Alaniya

2K 151 7
                                    

Memasuki usia kandungan 9 bulan, Qiya dan Raffa sudah bersiap dengan segala keperluan persalinan di dalam satu tas. Raffa juga selalu mengaktifkan handphone miliknya jika ada panggilan masuk dari Qiya atau Mbok Jumi, asisten rumah tangga di rumahnya.

Waktu menunjukan pukul 14:00, Qiya baru terbangun dari tidurnya dan merasa ingin ke kamar mandi. Ia segera menuntaskan tradisi ibu hamil yang sering sekali merasa ingin pipis. Saat Qiya berada di kamar mandi mbok Jumi masuk ke kamar dan melihat sprei yang Qiya tiduri basah. Mbok Jumi yang sudah berpengalaman memiliki pikiran jika Qiya ngompol atau memang air ketubannya sudah mulai rembes. Mbok Jumi mengetuk pintu kamar mandi untuk memastikan kondisi Qiya.

"Permisi mba Qiya, ini mbok Jumi. Mbok Jumi cuma mau memastikan kondisi mba Qiya. Mbak Qiya baik-baik saja kan?" Tanya Mbok Jumi

"Mbok Jum, kayanya air ketuban ku rembes deh" teriak Qiya dari dalam kamar mandi

"Mbok Jum, boleh tolong bantu telphone Ns. Zilla engga ya?" Ujar Qiya lagi

"Baik mba, tapi mba Qiya keluar dulu dari kamar mandi. Ayo mbok Jumi bantu" balas Mbok Jumi

"Iya mbok, sebentar" balas Qiya

Setelah itu Qiya membuka pintunya. Wajahnya masih tampak santai dan biasa saja. Mungkin ini kali pertama ia melahirkan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Qiya adalah seorang dokter dan hal wajib yang ia lakukan adalah bersikap tenang.

Mbo Jumi membantu Qiya menuju kasurnya kembali, membiarkan Qiya bersandar pada headboard kasurnya. Lalu setelah itu mbok Jumi segera menghubungi Zilla sesuai perintah majikannya.

Selesai menelphone Zilla, mbok Jumi juga mengabari Raffa. Mbok Jumi mengingat pesan tuannya itu yang selalu mengatakan "jika ada apaa-apa dengan Qiya, langsung hubungi saya ya!" Begitulah kira-kira ucapan Raffa pada mbok Jumi.

Mbok Jumi :
Permisi mas, ini mbok Jumi

Raffa :
Iya mbok, ada apa?

Mbok Jumi :
Ini mas mbok Jumi mau mengabari kalo ketuban mbak Qiya rembes. Tapi saya sudah diminta mbak Qiya menghubungi Ns. Zilla dan Ns. Zilla nya sudah jalan kesini mas

Raffa :
Makasih mbok, saya urus kerjaan dulu baru pulang ya. Mungkin setengah jam lagi saya sampai

Mbok Jumi :
Baik mas, mas Raffa tenang saja karena mbak Qiya juga tenang

Raffa :
Baik mbok. Tolong kabarin kalo ada apa-apa ya

Panggilan terputus. Mbok Jumi memilih ke dapur mengambilkan susu ibu hamil yang sudah ia buat untuk Qiya. Lalu segera masuk ke dalam kamar Qiya lagi.

"Udah di telphone mbok?" Tanya Qiya

"Sudah mbak. Ini saya bawakan susu ibu hamil, diminum dulu ya" balas mbok Jumi

Qiya meminumnya, ia mematuhi segala perintah yang Raffa berikan kepada mbok Jumi agar mbok Jumi tak dimarahi oleh suaminya.

Setelah minum susu, Zilla datang dengan Bian di gendongannya. Maklum saja, Zilla tak menggunakan jasa ART dengan alasan keamanan.

"Rembes ya dok?" Tanya Zilla

"Iya Zill, bantu cek ya!" Pinta Qiya

"Mules engga dok?" Tanya Zilla saat membantu mengecek. Bian sudah Zilla letakan tepat disamping Qiya.

"Belum berasa banget, kenapa emangnya?" Tanya Qiya

"Udah mulai pembukaan dok, kalo saran saya ke bidan aja. Bisa normal ko kayanya" terang Zilla

"Air ketubannya ngaruh engga, Zill?" Tanya Qiya

"Kalo dilihat dr. Qiya engga mules si pasti induksi, tapi kalo kelamaan ya pasti sc dok" terang Zilla

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang