Adzan magrib berkumandang, Qiya bangun lebih dahulu lalu bersandar pada headboard kasur. Raffa masih tertidur dengan menghadap Qiya, beruntungnya Raffa tak memeluk Qiya sehingga wanita itu bisa terduduk. Tangan Qiya terulur membelai rambut Raffa lalu tersenyum mengingat kebodohannya saat memberikan obat yang bukan seharusnya. Pantas saja sakit badan Raffa langsung sembuh ketika meminum obat tersebut. Raffa yang merasa dibelai menerjap matanya beberapa kali lalu menatap Qiya dan melempari senyuman.
"Makasih, Sa" ucap Raffa dengan suara yang parau akibat baru bangun tidur
"Ayo sholat dulu" balas Qiya lalu berdiri. Sebelumnya Qiya mengangguk dengan senyuman
"Awshhhhh" keluh Qiya
"Eh kenapa? Sakit ya?" tanya Raffa yang khawatir pada Qiya
"Sedikit" balas Qiya dengan cengiran yang cukup menggemaskan. Sebenarnya Qiya memberikan cengiran karena melihat wajah Raffa yang begitu khawatir.
"Yaudah biar mas angkat kamu ke kamar mandi buat wudhu" ucap Raffa dengan gerakan yang cekatan menggendong Qiya.
Tunggu dulu, barusan mas Raffa membahasakan dirinya dengan sebutan "mas" (batin Qiya)
"Nah udah sana wudhu" ucap Raffa sambil menurunkan Qiya di kamar mandi untuk wudhu.
Keduanya sudah menggelar sajadah. Raffa mengumandangkan iqomah. Qiya pun sudah siap dalam posisi berdiri. Lantunan ayat suci Al-Qur'an di lantunkan oleh Raffa. Merdu, syahdu dan menghangatkan hati. Setelah sholat, Qiya mencium punggung tangan Raffa. Raffa membalasnya dengan mencium punggung tangan Qiya lalu mengecup keningnya. Setelahnya Raffa meletakan kepalanya di paha milik Qiya. Menatap dunianya dan semoga akhiratnya. Sedangkan yang dipandang sedang mengalihkan pandangannya pada jendela yang berada di kamar apartmentnya.
"Mas engga laper?" tanya Qiya
"Dikit. Kenapa? Tanya Raffa pada Qiya
"Gimana aku bisa masak kalo mas tiduran gini?" Tanya Qiya dengan ekpresi yang begitu menggemaskan
"Ya engga gimana-gimana soalnya mas lapernya baru dikit" balas Raffa santai
"Hem yaudah" balas Qiya yang sebenarnya sedang tersipu karena Raffa membahasakan dirinya dengan sebutan mas. Tak biasa tapi hati Qiya tak dapat tenang.
"Sa?" Panggil Raffa saat Qiya sedang menahan salah tingkahnya.
"Mas laper deh. Tapi mau mie rebus pakai telur, keju sama kornet. Bahannya ada engga?" Tanya Raffa pada Qiya yang kali ini posisinya sudah terduduk dan menatap wanitanya.
"Ada semua. Qiya buatin dulu. Mas mau rasa apa?" Tanya Qiya
"Hem ayam bawang" balas Raffa dengan raut wajah yang tampak berpikir
"Oke" balas Qiya dan bangun dari duduknya. Ia lipat lebih dahulu mukena dan menempatkannya pada tempat yang seharusnya.
Raffa memilih menunggu di ruang keluarga dengan televisi yang ia nyalahkan sebagai hiburan. Sedangkan Qiya asik bersenandung dengan tangan yang aktif membuatkan mie untuk Raffa. Ia tak membuat mie karena ingin minta saja dengan sang suami. Modus sekali bukan?
Mie rebus tersaji dengan plating yang begitu cantik. Dengan senyum yang begitu lepas, wanita itu berjalan dengan tangannya yang memegang makok berisi mie rebus.
"Sudah jadi!!!" Ucap wanitanya Raffa dengan penuh kegembiraan
"Seneng banget?" Tanya Raffa dengan senyuman karena melihat Qiya tersenyum
"Enak keliatannya" balas Qiya yang kini posisinya sudah terduduk di sofa.
"Kamu engga buat?" Tanya Raffa saat Qiya menyerahkan mangkok mie ke arahnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsal Terakhir (End)
RomanceSaqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...