"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru"
"Plis lah Maa"
"Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa"
"Lianda Sanjaya!!!"
"Ikutin kata mama, atau mama kirim kamu kembali ke luar negeri !!!"
"Oke fine ma, 30 hari"
"Kalau dalam 30 hari aku...
Sebesar apapun rasa cintanya Sekuat apapun pengorbananya Akan sia-sia jika tidak pernah diutarakan - Lianda Sanjaya-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon Isteri 👰🏻♀️ Assalamulaikum Saya sudah dirumah ya pak Selamat istirahat
"Waalaikumsalam. Masyaallah Tabarakallah calon bini Lian, soleha sekali"
Tak henti-hentinya Lian berjalan bolak-balik sambil melihat barisan pesan yang baru saja dia terima. Mungkin ini rasanya menerima kabar tanpa harus menanyakannya terlebih dahulu.
"Bismillah, Bismillah, Bismillah. Semoga niat baik saya buat kamu bisa dipermudah ya Sabil"
*** Seperti yang diharapkan Lian, Sabil lebih siang tiba di apartnya. Bahkan lebih dulu Lian bangun dari pada Sabil datang. Tidak ada kemarahan darinya, dia ikut duduk di meja makan melihat Sabil yang tampak sedang mempersiapkan sarapan untuknya.
"Sarapan apa hari ini"
"Sandwinch dan segelas jus wortel nanas" Sabila menghidangkan dua porsi sandwich dan dua gelas jus. Mengikuti perintah Lian mulai hari ini mereka akan sarapan bersama dari apart bossnya sebelum ke kantor.
Lian tersenyum, tanpa harus mengatakannya. Sabila mengingat dengan baik permintaanya. Mereka menyantap menu sarapan yang telah disediakan.
"Maaf ya kalau saya terkesan memaksakan kamu untuk semua permintaan aneh ini, tolong jangan pernah berpikir kamu adalah babu bagi saya". Lian tampak harus meluruskan ini, jika upaya yang dia lakukan hanya sekedar agar bisa menghabiskan waktu yang lebih lama dengan Sabil.
"Sudah menjadi tugas saya sebagai asisten Bapak. Tidak perlu minta maaf untuk itu. Sabil menyadari tugas dari pekerjaanya, sekesal apapun dengan Lian, kodrat dia diperusahaan adalah bawahan Lian, sudah sewajarnya jika dia menuruti perintah atasannya.
__________________________
Kantor, Ruang Kerja Lian
"Bro, hari ini bang Rey ngga bisa ikut meeting dengan Brenda, dia masih belum balik dari meetingnya tadi pagi, tempatnya lumayan jauh. Jadi ngga keburu waktunya, please kali ini temenin gue ketemu suppliernya. Tanpa melihat itu mantan lo atau bukan". Fernan yang saat ini membutuhkan bantuan Lian, walaupun dia sudah mengingat dengan baik jika pekerjaan ini dilimpahkan untuk dia dan Rey.
Refleks Lian menoleh ke arah Sabil, saat mendengar nama mantannya disebutkan. Bukan masalah besar harusnya, karena Fernan tidak berbohong tentang itu. Tapi Lian tidak rela rasanya jika harus ada nama wanita lain apalagi berstatus mantannya disebut saat ada Sabil disini, wanita yang sedang dia upayakan untuk menjadi miliknya.