus pada ponselnya, mencoba tidak memperdulikan jaehyun yang tengah menunggunya didalam mobil, tapi tak lama kepalanya mendongkak melihat bosnya yang sudah berdiri dihadapannya dengan rambut yang sedikit basah karena menerobos hujan untuk sampai diteras cafenya.

“Ayo aku antar. ” ujar jaehyun yang tidak dijawab sama sekali oleh haechan.

“Baiklah kalau kau tidak mau, aku akan menunggu bersama mu disini.” lanjutnya sambil duduk disamping haechan yang bersebrangan dengan meja.

Haechan tetap tidak menjawab ia masih fokus pada ponselnya, tidak menghiraukan adanya jaehyun disana, ia tidak perduli jika Jaehyun adalah bosnya.

“Apa kau sudah makan?. ” tanya jaehyun yang tetap mencoba membuka obrolan walaupun itu hanya obrolan kecil.

“Haechan-a, setidaknya kau menjawab pertanyaan atasanmu.” sambung jaehyun yang sedikit kesal karena haechan sama sekali tidak menjawab ucapannya.

Haechan berhenti bermain ponsel.
“Sudah.” jawabnya ketus.

“Pergilah, aku akan pulang. ” belum sempat jaehyun menjawab haechan sudah pergi dengan berlari kecil menerobos hujan deras itu, tidak perduli jika ia demam keesokan harinya daripada harus terjebak hujan berdua dengan orang yang sangat ia tidak suka.

Jaehyun hanya diam saja menatap kepergian haechan, ia sangat tau sesakit apa hatinya dulu saat ia mulai membuat luka di hatinya, mungkin haechan sangat tidak Terima dengan semua pilihannya waktu dulu.

Wajah yang sangat lelah itu terguyur hujan dengan sangat derasnya, badannya sungguh mengigil hebat, tidak hanya wajah tapi seluruh badan, haechan rasa isi tasnya juga basah akibat hujan itu, sial kenapa ini tidak ada hentinya, ia harus pulang dengan cepat, tubuhnya sudah tidak bisa menahan dinginnya malam ini.

Separuh perjalanan sudah ia tempuh dan sekarang ia sudah sampai didepan rumahnya tanpa basa-basi lagi haechan langsung masuk dan membersihkan dirinya, ia harus segera tidur dalam selimut tipisnya, ah sial dingin-dingin begini seharusnya memakai selimut tebal, tapi apalah daya ia hanya punya selimut yang tipis.

“Kau tidak makan?.” tanya sang ayah yang datang ke kamarnya.

“Makanlah, ayah sudah buatkan ramen untukmu, ayah tau kau kehujanan saat pulang tadi. ”

“Makanlah Seo haechan, ayah tunggu diruang makan. ” cerca johnny tanpa ada sahutan sama sekali, Johnny tau anaknya itu tengah lapar dan sedang berpura-pura tidur.

Haechan yang memang belum tidur mendudukan dirinya dikasur lantainya, perutnya sangat lapar, ia hanya makan sekali dalam sehari itupun jatah makan siang dicafe, ia berbohong mengenai pertanyaan jaehyun tadi, ia hanya tidak mau makan berdua dengannya.

“Duduklah sayang, ini ramen untuk mu, tenang saja ayah pintar dalam memasak ramen. ” ucap Johnny antusias karena haechan mau makan bersamanya lagi diruang makan yang sudah lama tidak terjamah keduanya, selama berada serumah mereka berdua sangat jarang ah bahkan hampir tidak pernah makan bersama.

“bagaimana enak tidak?. ” tanya Johnny yang tau haechan sudah menyantapnya.

Haechan hanya mengangguk tidak menjawab, entahlah hari-hari ini saat kepergiannya dari kota seoul membuatnya tidak bersemangat dalam menjalani hidup.

Dia terus memikirkan bagaiamana keadaan jaemin disana? Ah bohong tidak! Bukan jaemin tapi Mark Lee ya! Mantan bosnya untuk saat ini, bagaimana keadaanya sekarang? Apa dia baik-baik saja?

Tentu pikirannya hanya selalu tertuju padanya, walau kenyataannya ia tidak tau mark  memikirkan juga atau tidak, ditambah pesan jaemin pagi tadi kalau mark akan bertunangan dengan karin, tentu ia sangat kepikiran.

Ia sangat ingin mengubunginya tapi ia takut akan ibunya, takut ibunya membuat perkara yang haechan tidak inginkan, ia sangat takut, ia tau orang kaya bisa berbuat seenaknya jika sudah tidak menyukai seseorang.

“Ayah, boleh aku bertanya?. ” tanya haechan yang baru membuka suaranya.

“Tentu, tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, ayah akan menjawab sebisanya. ”jawab Johnny sesekali menyeruput ramennya.

“Bisakah ayah berhenti melakukan itu semua?.” Johnny berhenti menyantap ramenya, bahkan ia sudah meletakan sumpitnya, ia tau arah mana anaknya itu berbicara.

“Aku mohon ayah, aku hanya tidak ingin ayah terlilit hutang lagi, aku sangat lelah untuk bekerja. ” lanjut haechan.

“Ayah.”

Johnny tersenyum, lalu menyusak rambut anaknya.
“Tentu, ayah sudah berhenti untukmu, ayah sudah tidak melakukan hal yang tidak kau suka sejak hutang ayah lunas, ayah tidak mau anak sematang wayang ayah bekerja terlalu keras untuk ayah.” jawab Johnny senang.

Johnny sudah tidak lagi mabuk-mabukan tau berjudi kesana-kesini, ia kali ini hanya ingin berfokus pada masa depan anaknya, walaupun itu awalnya sangat sulit tapi akhirnya ia bisa melewati itu semua, jangan lupa ia harus berterima kasih pada temannya yang sudah membantunya selama penyembuhan itu bahkan ia diberi pekerjaan olehnya.

“Ayah! Serius?, ayah tidak berbohong padaku?.” tentu anggukan yang haechan dapat, akhirnya Johnny bisa melihat senyum anaknya kali ini.

“Maafkan ayah atas semuanya, ayah selalu menyusahkanmu, maaf juga berbohong pagi tadi, ayah hanya ingin melihatmu masih marah pada ayah atau tidak, karena kau hanya diam dirumah tidak menunjukan apapun, marah tidak, baik juga tidak, hanya diam, ayah bingung jadi ayah pancing saja, dan ternyata benar, kau masih marah pada ayah tentang hal itu, sekali lagi maafkan ayah.” cerca Johnny panjang lebar.

Haechan mendekat kearah Johnny lalu memeluknya dengan erat, ah rasanya haechan kembali memiliki seorang ayah lagi, hatinya tidak bisa menggambarkan sebagaimana ia bahagia, sangat bahagia mendengar ayahnya sudah berusaha berhenti melakukan hal yang ia sangat tidak suka, ya walaupun ia masih sedikit jarang minum-minuman.

PAK BOSS!! I LOVE U•


Pak Boss!! I Love U. [ MARKHYUCK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang