Kapal Pecah

4K 389 31
                                    

Raffa memasuki apartmentnya dengan terburu-buru, ia langsung menuju ke kamarnya dan melewati Petter begitu saja. Petter memang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tangan yang ia lipat di dada. Sebelum masuk ke dalam kamar pandangan keduanya beradu, kemarahan jelas terlihat dari Petter; Raffa mengabaikannya lalu berjalan menuju Qiya yang terbaring di atas kasurnya keduanya. Mulut Qiya tak berhenti memanggil nama Raffa padahal matanya terpejam. Raffa menitikan air matanya, menyesal dan tentu menyalakan dirinya sendiri karena meninggalkan Qiya sendiri padahal ia mengetahui jika Qiya sedang sakit.

"Lo tuh tuli ya? Gua udah saranin lo buat berhenti ya anjing!" kesal Petter pada Raffa,

"Gua salah!" balas Raffa dengan intonasi yang terdengar begitu menyesal,

"Kalo gua engga datang lo engga akan tau keadaan ade gua anjing! Kalo bonyok tau lo abis, Raff!" terang Petter dengan penuh penekanan

"Gua udah bilang stop lakuin ini!" tambah Petter

"Tapi lo yang nyaranin anjing!," Raffa sudah dipenuhi oleh emosi sehingga ia membalas Petter dengan emosi pula

"Tapi setelah gua kirimin vidio tadi itu berarti gua minta lo berhenti" balas Petter yang masih emosi

"Ya lo bayangin aja, Ter. Qiya pulang dalam keadaan pingsan dan di gendong sama cowo lain. Gua marah salah?" tanya Raffa pada Petter

"SALAH ANJING! LO TAU KEADAAN ISTRI LO ENGGA? JANGAN MAIN MARAH AJA! UDAH TAU PINGSAN TAPI MALAH LO TINGGAL"

Pertengkaran ini akan sangat panjang. Maka dari itu kepada pembaca silakan mengambil cemilan terlebih dahulu agar lebih enjoy. Happy Reading!

Pertengkaran panjang akan dimulai. Hal ini terjadi karena ide Petter. Setelah perkelahian antara Raffa dan Abiyan kemarin. Raffa pulang bersama Petter. Dalam perjalanan pulang Petter memberikan saran pada Raffa untuk mendiamkan Qiya agar mengetahui apakah Qiya mencintai Raffa atau tidak. Hal ini dilakukan agar Raffa tak perlu terlalu cemburu dengan masa lalu Qiya. Raffa menyetujui hal tersebut, namun sepertinya Petter lupa jika sahabatnya itu memiliki sifat yang kejam.

Ruang keluarga di apartment milik Raffa sudah berantakan. Aksi saling tonjok menghiasi ruangan tersebut. Tentu menjadi berantakan karena keduanya. Qiya yang baru terbangun dari keadaan pingsan. Qiya keluar dari kamar tersebut karena mendengar suara kegaduhan. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju ruang keluarga. Matanya membulat sempurna; mulutnya terbuka lebar; tubuhnya semakin lemas. Ah bagaimana kini menjelaskan keadaan yang Qiya rasakan karena rasanya begitu campur aduk.

"Mas! Ka Petter!" ucapnya melemas, ia tak sanggup berteriak namun dapat memisahkan aksi heroik keduanya. Kedua pria itu menoleh ke arah Qiya yang hampir kembali ambruk.

"Kenapa pada ribut?" tanya Qiya yang masih membeku di tempatnya

"Kamu engga apa-apa?" tanya Raffa yang sudah menghampiri Qiya

"Jelas apa-apa dr. RAFFA dan dr. PETTER!" kesal Qiya

"Kepala ku pusing tambah pusing liat apartment kaya gini" tambah wanita itu dengan suara tangis yang tertahan

"Kamu tenang, nanti mas sama Petter rapiin ya" ucap Raffa menenangkan

"Janji ya?" tanya Qiya pada Raffa
"Iya sayang! Sekarang istirahat lagi ya!" balas Raffa kemudian menuntun Qiya menuju kamarnya kembali untuk beristirahat.







***







Ruangan keluarga diapartmentnya kembali bersih. Raffa dan Petter bergotong royong merapikan beberapa barang yang tercecer dan berjatuhan kembali ke tempatnya. Padahal wajah keduanya masih babak belur akibat aksi heroik tadi.

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang