Waktu yang Salah

2.9K 252 11
                                    

Tangga nada terputar sempurna. Lirik demi lirik dilempar bergantian. Tawa Lani memeriahkan konser kedua orang tuanya. Lagu Bunga Hati yang di nyanyikan oleh Salma Salsabil menggema di ruang keluarga kediaman Raffa malam ini. Padahal keduanya akan bekerja esok hari.

"Telah lama..." nyanyi Raffa

"Ku menunggu dirimu.." balas Qiya

Sahutannya terus di lempar hingga lagu usai. Bayi wanita yang duduk di sofa tak henti-hentinya menertawakan kedua orang tuanya yang asik dalam nada dengan tingkah yang amat lucu. Setelah mengabiskan satu lagu, keduanya terduduk di sofa samping Lani lalu menciumi anaknya tanpa henti. Lani kembali tertawa karena geli dengan tingkah orang tuanya. Kebahagian di dalam keluarga ini memang membuat semua orang iri.

Setelah selesai bernyanyi, Qiya memilih ke dapur menyiapkan makanan untuk Raffa dan menyiapkan bahan MPASI untuk Lani esok hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai bernyanyi, Qiya memilih ke dapur menyiapkan makanan untuk Raffa dan menyiapkan bahan MPASI untuk Lani esok hari. Usia Lani berjalan cepat, sudah 6 bulan. Lani sudah bisa memanggil Qiya dengan sempurna dengan sebutan "Mama" dan "papa" untuk sebutan pada Raffa.

Dua bulan lalu, Qiya mendambakan panggilan mama pertama kali diucapkan oleh anak keduanya karena saat itu ia sedang mengandung. Namun nyatanya ia harus menelan pil pahit karena bayi di dalam kandungannya tidak berkembang. Qiya harus menjalani tindakan kuret atau tindakan medis untuk mengeluarkan atau membersihkan sisa jaringan atau perdarahan dari dalam rahim.

Lamunan Qiya pada part sebelumnya mengenai panggilan mama yang akan pertama kali diucapkan oleh anak kandungnya kala itu memang bukan lamunan tak berisi namun lamunan yang belum ia yakini dan benar saja, ia harus kehilangan calon anak kandung pertamanya.

"Mas, Lani udah tidur?" tanya Qiya setelah Raffa menidurkan Lani. Keduanya sedang duduk berhadapan dengan makanan yang baru saja Qiya sajikan.

"Udah sayang" balas Raffa. Qiya mengangguk paham lalu kembali menyantap makanannya

"Ya, kamu udah jarang minum vitamin ya?" tanya Raffa tiba-tiba

"Minum, kenapa?" tanya Qiya bingung

"Ko makannya sedikit?" tanya Raffa lagi ketika melihat isi piring Qiya yang memang benar sedikit

"Lagi males aja" balas Qiya

"Udah 2 bulan kamu gini. Sejak kuret kamu jadi makan susah makan. Kamu tau engga si kalo kamu makannya sedikit dan pikirannya engga baik juga bisa berpengaruh dalam upaya kita punya anak" terang Raffa

"Mas, kita tuh emang engga ditakdirkan punya anak kali ya? Kita tuh di takdirkannya punya Lani aja ya?" tanya Qiya serius

"Ko ngomongnya gitu si? engga baik ah berprasangka buruk ke Allah. Mungkin ya Allah belum percaya aja sama kita untuk jadi orang tua karena kita sebagai orang tua sambung Lani aja masih banyak banget kurangnya" terang Raffa

"Kenapa sekarang mas kayanya lebih bisa nerima? Padahal sebelumnya mas yang marah lebih parah" ketus Qiya

"Mas nerima semua karena ada nya Lani, Ya!" terang Raffa

"Tapi beda mas, aku seorang ibu yang kehilangan anaknya karena engga bisa menjaganya dengan baik. Wajar kan kalo proses penerimaan kita akan jauh berbeda?" Qiya menimpali

"Kalo kamu gagal, mas juga gagal dong! Mas gagal jaga kamu sama ade, mas gagal jadi ayah karena ulah mas yang engga bisa menjaga. Kamu engga bisa nyimpulin kalo penerimaan kamu sebagai ibu lebih berat karena penerimaan mas juga sama beratya ditambah dengan mas yang mandul" putus Raffa dalam obrolan itu karena Raffa memilih menyudahi makan malamnya dan mengambil sebungkus rokok untuk dapat meredakan emosinya


















***










Taman belakang rumah yang di hiasi oleh kolam ikan kecil dan tanaman yang di rawat begitu apik membuat perasaan Raffa jauh lebih lega. Jika boleh jujur Raffa juga marah pada Qiya yang memilih tidak menceritakan kehamilannya sedari awal dan harus mengetahui kehamilan yang tidak berkembang atau dikenal dengan nama hamil anggur.

