"Sayang! Demi Tuhan! Aku tidak pernah membuatnya hamil!"
"Kamu masih mengelak?" Mirea menatap penuh kekecewaan pada Edgar, membuat pria itu menghembuskan napasnya dengan gusar.
"Bukan mengelak, faktanya, aku memang tidak akan pernah membuat wanita mana pun hamil. Aku sengaja membuat diriku mandul permanen, sayang."
Deg.
Mata Mirea berkilat tajam ke arah Edgar, "Kamu apa?"
"Aku tidak bisa membuahi, sayang."
"Lalu .... Rencana kita untuk memiliki anak? Apa hanya tipu dayamu untuk terus memanfaatkan tubuhku?"
Diamnya Edgar membuat Mirea terkekeh miris namun hatinya di selimuti rasa sakit pula pikirannya yang begitu penuh. Dan Elgar yang sangat ingin meninju Edgar kembali, mendadak mengurungkan niat saat Mirea tiba-tiba limbung. Dengan gerakan cepat, Elgar memeluk Mirea, membawa wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam gendongannya.
"Kau akan mati di tanganku, Edgar!"
Edgar mengabaikan ucapan Adiknya, "Jangan menyentuh istriku!"
Gantian, Elgar tak memperdulikan ucapan Edgar. Dia pergi keluar rumah dengan menggendong Mirea kini di dalam rumah, tersisa Anindya dan Edgar. Anindya melangkah mundur ingin pergi namun Edgar dengan cepat menarik lengannya, mencengkeram dengan begitu kuat.
"Sialan kau, jalang! Apa kau memang ingin mati cepat, hah?!"
Anindya gemetar ketakutan, dia semula berani karena ada Mirea dan Elgar yang pasti melindunginya dari kekerasan yang akan Edgar lakukan padanya. Tapi setelah kedua orang tersebut pergi, Anindya tidak memiliki pilihan lain saat Edgar terus menatapnya penuh kebencian.
"E-Edgar, maafkan aku─"
Plak!
"Mulutmu terlalu sampah, Anindya!"
"Kelakuanmu lebih sampah, Edgar!"
Anindya tak peduli tubuhnya gemetar ketakutan, sakit dihatinya sudah lebih dominan. "Berani kau menjawabku?!"
"Aku tidak peduli akan bagaimana hidupku nanti, tapi yang perlu kau tahu! Kau yang harusnya mati bukan aku, Edgar!! Pria bajingan sepertimu tidak pernah hidup dalam kedamaian!!"
Edgar terkekeh, "Kau mengancamku, hm? Dengar, Anindya. Di mataku, kau bukan siapa-siapa! Kau tidak lebih dari parasit dalam hidupku!"
"Parasit?" Gemetar yang semula ketakutan, kini berubah kemarahannya pada Edgar. "Bajingan kau, Edgar! Sekali pun aku harus mati, kau juga harus mati bersamaku!!"
"Mimpi yang indah, jalang!"
Edgar bergegas pergi menyusul Mirea ke rumah sakit, meninggalkan Anindya yang jatuh terduduk dengan tangisannya.
"Kau bajingan! Kau brengsek Edgar!"
***
"Bagaimana dengan kondisinya, Dok?"
"Tidak apa-apa, Pak. Syok lah yang membuat pasien jatuh pingsan di tambah hormonnya yang seringkali berubah karena faktor kehamilan,"
Elgar mengerjap, "Tunggu, apa Dok? Faktor apa?"
"Faktor kehamilan, Pak."
"Istri saya hamil?!"
Elgar mau pun Dokter menoleh ke arah datangnya Edgar, pria dengan wajah penuh lebam itu melangkah lebar mendekat. "Jangan membual! Katakan yang sebenarnya! Istri saya tidak hamil kan? Hanya asam lambungnya yang kambuh?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Panas Kakak Ipar (21+)
RomansaWarning!! Area dewasa!! 21+ *** Kakak iparnya adalah mantan kekasihnya. Sampai kapan pun, Elgar tak akan melepaskan mantan kekasihnya sekaligus Kakak iparnya sedikit pun. Dia menginginkannya, menginginkan Mirea─ Istri dari Kakaknya sendiri. *** ...