Pintu lift di depan Ayura terbuka dan memunculkan lantai ruangan kerja Devan. Dari posisinya Ayura bisa melihat meja kerja Nicholas terlihat kosong dan hal itu membuat Ayura tersenyum geli.
Ia masih sedikit tak menyangka jika kehidupannya akan berakhir seperti ini. Bahkan Ayura tak pernah berpikir ia akan dengan mudahnya memiliki akses keluar masuk di lantai bos eksekutifnya.
Bagaimanapun lantai ini hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Tapi sekarang Ayura dengan mudahnya naik ke lantai atas untuk makan bersama Devan.
Oh sial! Kedua pipi Ayura terasa memerah lagi. Bagaimana mungkin sekarang kedua pipinya sering kali memerah hanya karena memikirkan pria itu.
Ini bukanlah pertanda yang baik. Seharusnya Ayura bisa bersikap biasa saja. Bagaimanapun Devan memperlakukannya seperti ini karena ia tengah mengandung anak pria itu.
Bukan karena Devan tertarik padanya.
Ya benar, seharusnya kau bisa memikirkan hal itu sebelum berdebar untuk bosnya sendiri.
Ayura menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke arah pintu ruangan Devan. Ayura mengetuk pintu tersebut dan langsung terdengar sahutan dari dalam.
Saat Ayura membuka pintu. Seketika ia di kagetkan oleh sosok perempuan paruh baya yang berdiri menghadangnya.
Perempuan itu tersenyum begitu lebar sebelum bergerak memeluknya. Sedangkan Devan yang melihat hal itu langsung mendengus dan memutar matanya.
"Oh calon mantuku. Kau terlihat sangat cantik" ucap perempuan itu yang membuat Ayura langsung tersenyum canggung.
Ia tak menyangka jika ibu Devan akan berada di sini. Belum lagi wajah Devan menggambarkan jika pria itu tidak menyukai ke datangan ibunya kemari.
"Terima kasih, Mrs. De Lana. Anda lebih terlihat luar biasa cantik" balas Ayura yang membuat perempuan itu terkikik pelan.
"Hey, bagaimana bisa kau tetap memanggilku Mrs. De Lana ? Kau harus memanggilku Mommy" oceh perempuan itu yang membuat Ayura tersenyum dan menatap Devan yang hanya menatapnya dari meja kerjanya itu.
"Turuti saja, Ayura. Supaya cepat selesai" sahutan Devan dari seberang ruangan sukses membuat ibu Devan melototkan matanya kesal.
"Benar-benar anak durhaka. Kau tau, Devan terus berkelit. Ketika aku memintanya untuk mengajaknya ke rumah. Dan dia tak memperbolehkan aku masuk ke rumahmu. Bukankah dia sangat durhaka ?"
Senyuman tulus terlihat di wajah Ayura ketika melihat perdebatan dari ke dua orang ini. Ayura jelas tau jika perdebatan mereka berdua adalah perdebatan kasih sayang antara ibu dan anak.
Bukan perdebatan karena sebuah dendam. Perasaan rindu pada kedua orang tuanya seketika terasa di dalam dadanya. Namun Ayura berusaha menahan rasa sedih itu.
Jika tidak mungkin ia akan menangis di sini saat ini juga.
"Kemarilah, Ayura" suara Devan terdengar dan membuat Ayura tertarik ke dunia nyata.
Menatap pria itu yang terlihat mengangkat tangan untuk memanggilnya. Ayura menatap ibu Devan yang terlihat menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku ingin menculikmu dan anak durhaka itu jadi merajuk tapi tak bisa menolak" bisik ibu Devan yang membuat Ayura tersenyum.
"Menculik ?" Ibu Devan terlihat menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Yup, aku ingin mengajakmu berbelanja. Sekarang aku memiliki calon mantu dan aku ingin memamerkannya"
"Tapi saya masih bekerja" ucap Ayura langsung dan ibu Devan terlihat tersenyum geli.
"Itu hal yang mudah Ayura. Salahkan sendiri Devan yang mengijinkanmu bekerja. Kau seharusnya beristirahat ataupun menikmati waktu sebagai ibu hamil"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By Mr. Gay
Romance"Kau menyelidiki diriku ?" Bisikan itu terdengar begitu pelan dan membuat sosok pria di depannya tersenyum kecil. Senyuman yang membuat jantung Ayura berdebar kencang. Devan terlihat berdiri dari tempatnya dan bergerak mendekatinya. Posisi Ayura yan...