Seminggu setelah Qiya sadar dari koma akhirnya ia bisa pulang ke rumahnya. Ini mungkin kali pertama Qiya memasuki rumahnya karena baru melihat sendiri suasana rumahnya yang masih terlihat banyak plastik pada furniturenya.
"Mas belum nempatin rumah ini?" tanya Qiya
"Belum, orang tuan putri rumah ini nya aja engga ada" balas Raffa
"Maaf ya mas" balas Qiya
"Kenapa minta maaf, gapapa dong ini kan musibah mending pikirin mau di design gimana?" balas Raffa
"Ah iya, Qiya jadi engga sabar beli barang-barang dan belanja" balas Qiya
"Mas lebih engga sabar buat ngabisin isi di dalam dompet mas demi kamu dan ade" balas Raffa
"Asikkkk" balas Qiya ceria
Hari ini mungkin menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Raffa, bahkan lebih bersejarah dari hari pernikahannya. Hari ini Qiya dan anaknya akan meramaikan rumah kecil dengan ukuran 60 m2. Rumah yang memang tak besar namun semoga kehangatannya bisa selalu terjaga. Raffa bahkan tak henti-hentinya mengukir senyum manisnya dan menatap Qiya dengan tatapan cinta.
Pukul 12 siang keduanya makan siang dengan duduk diatas lantai yang beralaskan karpet. Makan satu piring berdua dengan menu ikan lele bakar yang Raffa pesan melalui aplikasi ojek online. Hal itu karena Raffa yang menginginkannya. Ia teringat dengan lele bakar yang biasanya mertuanya jual sehingga ia memesan lele tersebut dan minta disuapi oleh Qiya. Setelah makan dan mencuci peralatan makan yang di gunakan, Qiya dan Raffa kembali duduk di atas lantai dengan dialasi karpet. Keduanya memilih memainkan permainan monopoli. Lagi-lagi ada alasannya. Kali ini karena Qiya yang sudah tak sabar berbelanja namun Raffa melarang sehingga ide memainkan monopoli terbesit dalam pikiran Raffa. Raffa keluar sendiri membeli permainan itu dengan meminjam motor milik Zilla.
"Mas yang jalan ya" interupsi Raffa. Qiya mengangguk
"Mas mau beli rumah di Malaysia" tambah Raffa
"Yaudah" balas Qiya
Keduanya asik bermain hingga tak memperhatikan jam yang kini sudah mengarah pada pukul 5 sore hari.
"Udah jam 5" terang Raffa
"Iya mas, Qiya mandi dulu deh gerah" balas Qiya. Raffa mengangguk lalu membersihkan permainan tersebut.
Setelah Qiya mandi, Raffa mengikuti aktivitas Qiya. Ia mandi dan membersihkan diri lalu bersiap sholat berjamaah dengan Qiya. Pada pukul 7 keduanya kembali makan dengan memesan dari aplikasi online dan setelahnya tertidur. Hari pertama kepulangan Qiya sudah berhasil memberikan kehangatan pada rumah yang masih cukup kosong karena belum memiliki banyak furniture.
***
Kicauan burung bersahutan dengan suara Qiya pada kamar mandi. Raffa tahu betul jika ibu hamil akan sering merasa mual/muntah di trimester pertama. Dengan langkah gontai karena ia berjalan pasti pada pintu kamar mandi yang berada dalam kamar tersebut. Beruntungnya pintu tersebut tak dikunci oleh Qiya. Tangan Raffa terulur memijat ceruk leher Qiya dengan lembut.
Hueekkk...huekkkk...huekkkkk.....
Mualnya sudah berkurang, Qiya mencuci wajahnya cepat lalu menatap Raffa dengan tatapan lemas dan sedang mencari sandaran. Raff mengerti dengan tatapan itu segera membuka lengannya, menyambut tubuh mungil istrinya dan mendekapnya erat.
"Mual mas" keluh Qiya
"Tandanya ade beneran hidup dan seneng sama mami nya" balas Raffa
"Mami? Gamau gamau, maunya mama" balas Qiya cepat dalam rengkuhan Raffa

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...