Hari ini Zilla kedatangan tamu, tentu seseorang yang ia kenali yaitu Qiya dan Lani. Keduanya sengaja bermain di waktu sore karena suami keduanya sedang sibuk berperang pada alat instrumen di kamar operasi karena pasien datang dikala keduanya sudah bersiap pulang.
Bian, anak Zilla yang kini sudah mulai bisa merangkak terus menghampiri Lani yang sedang terpejam.
"Abang, jangan digangguin terus Lani nya!" Kata Zilla
"Bu...bu...bu..." balas Bian lucu
"Abang sama mama aja yuk main sepeda di depan" interupsi Qiya
"Zill, izin ajak Bian keliling komplek ya. Titip Lani disini" pamit Qiya yang kini sudah menggendong Bian untuk diajak keliling komplek menggunakan sepeda yang baru saja dibelikan oleh Faqih.
Qiya memberikan Bian makanan sore sebelum nanti setelah magrib anak itu akan terlelap.
"Abang pinter banget makannya" terang Qiya yang terduduk dibangku taman dengan Bian di sepedanya.
"Bubububu" balas Bian gemas dengan pipi nya yang chuby
"Abang, nanti temenin Lani main ya. Kalian harus sama-sama terus" kata Qiya pada Bian lalu Bian menatap lekat Qiya setelahnya ia kembali mengucapkan kalimat "bubububu". Qiya tersenyum sambil berdo'a semoga suatu saat ia bisa melahirkan anak selucu dan setampan Bian jika ia laki-laki. Walaupun kemungkinan itu sangat kecil tapi ia percaya pada takdir tuhan.
Dirinya kembali ke rumah Zilla. Melihat anak perempuannya sedang minum susu, hati Qiya kembali menghangat.
"Kebangun ya?" Tanya Qiya pada Zilla lalu Zilla mengangguk.
"Abang udah selesai makannya? Ayo ikut ibu mandi dulu" Zilla mengambil alih Bian. Sedangkan Qiya memilih mengajak Lani berbicara karena mata Lani sedang terbuka.
Langit sudah menghitam. Bulan sudah bersinar terang. Lani sudah dalam rengkuhan Qiya karena adzan magrib sedang di kumandangkan.
"Anak mama makin pinter ya? Kalo adzan magrib nangis minta mama gendong?" Qiya mengajak Lani berbicara.
Tak berselang lama, suara pintu utama terbuka, Raffa lah orangnya. Ia masuk menuju kamarnya dan melihat Qiya sedang mengajak bicara Lani. Hati Raffa menjadi hangat melihat dua wanita dihadapannya.
"Assalamualaikum" salam Raffa. Pandangan Qiya beralih mentap Raffa lalu membalas salamnya "Waalaikumsalam" balas Qiya.
"Anak cantik, lihat papa pulang" kata Qiya pada Lani. Raffa yang penasaran ingin segera menghampiri Lani dan Qiya.
"STOP! Mas mandi dulu ya! Dari RS banyak kuman" terang Qiya. Raffa mengangguk setuju dan memilih mandi. Setelah mandi ia baru bisa memeluk istrinya dan tentu anaknya.
"Belum sholat?" Tanya Raffa pada Qiya setelahnya
"Masih merah mas" balas Qiya. Raffa mengangguk lalu dirinya bersiap untuk sholat magrib.
Setelah sholat magrib, Raffa mengambil alih Lani untuk ia gendong dan ciumi. Anak perempuan itu bak mengerti jika malam ia dapat bermain dengan sang ayah. Sehingga memilih tidur lebih malam. Sedangkan Qiya sedang sibuk dengan alat dapur. Ia sedang menggoreng ayam yang sebelumnya sudah ia bumbui dan ia letakan di dalam lemari pendingin.
Makanan tersaji di meja, namun Raffa masih asik bermain bersama Lani di ruang keluarga.
"Mas ayo makan!" Ajak Qiya dari meja makan
"Sebentar lagi" balas Raffa dari ruang keluarga
"Nanti keburu malam!" Ucap Qiya lagi
"Ada bola sayang, sebentar lagi ya" balas Raffa lagi. Qiya hanya menghembuskan nafasnya kasar lalu tangannya cekatan mengambil nasi dan lauk yang sudah ia hidangkan lalu ia duduk disamping Raffa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...