Pagi yang cerah, matahari menyinari langit pagi ini. Qiya sudah sibuk berkutat dengan beberapa bahan makanan. Setelah itu ia merapikan makanan yang sudah matang di meja makan. Lalu menuliskan sebuah note di atas meja lalu Qiya memilih berangkat menuju Rumah Sakit karena hari ini ia shift pagi. Qiya memang tak membangunkan Raffa karena ia masih marah dengan prianya.
Qiya berjalan memasuki rumah sakit tempatnya bekerja, ia merekahkan senyum di balik masker yang ia kenakan. Beberapa perawat juga menyapanya ramah. Namun seketika senyumnya luntur ketika matanya menemukan pria yang sedari kemarin akan ia habisi hidup-hidup. Jika kalian berpikir Qiya akan lemah, tentu tidak! Ia tak akan segan-segan menghajar pria yang sudah menganggu rumah tangganya.
Mata keduanya beradu, Qiya menatapnya sinis sedangkan Abiyan masih memberikan tatapan teduh pada Qiya. Abiyan juga tak malu melemparkan senyum namun Qiya balas dengan lirikan sinis setelah itu ia berjalan menuju loker di dekat IGD untuk menyimpan beberapa barangnya.
IGD hari ini benar-benar ramai. Pasiennya kebanyakan anak usia 3 sampai 10 tahun yang mengalami batuk, pilek dan demam. Cuaca yang tak menentu membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
"Adik kemarin makan apa?" tanya Qiya ramah
"Minum es teh colo" balas pasien anak kecil berusia 5 tahun
"Besok engga boleh minum es ya cantik, es nya buat batuk tuh" terang Qiya dengan sangat lembut lalu diangguki oleh anak berusia 5 tahun itu
Qiya sibuk dengan pekerjaannya. Berbeda dengan Raffa yang pada jam 10 pagi baru terbangun. Ia bangun dengan memegang kepalanya menuju ke dapur untuk mengambil minum.
"Qiya kerja?" monolog Raffa lalu menenggak air putihnya
Setelah itu Raffa meluruhkan tubuhnya pada sofa di ruang keluarga nya. Namun ia segera bangun karena melihat notes yang ditempelkan pada meja ruang tamu tersebut.
Jangan tidur lag ya mas, makan dulu. Qiya udah siapin makanan di meja makan. Mas juga engga usah kerja karena Qiya udah izinin.
Notes tersebut Raffa baca, lalu dengan sigap tubuhnya beranjak menuju meja makan. Benar saja apa yang dituliskan Qiya pada noted tersebut. Raffa duduk lalu memakan masakan Qiya. Lidahnya pun menikmati masakan yang Qiya masak. Rasanya enak dan menambah mood nya. Senyum nya merekah, bahkan sesekali kepalanya bergoyang-goyang karena begitu menikmati. Raffa benar-benar terbuai dengan masakan istrinya tersebut.
***
Pukul 1 siang, tentu waktunya beberapa orang bergantian dalam beristirahat. Sebut saja Qiya, ia baru saja keluar dari IGD dan menuju kantin. Ia mencari tempat untuk duduk karena ternyata kantin masih ramai dengan beberapa tenaga kesehatan dan juga kerabat pasien yang menjenguk.
Matanya kembali beradu pada Abiyan yang baru saja di tinggal oleh Faqih dari kantin tersebut. Qiya berjalan menuju meja Abiyan dan duduk di sana tanpa basa basi. Abiyan tersentak, manik matanya menampakan kebingungan.
"To the point aja! Maksud dokter itu apa?" Tanya Qiya dengan intonasi penuh tekanan
"Saya mau kamu bahagia dan saya akan bahagiakan kamu, Ya" Ucap Abiyan dengan penuh percaya diri.
"Urusan dokter apa? dokter tau tidak jika saya sudah bahagia dengan hidup saya dengan adanya suami saya. Lalu kenapa dokter hadir dan mengacaukan semua?" Ucap Qiya dengan penuh penekanan.
"Jangan bohongi diri kamu Qiya. Bilang sama saya jika Raffa tidak membuatmu bahagia!" Balas Abiyan
"Dengan penuh kesadaran saya benar-benar bahagia dengan suami saya dokter Abiyan. Jadi tolong jangan ganggu saya lagi! Jangan ganggu hidup saya lagi! Biarkan saya bahagia dengan dr. Raffa" Terang Qiya dengan penuh kesadaran lalu pergi meninggalkan Abiyan seorang diri

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...