Hari Kelimabelas Sabila untuk Lian

10K 911 173
                                    

Kedua manusia ini sama-sama sedang bahagia saat ini, apapun dan siapapun yang menjadi alasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua manusia ini sama-sama sedang bahagia saat ini, apapun dan siapapun yang menjadi alasannya.  Mungkin rasa terima kasih adalah ungkapan tepat dari mereka.

Tok tok tok

"Sabil, saya sudah di luar"

(Cepet banget, perasaan belum lima menit dari pesan terkirim, ini bos emang ngga ada kerjaan atau punya maksud terselubung sih)

"Iya tunggu"

Pintu terbuka, Lian ingin langsung masuk.  Tapi langkahnya dihentikan Sabil.

"Mau kemana?"

"Masuk, tadi katanya mau ketemu langsung.  Kangennya udah ngga kebendung lagi ya? Baru juga ketemu tadi"

"Ngga ya, ngga boleh". Menahan tangan Lian mempertegas bahwa Lian tidak boleh masuk keruangan pribadinya.
"Kalo ada yang liat, terus kita digerbek, divideoin, disuruh kawin gimana?

"Ya udah tinggal kawin, apa susahnya sih"

"Pak Liaaaan"

"Kalau ngga boleh dikamar kamu. Jadi mau dikamar saya?"

Sabil refleks menyilangkan kedua tangannya di depan dada.  "Mau ngapain?"

"Hadeh susah banget sih, ngomong sama orang yang pikiran curigaan mulu. Kita ngobrol di kolam renang aja".  Solusi dari Lian mengakhiri adu bacot ini.

_________________________

Lian mulai membuka pembicaraan mereka
"Kenapa masih marah?"
"Minta maafnya kurang?"

"Bapak ngga tulus"

"Kamu tau? Saya tidak pernah minta maaf lebih dulu, bahkan disaat saya salah sekalipun, dan sekali ini saya mencoba melakukannya"
(Harusnya lo bisa liat effort gue dong buat minta maaf)

Sabil berusaha menghargai usaha Lian, tapi tetap dia ingin menjelaskan letak kesalahan Lian dimana.  Pelan-pelan diaturnya napasnya, untuk mengungkapkan kata-kata apa yang akan dia sampaikan.

"Ngga selamanya yang kita nilai benar, juga akan sama benar dimata orang lain. Perlunya budaya maaf, tolong, dan terima kasih yang tertanam disini (Sabil menunjuk dada Lian).  Agar diri tidak terlalu keras dan selalu merasa benar. Mungkin Bapak harus memahami diri terlabih dahulu.

(Apa iya saya seperti yang Sabil katakan)
"Memang menurut kamu saya orang yang seperti apa?" Rasa penasaran tentang dirinya dimata Sabil memperkuat keingintahuannya.

30 Hari Menaklukan Hati Pak Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang