Matahari sudah berada di tengah-tengah kepala, ini menandakan sudah pukul 12 siang. Qiya sudah mengirimkan makan kepada Raffa yang sedang berjaga di Rumah Sakit. Hari ini Qiya memasak tumis daun pepaya dengan teri lalu ikan tongkol yang dibalado dan telur dadar. Makanan tersebut dikirim menggunakan ojek online dan sudah diterima oleh sang tuan. Setelah itu Qiya beralih pada cucian kotor yang sudah menumpuk. Ia segera menyalakan pompa air dan memilah pakaian yang ada. Kandungannya sudah 7 bulan, terkadang ia kesulitan dalam melakukan aktivitas namun Qiya memiliki sifat yang pantang menyerah. Dengan perlahan ia memasuki beberapa pakaian ke dalam mesin cuci, lalu menuangkan deterjen ke dalam mesin cuci. Qiya meninggalkan mesin cuci tersebut dan memilih menuju ruang keluarga untuk melakukan yoga bagi ibu hamil dari kanal youtube. Asik dengan aktivitasnya, Qiya sampai tak mendengar dering telphone dari Raffa. Ia baru menyadarinya setelah mengecek handphonenya setelah melakukan aktivitas yoga hamil.
Qiya : Halo mas, kenapa?
Raffa : Ko lama banget si angkatnya? Abis ngapain? Jangan cape-cape ya!
Qiya : Abis yoga mas, kenapa?
Raffa : Hari ini jangan cape-cape ya! Mas udah kirim ART buat bantu kamu di rumah. Terus hari ini mas pulang cepet. Kita ke mall ya cari pelaratan baby.
Qiya : Lho ko mas engga tanya dulu sama Qiya mau atau engga pakai ART?
Raffa : ART tuh pasti dibutuhin sayang. Mas juga takut pas mas kerja kamu kontraksi, gimana coba?
Qiya : Ada Ns. Zilla yang bantuin
Raffa : Zilla kan punya abang Bian, engga bisa selalu stay lihatin kamu. Please, demi keamanan kamu
Qiya : Yayayaya yaudah deh
Raffa : Jangan bete
Qiya : Engga bete, paling kamu engga dapat jatah aja
Raffa : Lho.. lho... ko gitu?
Tutt... tuttt... tuttt........
"Bisa-bisanya mas Raffa mengambil keputusan yang belum disepakati bersama. Kebiasaan" keluh Qiya setelah mematikan sambungan telphone dengan Raffa.
Jam berputar cepat, kini Raffa sudah memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya sedangkan Qiya sudah siap dengan riasan tipis karena keduanya akan menuju mall.
"udah rapi?" tanya Raffa pada Qiya dan Qiya mengangguk sambil mencium punggung tangan Raffa, menyambutnya dengan bibir yang sudah maju 5cm karena bete dengan keputusan Raffa tanpa menanyakan persetujuan Qiya.
"Masih bete ya?" tanya Raffa
"Mas mending mandi dulu gih baru kita pergi" ucap Qiya
"Oh masih bete kalo gini. Yaudah deh mas mandi dulu kalo gitu" balas Raffa segera pamit dan meninggalkan Qiya yang memilih duduk di ruang keluarga dan mengalihkan pandangannya pada televisi
Selagi Raffa mandi, Qiya memilih memutar televisi yang menyiarkan kartun upin dan ipin. Upin dan ipin di dalam siaran tersebut sedang memakan durian dan membuat Qiya ingin memakannya pula. Qiya sudah berniat untuk memintanya pada Raffa nanti dan melupakan kemarahannya tadi.
"Ayo, mas udah rapi" interupsi Raffa yang membuyarkan lamunan Qiya yang sedang membayangkan durian.
"Ayo" balas Qiya bersemangat dan memilih jalan di depan Raffa untuk menuju garasi.
"Perasaan tadi badmood ko sekarang happy?" monolog Raffa yang merasa bingung dengan Qiya
"Mas! Ayo!" ajak Qiya karena menyadari Raffa sedang diam ditempatnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...