Patah

4.8K 410 36
                                    

"Ini beneran lo, Qiy?" tanya Nando saat dirinya sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Hari ini Qiya tak bekerja dikarekan jadwal koas nya pagi.

"Lo udah nanya itu lebih dari satu kali Nando" kesal Qiya

"Gue pikir lo suka sama gue Qiy eh malah suka nya sama dr. Raffa" ledek Nando

"Siapa yang suka sama dr. Raffa ya anjir?" emosi Qiya sudah memuncak

"Lho ngga suka? Ko bisa ngga suka peluk-peluk?"

"Terusin aja Nan!" ucap Qiya kesal dan berjalan lebih dahulu meninggalkan Nando yang sedang tertawa

Berita pagi hari cukup mengagetkan Raffa dan Qiya. Beberapa spekulasi mahasiswa dan dosen lain mulai berdatangan membanjiri akun sosial media keduanya. Qiya tak menghiraukan adanya hal tersebut karena tuduhan yang terlontar padanya memang tak benar adanya. Berbeda tentunya dengan Raffa yang merasa harga dirinya tercoreng; laki-laki itu terkenal karena sifat cool nya dan tak akan tunduk oleh cinta, namun kini kolom komentar pada akun instagramnya ramai sedang melontarkan ejekkan.

"Qiya masuk ruangan saya!" panggil Raffa saat Qiya melewati ruangan milik Raffa

"Jangan di peluk-peluk lagi ya dok calon pacar saya" sambar Nando dengan wajah meledek

"Shutttt.... Gue duluan, Nan!" Pamit Qiya pada Nando dan berjalan menuju ruangan milik Raffa

Qiya masuk kedalam ruangan panas baginya, ruangan dengan banyaknya permasalahan yang belakangan menimpanya dan akhirnya menjadikan dirinya terjerat masalah, menikah seumur hidup dengan seorang pria yang sangat menyebalkan.

"Duduk!" perintah Raffa dan Qiya menurut

Qiya duduk pada sofa yang letaknya bisa dibilang berada didekat pintu. Tangannya saling bertautan, peluh mulai memenuhi dahi nya, do'a sudah ia langitkan pada sang pencipta yang terucap langsung dari dalam hatinya.

"Kamu sudah tau foto kita menyebar?" tanya Raffa dan diangguki oleh Qiya

"Kamu tau jika saya merasa harga diri saya tercoreng karena ulahmu?" Tambahnya

"Karena saya?" Tak terima atas tuduhan yang Raffa berikan, Qiya menyiritkan matanya mencari jawaban kejujuran dari Raffa

"Ya iya, kamu duluan! Walaupun memang saya membalasnya" balas Raffa cepat

"Pertama kenapa dokter ajak saya pergi ke parkiran? Karena pak Hutama? Karena sama makan sama Nando? Kalau dokter milih gabung dengan saya di kantin saat itu adegan peluk-pelukan ngga akan terjadi! Lagian dokter juga kenapa ngedeket ke saya untuk membisikkan sesuatu. Dari sudut lain juga bisa dituduhkan dokter kecup pipi saya, tergantung yang foto dan menyebarluaskannya aja" ucap Qiya panjang lebar

"Perempuan selalu ngga mau salah ya?" tanya Raffa

"Saya ngga sepenuhnya salah dan saya ngga terima dokter membebani seluruh kesalahan pada saya!" Balas Qiya

"Cerdas! Perempuan cerdas! Orang juga tau kamu peluk saya duluan Qiya!"

"Dalam hal ini tentu ada alesan kan dok? Harusnya dokter sadar kalau dokter juga salah! Lagian saya ngga masalah soal masalah ini, yang masalah kan dokter. Jadi ya tuntasin aja sendiri toh dokter juga cuma bisa nyalahin saya" ucap Qiya lalu berdiri dan beranjak dari ruangan Raffa

Raffa mengusap wajahnya kasar, terlihat begitu frustasi. Qiya memang wanita cerdas, ia berani mengakui kesalahannya jika memang benar dia salah, namun yang Qiya lakukan hanya demi pak Hutama. Walau tak dapat dipungkiri bahwa keduanya begitu menikmati pelukkan tersebut.











****








Raffa memasuki kelas, seluruh mahasiswa sibuk dengan tablet ditangan mereka. Di jaman digitalisasi memudahkan para mahasiswa menulis menggunakan tablet yang mereka miliki.

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang