Chapter 6

4.6K 305 9
                                    

Ayura melangkah masuk ke lobby rumah sakit dan seluruh tatapan mata terlihat melirik kearah Ayura. Hanya lirikan sekilas sebelum menatap penuh kagum pada sosok pria di sampingnya.

Sedangkan Devan terlihat biasa saja berjalan di sampingnya. Mengabaikan tatapan semua orang yang terlihat terpukau dengan Devan.

Ayura melirik pria itu sekilas dan Devan yang menyadarinya langsung menatapnya.

"Ada apa ?" Tanya Devan santai dan Ayura mengusap lehernya.

"Sir... Devan maksudku... Bagaimana jika aku yang ambil nomer antrian dan mungkin bisa menunggu di mobil. Aku akan mengabarimu nanti"

Kernyitan seketika terlihat di wajah Devan ketika Ayura mengatakan hal itu. Devan menatap Ayura seolah perempuan itu baru saja mengatakan lelucon garing.

"Kenapa aku harus menunggu di mobil ?" Tanya Devan dengan menatap sekeliling lobby rumah sakit.

Devan tentu menyadari bukan jika pria itu menjadi pusat perhatian ? Apa karena terlalu sering mendapat pusat perhatian makanya pria itu sampai tak menyadarinya ?

"Aku tak terbiasa jadi pusat perhatian" bisik Ayura yang membuat sebuah senyuman muncul di wajah Devan.

Belum sempat Ayura mengatakan pikirannya lagi. Ia dikejutkan dengan tarikan di pinggangnya sebelum ia masuk ke dalam pelukan Devan.

Posisi muka mereka begitu dekat dan membuat Ayura yakin jika Devan bahkan bisa mencium aroma parfumnya dari posisi ini.

"Mulai detik ini kau harus membiasakannya Ayura. Bagaimanapun kau akan menikah dengan pewaris tunggal kaya raya sepertiku" bisikan pelan Devan terdengar begitu jelas dan masuk ke f lubgqnta tanpa kesalahan dengar sedikitpun.

Brengsek! Bagaimana bisa sifat penyombongan diri begini malah semakin menambah nilai ketampanan pria itu!

Sialan!

*-*-*

"Semuanya terlihat sehat dan baik. Hanya saja Anda harus memastikan jika calon ibu tidak mengalami stress yang berlebihan. Bagaimanapun hal itu akan berpengaruh dengan bayi yang ada dalam kandungan"

Ayura baru saja turun dari ranjang rumah sakit ketika dokter yang memeriksanya mengatakan hal itu. Dengan sedikit kaku Ayura menerima uluran tangan yang diberikan Dengan padanya.

Pria itu begitu tanggap memberikan pertolongan pada Ayura tanpa dirinya meminta. Entah itu menang kebiasaanya ataupun memang pria itu sok peduli.

Devan menuntunnya menuju kursi yang telah di sediakan. Sebelum pria itu ikut duduk di sampingnya. Mendengarkan secara seksama yang dijelaskan oleh dokter.

"Lalu untuk vitamin dan kunjungan setiap bulannya ?" Suara itu terdengar begitu lugas seolah-olah bukan pertama kalinya mengantarkan seseorang ke dokter kandungan.

Dokter Patra terlihat menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.

"Saya akan meresepkan vitamin dan memberikan jadwal kontrol bulanan, Mr. De Lana. Apakah ada pertanyaan ?"

Ayura yang hendak membuka mulutnya seketika tertahan dengan Devan yang menegakkan tubuhnya. Dan bergerak memajukan badannya mendekat pada meja di depan mereka.

Terlihat serius ingin menanyakan sesuatu yang membuat Dokter Patra ikut mendongakkan kepalanya. Menunggu pertanyaan yang akan diajukan Devan padanya.

"Apakah kita boleh berhubungan badan dok?" Ayura melebarkan matanya dan refleks menepuk lengan Devan ketika pria tak tau malu itu menanyakan hal itu.

Astaga! Tolong bawa Ayura pergi sekarang juga tuhan!

Bagaimana bisa pria itu menanyakan hal itu secara gamblang ?

Trapped By Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang