Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Saat lonceng istirahat berbunyi, Gavin dan Aydin segera beranjak dari tempat duduk mereka, membawa rencana sederhana, menemui Zeline dan Adara, lalu mengajak mereka makan siang bersama. Namun, saat mereka tiba di kelas gadis-gadis itu, pemandangan yang berbeda menyambut mereka. Zeline, Adara, dan Davian telah lebih dulu duduk bersama, menikmati bekal mereka sambil bercanda ringan.
Aydin melirik Gavin dengan ragu. "Apa kita pergi aja?" tanyanya pelan.
Gavin menggeleng, tersenyum tipis. "Gak usah. Kita gabung aja sama mereka."
Zeline, yang menyadari kehadiran dua lelaki itu di depan pintu, segera melambaikan tangan. "Gabung aja sekalian!" ajaknya ramah.
Namun, suasana yang semula hangat sedikit bergeser ketika Davian memperhatikan Gavin lebih lama dari yang seharusnya. Dahinya berkerut, lalu tiba-tiba ia berseru, "Bukannya kamu yang waktu itu gangguin Zeline?"
Sekilas ketegangan menyelinap di antara mereka. Gavin, meskipun sedikit terkejut, tetap menjaga ketenangannya. "Saya Gavin. Salam kenal," ucapnya, menyodorkan tangan untuk berjabat.
Davian menatapnya sejenak sebelum akhirnya menerima uluran itu. "Davian. Salam kenal juga, bro."
Ketegangan pun mencair. Dengan sapaan khas Davian yang selalu ceria, mereka semua duduk dan melanjutkan makan siang bersama. Obrolan mengalir dengan ringan, hingga akhirnya Davian mengeluarkan ponselnya. "Eh, aku minta nomor kalian ya," ujarnya santai.
Tanpa pikir panjang, Gavin dan Aydin memberikannya. Dalam hitungan detik, Davian telah membuat grup baru yang kini berisi mereka berlima. Sebuah awal dari kebersamaan yang tak terduga.
"By the way hari Sabtu kalian free ga?" tanya Davian kepada mereka.
"Aku free aja sih," jawab Aydin.
"Iya aku juga," sahut Gavin.
"Kalo kalian?" tanyanya kepada kedua gadis itu.
"Um aku juga sama," jawab Zeline.
"Kalo aku kayaknya gak bisa deh," sahut Adara.
"Loh kenapa?" Davian heran tidak biasanya Adara menolak ajakannya.
"Karna kalo hari Sabtu, aku di suruh jagain ponakan."
"Nanti kalo dia ikut, takut ganggu lagi," sambungnya.
"Loh kenapa ganggu? Justru seru loh."
"Iya. Ajak saja ponakan kamu itu," sahut Aydin menyetujui ucapan Davian.
"Ya udah deh, iya."
°°°
Sabtu yang cerah membawa mereka ke sebuah tempat yang sunyi dan nyaman. Angin berembus lembut, menciptakan suasana damai yang membuat Zeline tak bisa menahan dorongan untuk mengeluarkan peralatan lukisnya. Ia mulai menggerakkan kuasnya dengan tenang, membiarkan warna-warna melebur menjadi sebuah karya.