Flashback 2 bulan yang lalu >>>

Hari kamis sore Raffa memilih pulang awal kala itu, namun tak ia temui Qiya, hanya Lani yang menyambutnya sedari mobil sedang di parkirkan. Tak berselang lama kepulangannya ke rumahnya. Tak lama handphone nya berdering. Suara tangisan terdengar dari lawan bicara. Panik dengan suara tangis yang menghiasi komunikasi dua arah dari telphone genggam itu membuat Raffa meloncat dari sofa yang baru saja menjadi sandaran tubuhnya. Dengan cepat ia menyambar kunci mobil dan mengendarai mobil membelah kota Solo.

Panggilan berasal dari Qiya yang sedang menangis di depan poli rumah sakit tempat Raffa bekerja. Qiya mengatakan harus melakukan tindakan kuret karena janinnya tak berkembang. Raffa yang belum mengetahui tentang kehamilan Qiya dibuat keheranan dengan yang terjadi sehingga ia memilih menemui wanitanya terlebih dahulu di rumah sakit.

Perjalanan selama 15 menit yang Raffa tempuh dengan kecepatan tinggi. Mobilnya kini sudah terparkir asal di area parkir rumah sakit. Kaki nya melangkah pad tempat yang sudah Qiya sebutkan sebelumnya dan tak perlu waktu lama untuk mencari sang istri karena Raffa sudah hafal dengan area rumah sakit.

Raffa segera menyambar tubuh Qiya karena sang wanita terus mengeluarkan air matanya yang membanjiri wajahnya. Bibirnya mengerucut. Dengan telaten Raffa membelai punggung Qiya, walaupun sebenarnya Raffa sedang menahan amarah pada Qiya. Setelah tenang Qiya meregangkan dekapannya pada Raffa dan dekapan itu terurai. Raffa menatap manik mata Qiya berharap Qiya menceritakannya tanpa Raffa yang perlu bertanya lebih dahulu. Benar saja, Qiya mengerti dan menceritakan awal kehamilannya.

Qiya mulai menceritakan dari dimana ia meminta Raffa mampir pada salah satu apotek setelah menyantap lele bakar ditepi jalan. Pada apotek tersebut Qiya membeli beberapa test pack. Dari 5 test pack yang Qiya beli ia mencoba 2 diantaranya dan hasilnya memiliki garis merah samar. Ia belum yakin jika hasilnya positif dan berniat mengeceknya terlebih dahulu ke dokter kandungan.

3 hari setelahnya yaitu tepat hari ini Qiya baru sempat mengecek kandungannya dan benar saya ia hamil namun janinnya tidak berkembang dan mengharuskan ia untuk kuret. Raffa dapat menyimpulkan jika Qiya ingin memberikannya kejutan namun ia perlu memastikannya terlebih dahulu ke dokter kandungan dan justru kejutan yang Qiya berikan adalah kabar mengenai tindakan untuk mengeluarkan janin yang baru berusi 4 minggu dan dinyatakan tidak berkembang.

Flashback off<<<

Raffa sudah selesai dengan rokoknya yang ia isap karena merasa pening. Lalu Raffa memilih masuk ke dalam kamar untuk mandi dan mengganti pakaian. Setelah selesai Raffa menyambar kasur yang di atasnya sudah ada Qiya dan Lani. Qiya meletakan tubuh Lani di tengah kasur padahal biasanya ia meletakan Lani pada box bayi.

Raffa perlahan menggendong Lani dan meletakannya pada box bayi lalu setelahnya Raffa memilih tidur dan memeluk Qiya. Menyampaikan perasaan bersalahnya melalui dekapan sehingga keduanya terlelap dengan tenang.




***


Haloo guys!
Masih semangat kan? Aku harap masih semangat karena setelah part ini akan ada kejutan!

Bantu like, comment dan follow agar tidak ketinggalan notifikasi aku update ya💗

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang