42

1.4K 241 15
                                    

TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!
















Saat di perjalanan Cio menyempatkan untuk tidur, dan sesuai dengan ucapannya pada Shani hari ini dia tidak membawa mobil sendiri melainkan oleh Pak Tejo, supir yang baru sebulan ini bekerja dengannya. Kali ini Cio berangkat ke kantor dengan perasaan yang gembira. Saat memasuki lobby, senyum terus terukir diwajahnya. Bahkan dia menyapa lebih dulu karyawannya, itu jarang bahkan tidak pernah dia lakukan.

"Selamat pagi," ucap Cio pada karyawannya.

"Pagi pak." Kompak mereka.

Lalu Cio beranjak masuk kedalam ruangannya.

"Eh pak Cio tumben banget ramah kaya gitu, perasaan semenjak Bu Anin meninggal dia gak pernah deh kaya gini lagi." Ucap salah satu karyawan.

"Mungkin Pak Cio lagi menang lotre kali."

"Hus kalo ngomong kemana aja, udah yu kita lanjut kerja lagi."
Begitulah gumaman para karyawan Cio yang terheran-heran melihat perubahan sikap Cio.
Cio pun memulai pekerjaannya, dengan setumpuk berkas yang ada diatas meja. Dia ingin segera menyelesaikan semua itu agar bisa cepat pulang dan bertemu dengan Shani.

"Yo!" Panggil seseorang yang menyembulkan kepalanya dibalik pintu. Lalu dia masuk ke ruangan Cio.

"Hari ini gue tf 20 juta buat lu." Ucap Cio.

"Weh ada apa nih boss??? Tumben amat." Tanya Aldo.

"Bonus aja buat lu."

"Gak mungkin itu. Seumur-umur gue kerja sama lu gak pernah tuh di kasih bonus. Pasti ada sesuatu yang lu sembunyiin dari gue kan?" Tanya Aldo heran.
Aldo melihat raut wajah Cio seperti sumringah, ada sedikit tarikan tipis di ujung bibirnya.

"Dih, aneh lu. Mesam mesem kaya gitu."

"Gue mau nikah sama Shani." Ucap Cio lantang.

"Hah??? Sejak kapan lu___???" Tanya Aldo heran, karena selama ini Cio tidak pernah bercerita apapun mengenai Shani.

"Lu gak perlu tau sejak kapan, gue pun gak tau kapan gue jatuh cinta sama dia." Yang awalnya dia duduk tegak didepan laptop. Kini Cio bersandar ke kursi kerjanya.

"Serius lu Yo?" Tanya Aldo lagi.

"Emang kapan gue pernah gak serius?"

"An__" Belum sempat Aldo melanjutkan ucapannya.

"Gue udah ikhlasin dia, sekarang gue mau mulai hidup gue sama Shani, Do. Dia udah bikin gue gak berdaya." Ucap Cio.

"Wah ini sih sumpah gue waktu itu jadi kenyataan. Gila ucapan gue manjur juga Yo." Ucap Aldo berbangga hati.

"Emang udah takdir gue kali sama Shani. Bukan karena sumpah lu itu!"

"Terus kapan rencana pernikahan lu?" Tanya Aldo.

"Gue belum tau, maunya secepatnya gimana keputusan nanti sore aja." Jawab Cio.

"Jadi lu mau ngelamar Shani nanti sore?"

"Bukan ngelamar, gue mau langsung nentuin tanggal pernikahan kita."

"Terus lu gak undang gue?" Tanya Aldo lagi.

"Sorry, kali ini cuman keluarga gue sama Shani doang, Do. Nanti hari H nya gue pasti undang lu."

"Gue kalah cepet sama duda anak satu. Nasiiibb...nasiiiibbb... Tau gitu gue pepet duluan Shani dari dulu." Ucap Aldo.

Plak!

Cio memukul kepala Aldo dengan sebuah map.

"Sembarangan kalo ngomong, inget ye lu. Shani punya gue! Lu jangan macem-macem sama duda anak satu yang bentar lagi mau nikahin bidadari." Sombong Cio.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang