Solo

3.6K 332 24
                                    

Cuanki yang sedang di makan oleh Qiya mendadak di rebut paksa oleh Raffa. Penyebabnya bukan karena melarang tapi karena pria yang terkenal menyeramkan namun jamet itu ingin mencicipi makanan yang istrinya makan juga.

"Main tarik-tarik aja, kalo tumpah gimana?" Tanya Qiya kesal. Pasalnya keduanya sedang berada di kereta menuju Solo

"Mas mau" balas Raffa dengan bibir yang ia kerucutkan

"Bisa bilang baik-baik! Sekarang malah engga dimakan" kesal Qiya karena Raffa justru beralih hanya memegang cuanki tanpa memakannya

"Suapin" ujar Raffa dengan suaranya yang melemah

Beneran jametnya masih ada? Batin Qiya

"Yaudah sini! Lain kali minta baik-baik!" Terang Qiya seperti mengajari anak usia 5 tahun yang baru saja menumpahkan makanannya. Ditambah Raffa mengangguk mantap bak anak kecil. Ah jika saja ia tahu Raffa akan seperti itu mungkin ia sudah mengambil ponsel genggamnya dan merekam seluruh kejadian yang baru saja ia saksikan.

Kereta malam itu melaju membalah sisi tengah dan utara pulau Jawa. Keduanya di perkiraan tiba pukul 10 malam dan kini baru pukul 7 malam. Qiya memilih bersandar pada punggung kekar milik suaminya dengan tangan yang memeluk erat lengan sang suami. Sedangkan Raffa bersandar pada kepala Qiya. Mata keduanya tidak terpejam karena keduanya sedang menikmati musik yang terputar melalu earphone bluetooth. Qiya menggunakan earphone di sebelah kanan sedangkan Raffa di sebelah kira.

Iringan musik yang melantun di indra pendengarannya begitu dinikmati. Pasalnya keduanya memiliki selera musik yang sama.

"Semoga kamu betah ya di kota yang baru ini" Ucap Raffa tiba-tiba

"Akan selalu betah kalau di dalamnya ada mas" Balas Qiya cepat

"Tapi kalo engga betah harus bilang ya" Ucap Raffa cepat

"Mas percaya Qiya aja, Qiya akan betah kalo ada mas di dalamnya" Terang Qiya menenangkan Raffa. Raff membalasnya dengan anggukan kecil, senyuman nya ia lempar pada sang wanita lalu tangannya terulur membelai wanitanya dengan penuh cinta.

Perjalanan panjang itu benar-benar tak terasa lama karena keduanya begitu menikmati perjalanan panjang tersebut. Keduanya menurunkan koper yang mereka bawa. Tak banyak hanya 2 pcs berukuran 28" karena barang-barang lainnya sudah dikirim menggunakan mobil pengangkut barang.

Keduanya di jemput oleh salah satu supir ambulance di RSPS (Rumah Sakit Panaroma Solo). Tak jauh dari stasiun Solo Balapan keduanya tiba di sebuah permukiman padat penduduk. Mobil yang dikemudikan supir itu terhenti disalah satu rumah yang terlihat cukup bagi keluarga kecil. Qiya merekahkan senyum indahnya. Rumah sederhana yang memiliki taman yang cukup luas dan terlihat begitu hangat. Jika ada yang pernah mengatakan "rumah tak selalu berbentuk bangunan" Qiya sungguh setuju. Namun kali ini Qiya benar-benar menemukan rumah yang bentuknya bangunan. Yang di dalamnya akan diisi oleh keluarga kecilnya.

"Ayo turun!" Ajak Raffa. Qiya mengangguk di balik gelapnya mobil yang baru saja terhenti tepat di depan rumah tersebut.

Lampu rumah tersebut memang tak menyala. Raffa membuka pintunya dengan bantuan lighting dari ponsel pintar nya.

"Abi, nyalahkan lampu" Ucap Raffa setelah membuka pintu rumah tersebut. Lalu setelahnya lampu menyala. Qiya paham jika rumah ini Raffa siapkan dengan tema smarthome.

"Kamu masuk ke kamar kita ya, disana!" Tunjuk Raffa pada salah satu pintu kamar. Qiya hanya menurut dan masuk ke dalam kamar tersebut. Lagi-lagi ia kagum dengan tema yang Raffa pilih. Qiya memang tak akan meragukan kehebatan sang suami dalam memilih design bagi rumah mereka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang