Arin memikirkan ini semalaman, tentang idenya untuk mengulik perihal mamanya dan kepala sekolah.
"Wil, gimana caranya bisa ketemu kepsek lagi?" Arin menyeletuk di sela-sela istirahat makan siang.
"Bikin masalah lagi kaya kemaren. Langsung ketemu kepsek, kan?" Wilona tak menganggap serius pertanyaan Arin.
"Apa gue harus lempar batu ke ruangannya aja, ya?"
Wilona tersedak mendengar perkataan Arin yang dibarengi dengan raut muka berpikir seakan benar-benar mempertimbangkannya.
"Pelan-pelan kalo makan, wilo..." Arin memberinya segelas air untuk diminum.
"You're not serious, aren't you?"
Arin mengangkat bahu, "considering your idea, tho."
Dengan ringan, Wilona memukul bahu Arin.
"Bodoh ya?! Mending Lo ikut lomba nasional sana!" Lanjutnya.
Arin mengusap bahunya yang terasa panas akibat pukulan cukup keras dari Wilona.
Tapi Wilona memberinya ide yang bagus. Ia bisa ikut lomba nasional. Kalau menang, kepala sekolah pasti akan menyerahkan hadiahnya untuk dokumentasi kan? Atau apapun itu. Yang penting ide Wilona itu jelas lebih baik daripada melempar batu ke ruang kepala sekolah.
*singkat sekali part ini....
KAMU SEDANG MEMBACA
lovenemy; [completed]
Fanfictiontwo biggest enemy are going to start a spark of love. watch how they cope with their strange feeling! in fact, not just them whose fall in love in highschool. guess who does?!