Raffa membangunkan Qiya sedari pagi, ini sudah 30 hari Qiya berada di rumah sakit akibat kecelakaan menuju Solo saat itu. Keadaannya koma, tubuhnya bertambah kecil, kemungkinan dirinya hidup menjadi harapan paling besar yang Raffa langitkan ditambah kondisinya yang sedang mengandung. Benar, Qiya mengandung anak nya dengan Raffa dan sudah berusia 6 minggu. Raffa dan Qiya sepertinya tak menyadari karena saat itu keduanya begitu menikmati bulan madu di kepulauan seribu.
"Kamu lagi marah ya sama mas sampe engga mau bangun?" Tanya Raffa pada tubuh Qiya yang lemas dan hanya dapat berbaring. Tangan Raffa tak diam, ia sedang memegang spuit 20cc yang berisi bubur dan sedang Raffa dorong agar masuk pada selang ngt yang tersemat di hidung Qiya. Qiya memang makan melalui selang agar nutrisi dirinya dan sang jabang bayi tetap terjaga.
Setelah usai Raffa memilih membersihkan diri dan pergi untuk bekerja. Ruangan yang di tempati Qiya memang menjadi rumah kedua bagi Raffa saat ini.
"Mas pergi kerja dulu ya! Cepet bangun istriku dari mimpi panjangmu" ucap Raffa lalu ia cium kening sang istri dan berjalan keluar dari ruangan penuh alat yang hinggap pada tubuh Qiya.
Raffa berjalan pada poliklinik tempatnya praktek. Dirinya disambut dengan senyum hangat perawat yang akan bertugas bersamanya. Seperti biasa, Raffa masuk dengan wajah yang pucat dan kantung mata yang menghitam. Harapannya masih besar, namun benar kata Faqih saat menjenguk Qiya saat itu. Faqih memberikan masukan pada Raffa untuk mulai belajar mengikhlaskan lalu melangitkan doa dan menaruh harapan pada Allah SWT. Raffa perlahan-lahan mengerti walau terasa begitu berat.
Hari ini Raffa memiliki pasien lebih dari 10 pasien. Poliklinik di hari senin memang begitu ramai. Sesekali Raffa memijat kepalanya yang mulai terasa sakit karena belum menerima asupan makanan sama sekali. Raffa bak pria yang tak terawat, ya bagaimanapun kini Raffa akan lebih fokus mengurusi Qiya yang terbaring lemah.
"Pasien sudah habis kan?" Tanya Raffa pada perawat di ruangan tersebut
"Sudah dok" balasnya
"Saya izin makan dulu ya" pamit Raffa dan berjalan menuju kantin di rumah sakit.
Memasuki kantin nafsu makannya sudah menurun karena asam lambungnya sudah naik. Matanya menelusuri sudut kantin itu dan menemukan Zilla dan Bian disana.
"Zill?" Panggil Raffa
"Eh lo disini, tadi gue cari di ruangan" balas Zilla santai
"Kenapa lo nyari gue?" Tanya Raffa
"Ini tadi gue bawain bekel buat mas Faqih, sekalian buat lo" ucap Zilla dengan tangan terulur menyerahkan kotak bekel.
"Wah thank you, pas gue laper!" Balas Raffa tampak senang dengan pemberian Zilla
"Yaudah makan gih, gue mau balik dulu. Bian abis imunisasi pasti rewel habis ini" terang Zilla. Raffa mengangguk dengan menampilkan senyum lalu mengucapkan terima kasih.
Raffa memilih duduk di meja yang berada di kantin dan melahap makanan yang Zilla berikan. Asik makan dengan khidmat ia di hampiri oleh seorang office boy.
"dr. Raffa" panggil office boy dengan nafas terengah-engah
"Kenapa mas Wahyu?" Tanya Raffa
"dr. Qiya bangun dok" balas mas Wahyu
Uhuk...uhuk...uhuk....
Raffa tak mengindahkan lagi makanan dihadapannya. Langkah kaki nya dengan cepat berlari menuju ruangan yang Qiya tempati. Mata indahnya sudah menitikan air mata haru. Sampai di depan pintu kamar tersebut ia mendorongnya kasar. Senyumnya merekah walaupun derai air matanya masih membasahi pipi.
"Sa?" panggil Raffa. Qiya tak menjawab, ia hanya menitikan air matanya. Raffa melangkah pada sisi brankar lalu Raffa mengambil punggung tangan Qiya yang tidak tersambung dengan selang infus.
"Mas seneng banget kamu bangun. Apa yang sakit?" tanya Raffa mengecek kondisi tubuh Qiya. Ia mengabsen semua bagian tubuh Qiya dengan tujuan memastikan keadaan Qiya baik-baik saja.
"Qiya baik-baik aja mas. Makasih ya udah sabar" balas Qiya
"Makasih udah bertahan, makasih udah mau kembali hidup buat mas dan ade" balas Raffa
"Ade?" bingung Qiya
"Iya ade" balas Rafffa
"Bukannya kita akan susah punya anak?" tanya Qiya bingung
"Terus Lani mana?" tanya Qiya
"Lani?" bingung Raffa
"Iya anaknya bang Satria" balas Qiya
"Kamu mimpinya terlalu jauh ya? Bang Satria belum nikah sayang. Lani juga siapa?" tanya Raffa benar-benar bingung
"Jadi aku hamil? Ada ade bayi disini?" tanya Qiya. Raffa mengangguk lalu melemparkan senyum.
Memang betul adanya, Raffa dan Qiya mengalami kecelakaan saat keduanya turun dari kereta dan menaiki mobil menuju ke rumah dinas yang telah disiapkan. Kecelakaan yang akhirnya membuat Qiya terbaring lemah. Beruntungnya fade itu telah usai dan kini istrinya telah tersadar kembali.
Kesimpulannya adalah part SOLO - KATA PERTAMA merupakan perjalanan mimpi yang di alami oleh Qiya saat dirinya menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
***
Cerita ini akan segera berakhir karena alurnya sudah tergambar jelas dan pasti pembaca ku sudah mengerti hehe kecuali kalo kalian mau aku panjangin😁
Bangsal Terakhir, pada akhirnya menjadi bangsal yang paling akhir Qiya dijadwalkan. Di bangsal yang akhirnya pula membawa dirinya mengenal Raffa dan mencintai pria nya. Bangsal terakhir yang melabuhkan cinta keduanya yang amat kokoh.
Jadi masih mau nunggu cerita Qiya - Raffa dari ngidam sampe punya anak engga? Atau mau liat keseruan Bian - Lani main? Hem kayanya udah bisa tergambar ya hehe😁
Atau sebaiknya ending aja? Komen dong

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...